Edisi 1 Tahun XXIV – Muharram 1436 H / Oktober 2014 M
Pesan-pesan dakwah bisa
disampaikan melalui media sosial. Meskipun sudah saya sampaikan dan
disebarluaskan, tidak ada salahnya saya sampaikan melalui media ini dengan
tambahan uraian yang diperlukan. Bila kita mau, maka pesan-pesan dakwah bisa
kita sampaikan kepada banyak orang dengan cara yang mudah.
1. Seperti Wanita
Sampaikan pada Sule, Aziz Gagap,
Olga dan para pelawak serta waria agar jangan tampil sebagai wanita, khawatir
saja bila dilaknat Allah dan tidak diakui sebagai umat Nabi Muhammad saw.
Rasulullah saw bersabda:
Allah melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki—laki (HR. Abu Daud)
Dalam hadits lain, Rasulullah saw
bersabda:
Bukan golongan kami perempuan yang menyerupai laki-laki dan laki-laki yang menyerupai perempuan (HR. Ahmad)
Hadits di atas sangat jelas
pesannya. Seorang lelaki muslim tidak boleh berpenampilan seperti wanita,
demikian pula sebaiknya. Kenapa demikian?. Karena di dalam Islam, lak-laki dan
wanita memiliki karakter dan kedudukan yang sangat berbeda, apalagi dalam
konteks hukum Islam. Beberapa hal bisa kita jadikan sebagai rujukan. Pertama, laki-laki harus menikah dengan wanita,
bukan wanita dengan wanita atau laki-laki dengan laki-laki, ini merupakan
sesuatu yang sangat tercela sehingga dari sisi apapun tidak bisa dibenarkan. Kedua,
dalam pernikahan laki-laki menjadi wali dan saksi, bukan wanita. Ketiga,
dalam pembagian harta waris, bagian laki-laki dua bagian, sedangkan wanita satu
bagian. Keempat, dalam shalat berjamaah yang terdapat wanita di
dalamnya, laki-laki yang berhak menjadi imam dan khatib, karenanya laki-laki
tidak boleh berimam kepada wanita.
2. Pakaian Sempit
Ketika seseorang makin gede, yang
ia rasakan adalah baju dan celananya terasa sempit dan ketat. Karenanya,
pakaian itu diberikan dan dipakai oleh aduknya yang lebih kecil. Tapi sekarang
justeru banyak orang yang menggunakan pakaian aduknya sehingga nampak begitu
ketat, terutama wanita, padahal pakaian wanita itu bukan sekadar menutup tubuh,
tapi juga longgar.
Memakai pakaian yang sempit
terutama bagi wanita tidak dibenarkan, karena hal itu terlalu memperlihatkan
lekuk-lekuk tubuh, padahal maksud berpakaian adalah untuk menutupi tubuh
sehingga pria terhindar dari rangsangan tubuh wanita. Dalam konteks berpakaian,
kriteria yang harus mendapat perhatian besar dari para wanita adalah longgar
dan tidak tembus pandang.
3. Dusta Dalam Canda
Sampaikan kepada pelawak dan
siapa saja yang suka bercanda, termasuk para mubaligh bahwa berdusta merupakan
pengkhianatan yang besar, maka kecelakaanlah bagi pelakunya, apalagi bila hal
itu dilakukan agar orang lain tertawa, Rasulullah saw bersabda:
Celaka bagi orang yang berbicara, kemudian berdusta supaya orang-orang mentertawakannya, celaka dia, celaka dia (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Nasa’i)
Berdusta atau berbohong sudah
banyak dilakukan manusia, tapi sebagai muslim kita punya prinsip untuk tidak
melakukannya. Hal ini karena, tanggungjawab dihadapan Allah swt ada pada
masing-masing orang, tidak bisa kita lemparkan kepada orang lain. Inilah,
mengapa kita tidak bisa mengatakan: “karena orang-orang berbohong, sayapun ikut
berbohong.”
Sebagai muslim, kita harus
mewaspadai akan kemungkinan melakukan dusta, karena bila seseorang sudah
melakukan dusta, maka dia akan melakukan dusta berikutnya guna mempertahankan
dirinya dari kemungkinan dianggap salah oleh orang lain, semakin banyak orang
yang bertanya kepadanya tentang apa didustakan, sebanyak itu pula dosa yang
dilakukannya, bahkan seorang yang berdusta bisa melakukan hal-hal yang lebih
buruk lagi hingga mengantarkannya ke dalam neraka, Rasulullah saw bersabda:
Jauhilah dusta, karena sesungguhnya dusta itu membawa pada kedurhakaan dan sesungguhnya kedurhakaan itu akan menunjuki manusia ke neraka (HR. Bukhari)
Satu hal yang harus kita sadari,
bila dalam bercanda saja kita jangan sampai berdusta, apalagi dalam hal-hal
yang menuntut keseriusan. Yang lebih buruk lagi adalah berdusta tapi
seolah-olah jujur atau benar sehingga ia bersumpah dengan menyebut nama Allah
swt, ini merupakan salah satu bentuk kejahatan orang munafik yang harus
diwaspadai. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa al Julas bin
Suwaid merupakan salah seorang yang tidak ikut dalam perang Tabuk. Dia berkata:
“Seandainya orang itu benar, tentu kita lebih buruk daripada keledai.”
Ucapan tersebut dilaporkan kepada
Nabi sawm tetapi ia justeru bersumpah bahwa ia tidak mengatakan hal itu.
Dalam kasus lain, Qatadah
menceritakan bahwa ada dua orang berkelahi, salah satunya dari Juhainah, sedang
yang lain dari Ghifar. Kebetulan, suku Juhainah adalah sebutu Anshar. Ketika
orang dari suku Ghifar itu mengalahkan lawannya dari suku Juhainah, Abdullah bi
Ubay berkata kepada suku Aus: “Bantulah saudara kalian. Demi Allah, perumpamaan
antara kita dengan Muhammad tidak lain seperti kata pepatah: “Gemukkan
anjingmu, pasti dia memangsamu.”
Seorang dari kaum muslimin pergi
melaporkan ucapan itu kepada Rasulullah saw. Beliau lalu memanggilnya dan
menanyainya. Tapi dia bersumpah bahwa dia tidak mengatakan demikian.
Peristiwa lain adalah yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Anas bin Malik bahwa Zaid bin Arqam
mendengar seorang munafik berkata ketika Nabi berkhutbah: “Kalau orang ini
benar, sungguh kita lebih buruk ketimbang keledai.” Lalu ia menyampaikan hal
itu kepada Nabi Muhammad saw, tapi orang itu menyangkal telah berkata demikian.
Kejadian lain diriwayatkan oleh
Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas ra bahwa sesuatu ketika Rasulullah saw sedang duduk
di bawah pohon. Beliau berucap: “Sebentar lagi akan datang seseorang yang
memandang dengan pandangan mata syaitan.”
Tiba-tiba muncul seseorang yang
berpakaian biru, beliau memanggilnya dan bertanya: “Mengapa kamu dan
kawan-kawanmu mencaciku?”.
Orang itu segera pergi dan
mengajak kawan-kawannya, lalu bersumpah bahwa mereka tidak berkata begitu,
hingga akhirnya beliau melepaskan mereka.
Atas beberapa peristiwa diatas,
Allah swt kemudian menurunkan firman-Nya:
Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam, dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya; dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertobat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan di akhirat; dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi. (QS At Taubah [9]: 74).
4. Turut Gembira
Kalau ada orang menikah setiap
kita harus turut gembira, bukan hanya karena seseorang sudah mendapat pasangan
hidup, tapi yang lebih penting adalah karena salah satu syariat Islam masih
dijunjung tinggi, karena banyak orang sudah seperti suami isteri padahal belum
melakukan akad nikah.
Kehadiran kita memenuhi undangan
akad nikah dan resepsi, mendoakan dan mengucapkan selamat kepada kedua mempelai
dan orang tuanya hingga memberi hadiah merupakan diantara tanda kegembiraan
kita atas adanya pernikahan.
Penyebab kegembiraan kita yang
terbesar bukan karena seseorang telah mendapati pasangan hidupnya semata, tapi
syariat Islam berupa akad nikah yang masih dijunjung tiggi. Sudah terlalu
banyak perzinahan terjadi, baik secara sembunyi-sembunyi maupun
terang-terangan. Dampak negatif sudah dirasakan dan terbukti mulai dari
banyaknya kasus pengguguran kandungan, kekacauan dalam rumah tangga, pembunuhan
hingga penyakit HIV/AIDS yang menakutkan dunia.
Karena itu, ketika sahabat
Abdurraman bin Auf baru diketahui telah menikah, maka Rasulullah saw
menganjurkan melakukan walimah (resepsi) agar banyak orang yang tahu dan
merasakan kegembiraan, bahkan beliau sampai mengatakan: “meskipun hanya
menyembelih seekor kambing.”
Drs. H. Ahmad Yani
Email: ayani_ku@yahoo.co.id
HP/WhatsApp: 08129021953
Pin BB: 275d0bb3
Twitter: @H_AhmadYani
Facebook: Ust Ahmad Yani Dua
*diterbitkan oleh
Buletin Khairu Ummah
No comments:
Post a Comment