Edisi 308 / SeptemberTh. 2014
Dalam Islam kita memiliki penetapan target yang jelas. Ajaran pertama yang dibawa Nabi saw kepada bangsa Quraisy adalah, “Ucapkan la ilaha illallah.”
Mereka menawarkan banyak hal kepada Nabi saw, “Apa yang kau inginkan? Engkau menginginkan isteri? Kami akan carikan isteri untukmu. Engkau menginginkan kekuasaan? Kami akan berikan kekuasaan padamu. Engkau menginginkan harta? Kami akan kumpulkan harta untukmua.” “Yang kuinginkan hanya satu kalimat,” ujar beliau. “Kami bisa memberimu seratus kalimat.” Jawab mereka. “Ucapkan la ilaha illallah.” “Kalau ini kamu tidak kuasa untuk mengucapkannya.”
Pasalnya, kalimat tersebut bisa merubah dunia dan merubah perjalanan sejarah. Ini membuatmu menjadikan hamba Allah. Ini membuatmu hidup merdeka dan mulia. Adapun jika engkau menolak la ilaha illallah engkau akan tetap menjadi hamba setan yang hina. Engkau tidak akan bisa mewujudkan sisi kemanusiaanmu, kemuliaanmu dalam hidup, dan keluhuranmu di sisi Allah. Kaum kafir Quraisy memahami betul bahwa kalimat tersebut akan membalik kehidupan mereka. Karena ini, mereka menolak. Pelajaran di sini adalah bahwa beliau proaktif dan menetapkan target.
Dalam Al-Quran Allah berfirman, “Kami tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS Adz-Dzariyat: 56). Jangan mengira bahwa Dia menciptakan jin dan manusia hanya agar jumlah mereka menjadi banyak. Siapa kita sebenarnya? Dunia yang kau lihat ini berapa yang ia bentuk dalam sejarah manusia sejak Allah menciptakan Adam as hingga sekarang? Berapa titik mereka ciptakan? Allah swt berfirman dalam hadits qudsi, “Wahai hamba-Ku, andaikan generasi awal dari kalian dan generasi akhir, manusia dan jin, semuanya merupakan orang yang paling bertakwa, hal itu tidak menambah kekuasaan-Ku sedikitpun.” Apakah kekuasaan Allah bertambah karena kita sujud, beribadah, dan berpuasa?! Kita tidak membentuk apa-apa. Demikian pula dengan seluruh alam, planet, bumi dan galaksi. Semuanya tidak membentuk dan menciptakan apa-apa. Karena itu, Dia menciptakan jin dan manusia untuk beribadah. Agar mereka menjadi hamba yang salih. Siapa yang beribadah kepada Allah ia naik menuju tangga kemuliaan.
Di antara bentuk penetapan target adalah sabda Nabi saw kepada seseorang yang mendatangi beliau. Orang itu berkata, “Aku ingin berjihad.” Mendengar hal itu Nabi saw bersabda, “Engkau memiliki ibu?” “Ya ibuku masih hidup.” “Kalau begitu sertai ibumu sebab sorga berada di bawah kedua kakinya.” Demikianlah cara mulia yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Namun kita tidak bisa mengatakan semacam itu sebelum si anak menyebutkan kalau ibunya memang membutuhkan pelayan. Beliau menyebutkan penetapan target secara langsung. Yaitu bakti kepada orang tua sebelum jihad.
Dalam hadits lain, beliau mengatakan, “Berjihadlah dengan cara berbakti kepada orang tuamu.” Artinya, jangan pergi meninggalkan rumah dan orang tua, yaitu ibu yang menangis, orang tua yang sudah renta, dan anak-anak yang masih kecil. Tangga prioritas dalam Islam adalah seperti yang dilakukan oleh Nabi saw dalam kehidupan beliau. Karena itu, juka engkau hendak memulai sebuah proyek dan aktivitas, tetapkan targetmu. Dale Carnegie berkata, “Tuliskan daftar targetmu. Lalu telaah setiap pagi.” Nah target kita sudah tertulis dalam Al-Quran dan Sunnah. Namun itu bagi yang membaca, mentadabburi, dan berpikir
Dr. ‘Aidh Al-Qarni
*Diterbitkan oleh Buletin Al Iman tanggal 19 September 2014
(telagainsanberiman@gmail.com).
No comments:
Post a Comment