Drop Down Menu

Friday 26 September 2014

Catatan Soal Jumatan

Edisi 41 Tahun XXIII – Dzulqoidah 1435 H / September 2014 M



Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. 
Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah).
Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah adalah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baiknya Pemberi Rezeki.
(QS Al Jumuah [62]: 9-11)

Setiap hari saya penulis status facebook dan disebarkan juga melalui grup di Blackberry, Whatsapp dan disebarluaskan juga melalui media sosial itu. Berbagai hal ditulis untuk mengingatkan, memotivasi dan menyampaikan ida-ide segar bagi umat Islam. Salah satunya tentang ibadah Jumat, ibadah yang sangat penting sehingga harus mendapat perhatian besar dari umat Islam. Karena itu, beberapa catatan soal Jumatan saya himpun melalui tulisan ini.

Jumat Agung

Orang Kristen menyebut hari Jumat sebagai Jumat Agung karena bertepatan dengan hari Paskah. Tapi bagi orang Islam, setiap Jumat adalah Jumat Agung, bahkan lebih agung dari Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Bila untuk shalat Idul Fitri yang hukumnya sunat boleh dibilang tidak ada yang terlambat datang dan berpakaian rapi, mengapa untuk ibadah Jumat yang lebih agung dan wajib hukumnya masih banyak yang terlambat dan mencerminkan sikap tidak serius? Rasulullah saw bersabda:

“Penghulu hari adalah Jum’at, dan ia adalah seagung-agungnya hari bagi Allah. Bahkan lebih agung bagi Allah dari pada hari raya idul fitri dan idul adha.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Dekat Imam Dalam Ibadah Jumat

Di Bioskop biasanya tempat duduk yang penuh lebih dulu pada barisan paling belakang, karena layarnya yang lebar membuat nonton film lebih nyaman di posisi belakang. Dalam ibadah Jumat seharusnya yang penuh duluan barisan paling depan, jangan sampai kebiasaan di bioskop dibawa ke masjid. Bila kita berada di shaf depan dan lebih dekat dengan imam, maka kita akan masuk surga lebih dahulu, mau masuk surga duluan?. Baca hadits ini:

“Hadirilah shalat Jumat dan mendekatlah pada imam, karena sesungguhnya tidaklah seseorang menjauh dari imam hingga dia akan diakhirkan masuk surganya walaupun dia memasukinya”. (HR. Ahmad, Abu Daud dan Hakim)

Tidak Dicatat

Dalam Pemilu apalagi Pilpres, kita ingin tercatat sebagai pemilih. Kok dalam ibadah Jumat benyak diantara kita yang mau saja tidak dicatat oleh Malaikat? Lho, iya kita memang tidak dicatat sebagai jamaah Jumat bila baru datang saat khatib sudah naik mimbar, sudah berapa lama hal ini terjadi pada diri kira? Rasulullah saw bersabda:

“Barangsiapa yang mandi seperti mandi junub pada hari Jum’at, kemudian dia pergi ke masjid pada kesempatan pertama, maka pahalanya seperti pahala berkorban dengan seekor unta. Barangsiapa pergi ke masjid pada kesempatan kedua, maka pahalanya seperti pahala berkorban dengan sapi. Barangsiapa pergi ke masjid pada kesempatan ketiga, maka pahalanya seperti berkorban dengan seekor kambin. Barangsiapa pergi ke masjid pada kesepatan keempat, maka pahalanya seperti pahala berkorban dengan ayam. Barangsiapa tiba ke masjid pada kesempatan kelima, maka pahalanya seperti pahala berkorban dengan sebutir telur. Jika imam (khatib) telah keluar, maka malaikat hadir mendengarkan khutbah (tidak ada yang mencatat siapa yang datang setelah itu).” (HR. Muslim)

Mendengar

Memang mendengar itu lebih sulit dari berbicara. Godaan pendengar misalnya konsentrasi yang terpecah, merasa pembicaraan tidak menarik, keisengan tangan dan kaki lalu buat kesibukan yang tidak perlu, tidak enak pada orang di sebelah yang ingin ajak bicara apalagi kalau dia atasan kita hingga mengantuk yang tidak dilawan agar tidak tidur. Semua itu bisa terjadi saat kita mendengar khutbah. Niat yang ikhlas dan kesungguhan beribadah yang membuat kita bisa melawannya. Maka para sahabat Nabi menghadapkan wajah mereka saat Khutbah Jumat sedang berlangsung, ini merupakan ekspresi dari keseriusan, dalam hadits dijelaskan:

Ady bin Tsabit dari ayahnya, dari kakeknya berkata: “adalah Nabi saw apabila telah berdiri di atas mimbar, maka para sahabat (hadirin) menghadapkan muka-muka mereka pada Nabi saw”. (HR. Ibnu Majah).

Maksiat di Hari Jumat dan Sabtu

Orang Yahudi dulu minta pada Allah swt agar ditetapkan satu hari untuk mereka ibadat. Maka ditetapkanlah hari Sabtu yang konsekuensinya mereka tidak boleh melakukan aktivitas duniawi seperti mencari nafkah. Ternyata mereke melanggarnya dengan membendung ikan dan menggali kolam sehingga sesudah Sabtu mereka mudah mengailnya, ini yang membuat Allah swt murka sebagaimana firman-Nya:

Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu apda hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadikan kamu kera yang hina”. Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa (QS 2: 65-66).

Kutukan Allah swt terhadap mereka yang maksiat di hari Sabtu itu juga disebutkan dalam firman Allah swt:

Hai orang-orang yang telah diberi Al Kitab, berimanlah kamu kepada yang telah Kami turunkan (Al Qur’an) yang membenarkan Kitab yang ada pada kamu sebelum Kami merobah muka (mu), lalu Kami putarkan ke belakang atau Kami kutuk mereka sebagaimana Kami telah mengutuk orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari Sabtu. Dan ketetapan Allah pasti berlaku. (QS An Nisa [4]: 47).

Mari kita renungkan bahwa Yahudi itu seharian Sabtu harus menghentikan aktivitas duniawi, kita umat Islam pada hari Jumat tidak seharian, tapi 1 jam saja karena prosesi ibadah jumat sekitar 40 menit, ternyata banyak muslim yang bermaksiat di hari jumat dengan terlambat ke masjid (baru datang saat khatib sudah naik mimbar), tidak mendengarkan khutbah (tidur, bicara, main HP, internetan hingga gangguan kotak infak, dll). Maka para sahabatpun mendapat teguran keras ketika khutbah berlangsung mereka lakukan aktivitas duniawi dengan turunnya firman Allah swt:

Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung, Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah adalah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi Rezeki (QS Al Jumuah [62]: 9-11).

Kebaktian Jumat

Orang Kristen rupanya ingin punya hari seperti Jumat untuk ibadat. Karenanya di Gereja Jl. Wahid Hasyim Jakarta Pusat dan di beberapa kantor di Jakarta, tiap Jumat jam 12-13 diadakan kebaktian Jumat. Lalu, kenapa umat islam ada yang tidak serius dalam ibadah Jumat?, padahal tidak sampai jam 13, ibadah Jumat sudah selesai. Bukti tidak serius adalah terlambat datang (baru datang saat khatib sudah naik mimbar), tertidur saat khutbah berlangsung, masih berponsel ria dan ngobrol saat khutbah hingga tidak melaksanakan shalat ba’diyah Jumat (setelah salam langsung pergi).

Tidak Jumatan di Masjid Sendiri

Seorang bapak mengaku sebagai pengurus dari suatu masjid, tapi dia tidak mau shalat Jumat di masjid yang diurusnya itu. Mengapa? Rupanya ia sangat khawatir bila khatib tidak datang lalu dia yang harus menggantikan, padahal dia tidak bisa berkhutbah dan tidak ada khatib cadangan. Alhamdulillah, ia menyadari tidak selamanya harus bersikap demikian, karena memang tidak baik begitu sebagai pengurus. Maka diapun mengikuti Kursus Khatib dan Mubalig yang kami selenggarakan. Say katakan kepadanga: kalau sudah ikut kursus ini, justru nanti bapak harus berdoa agar khatib tidak datang sehingga bapak bisa menggantikannya.

Kotak Infak

Masjid memang membutuhkan dana yang cukup besar untuk biasa operasional. Pemerintah tidak mensubsidi masjid secara rutin, karenanya pembiayaan berasal dari jamaah, salah satunya melalui infak yang diedarkan dengan kotak pada hari Jumat. Namun, peredaran kotak infak saat khutbah sedang berlangsung merupakan salah satu bentuk gangguan dalam ibadah Jumat, itu tidak boleh dilakukan. Tapi boleh dibilang sebagian besar masjid dan tempat ibadah Jumat mengedarkan kotak saat khutbah dimulai. Mestinya sudah selesai beredar sebelum khatib naik mimbar. Tapi masalahnya, justru jamaahnya yang belum datang. Itulah memang efek keterlambatan jamaah. Meskipun demikian, tetap jangan diedarkan, tapi letakkan kotak yang lebih besar dan menggunakan kaki di setiap pintu masjid agar jamaah yang terlambat masih bisa berinfak.

Semoga perhatian kita lebih besar untuk ibadah Jumat yang lebih berkualitas. Pengurus masjid dan panitia ibadah Jumat harus lebih baik dalam mengatur aktivitas yang sangat penting ini.



Drs. H. Ahmad Yani
Email: ayani_ku@yahoo.co.id
Website: http://www.ahmadyani.masjid.asia.com/
HP/WhatsApp: 08129021953
Pin BB: 275d0bb3
Twitter: @H_AhmadYani
Facebook: Ust Ahmad Yani Dua

*diterbitkan oleh Buletin Khairu Ummah

No comments:

Post a Comment