Drop Down Menu

Tuesday, 23 December 2014

Mewaspadai Budaya Latah di Sekitar Kita

Timer


Bulan Desember, bulan terakhir dalam sistem penanggalan Masehi bagi sebagian kalangan mmenjadi saat-saat yang tepat untuk introspeksi diri dari setiap kesalahan yang dilakukan setahun penuh sekaligus menyusun strategi guna meraih impian-impian baru sebelum melangkah pasti meniti kehidupan di tahun berikutnya. Namun, bagi kalangan ummat Islam, bulan ini agaknya menjadi bulan keprihatinan karena setidaknya ada dua moment di bulan Desember ini dimana umat Islam dihadapkan pada tradisi dan kebudayaan agama lain yakni hari natal dan selanjutnya adalah perayaan tahun baru Masehi yang merupakan tradisi ‘wajib’ bagi penduduk di seluruh permukaan bumi yang berjumlah sekitar kurang lebih 6 Milyar jiwa.

Budaya copy paste, latah, ikut merayakan, bersuka cita, sampai ikut-ikutan berbuat maksiat telah mewarnai pemikiran dan tingkah laku ummat Islam terlebih para pemuda. Latah memang telah membudaya di negeri mayoritas muslim ini, lihat saja mulai dari yang populer seperti musik, dunia hiburan, fashion, gadget, gaya hidup hingga hal-hal yang sepele semuanya latah. Yang lebih memprihatinkan dari itu semua adalah fenomena latah yang membabi buta terhadap seluruh budaya kafir yang sesungguhnya mengancam akidah kaum muslimin. Tak hanya Natal dan tahun baru, juga momen-momen lainnya seperti perayaan Valentine Day dan April Mop.

Sebenarnya meniru merupakan tabiat dasar manusia, sebab meniru merupakan salah satu cara manusia untuk belajar. Albert Bandura salah seorang Psikolog Sosial ternama mengatakan bahwa tindakan seseorang dalam meniru perilaku orang lain merupakan salah satu proses belajar. Nyaris tidak ada perilaku kita yang muncul kecuali melalui proses peniruan. Ia juga menyatakan bahwa kebanyakan perilaku manusia merupakan hasil dari proses copying terhadap lingkungan, hal ini karena meniru merupakan cara belajar yang paling mudah. Proses peniruan tak hanya terjadi antara individu dengan individu yang lain, meliputi individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok lain serta kelompok terhadap individu. Inilah yang ia istilahkan dengan teori belajar sosial.

Meski meniru merupakan sesuatu yang manusiawi, tetapi akan menjadi problem bila hal ini menjadi mentalitas yang permanen, sebab hakekatnya orang seperti ini telah kehilangan kepercayaan diri dan kreativitas serta daya kritis. Keadaan inilah yang sering diistilahkan dengan latah. Latah sendiri menurut Kamus Buku Besar Bahasa Indonesia yang baru, latah diartikan sebagai sakit syaraf yang menyebabkan orang suka tertawa sendiri, meniru kata orang dsb, selaku orang gila; karena putus cinta dsb (Kamus Besar Bahasa Indonesia offline). Dr. Rinrin R. Kaltarina, Psi.,M.Si. Dalam salah satu tulisan, beliau mengungkapkan bahwa latah memiliki dimensi gangguan fungsi pusat syaraf, psikologis, dan sosial. Ada empat macam latah yang bisa dilihat berdasarkan gejala-gejala tersebut, yaitu ekolalia (mengulangi perkataan orang lain), ekopraksia (meniru gerakan orang lain), koprolalia (mengucapkan kata-kata yang dianggap tabu/kotor), automatic obedience (melaksanakan perintah secara spontan pada saat terkejut).

Peringatan Rasulullah

Fenomena di atas bukanlah sesuatu yang aneh, mengingat jauh-jauh hari Rasulullah telah mensinyalir hal ini dalam sabdanya,

لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ

Sungguh kalian akan mengikuti jalan hidup dan kebiasaan-kebiasaan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sampai walaupun mereka masuk ke lubang biawak sekalipun kalian akan mengikuti. Kami bertanya apakah orang-orang yahudi dan nasrani?. Rasulullah menjawab siapa lagi kalau bukan mereka?. [HR. Bukhari 6889, Muslim 2669, Ibnu Hibban 1595, Ibnu Majah 3994, Ahmad 8315].

Apa yang beliau sabdakan ini merupakan salah satu nubuwat akhir zaman yang yang mengisyaratkan bahwa salah satu sebab kebinasaan umat Islam adalah menjiplak semua yang datang dari orang-orang kafir tanpa pandang bulu, sampai-sampai dalam hal-hal yang secara logika akal sehat tak mungkin tejadi. Inilah yang beliau ibaratkan dengan masuk ke lubang biawak yang sangat kecil. Ibnu Hajar rahimahulloh mengatakan; ’nampaknya pengkhususan dhobb dalam perumpamaan ini karena pada dasarnya liang/lobang dhobb itu sangat sempit dan jelek akan tetapi karena mereka begitu ingin mengikuti budaya mereka maka walaupun orang Yahudi dan Nasrani masuk ke liang biawak (melakukan suatu budaya yang sulit diikuti dan nyata keburukannya) maka mereka pun siap melakukan hal yang sama.

Mengingat bahayanya,  Allah  mengingatkan kita dengan firman-Nya

أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Hai orang-orang yang beriman janganlah kalian jadikan orang-orang yahudi dan nashrani  sebagai Pemimpin. Sebagian mereka adalah Penolong bagi yang lain. Barangsiapa yang loyal kepada mereka, maka ia adalah bagian dari mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi Petunjuk kepada orang-orang yang zalim (QS Al-Maidah : 51)

Rasulullah pun mengingatkan kita dengan sabda beliau

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia bagian dari mereka (HR Abu Dawud).

Dalam banyak hal Rasulullah juga mengajarkan kita agar selalu menyelisihi kebiasaan-kebiasaan orang kafir. Misalnya sabda beliau,

عن أبيه عن أبي قيس مولى عمرو بن العاص قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : فصل ما بين صيامنا و صيام أهل الكتاب أكلة السحور

Dari Abu Qais Maula Amr bin Ash berkata Rasulullah bersabda, “Pembeda antara Puasa kita dengan ahli kitab adalah makan sahur.” (HR Ibnu Khuzaimah 1940)

Disamping itu Allah dan Rasul-Nya mengingatkan kita agar senantiasa komitmen terhadap syariat islam dan berhati-hati terhadap perkara baru yang diada-adakan. Allah berfirman,

ثم جعلناك على شريعة من الأمر فاتبعها ولا تتبع أهواء الذين لا يعلمون

Artinya: Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at (peraturan) dari urusan agama itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (QS.Al.Jatsiyah: 18)

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak Mengetahui. (QS Al-Jatsiyah 18)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam menafsirkan ayat ini berkata: ”Allah telah menjadikan Nabi Muhammad berada di atas suatu syari’at, berupa agama yang disyari’atkan kepada beliau dan di perintahkan agar mengikutinya. Allah melarang mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan. Semua orang yang menentang syari’at Allah, tentu masuk kedalam kelompok orang-orang yang tidak mengetahui. Hawa nafsu mereka adalah apa yang mengusik hasrat hawa nafsu dan segala apa yang ada pada diri orang-orang musyrik, yaitu berupa petunjuk-petunjuk yang nampak dalam agama mereka yang bathil serta tradisi-tradisi mereka. Menyerupai mereka berarti mengikuti apa yang mengusik hawa nafsu mereka. Maka tidak heran jika orang-orang kafir sangat gembira dengan penyerupaan orang-orang muslim dalam berbagai urusan mereka. Sekali pun mereka harus mengeluarkan  harta yang cukup besar demi tercapainya cita-cita itu. Maka tidak diragukan lagi menyelisihi mereka dalam bentuk apapun adalah jalan untuk mendapatkan keridhoan Allah, karena menyerupai mereka dalam satu urusan adalah jalan menyerupai mereka dalam urusan-urusan yang lain. "Barang siapa yang menggembala disekitar batas tanah gembalaan, khawatir akan masuk kedalamnya”. Rasulullah bersabda,

من أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ

Barangsiapa yang membuat Perkara baru dalam agama kami yang bukan bagian darinya maka ia tertolak. (HR Bukhori)

Beliau juga bersabda;

عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي وعضوا عليها بالنواجذ

Hendaklah kalian berPegang teguh dengan sunnahku dan suunah khulafaur rasyidin al-mahdiyyin sesudahku. Gigitlah ia dengan gigi geraham. (HR Abu Dawud)

Dampak Negatif Sikap Ini.

Di antara bahaya dan dampak negatif  sikap ini  adalah:
  1. Bahwa partisipasi dalam penampilan dan  akan mewarisi kesesuaian dan kecenderungan kepada mereka, yang kemudian mendorong untuk saling menyerupai dalam hal akhlak dan perbuatan.
  2. Bahwa menyerupai dalam penampilan dan akhlak, menjadikan kesamaan penampilan dengan mereka, sehingga tidak tampak lagi perbedaan secara zhahir antara umat Islam dengan Yahudi dan Nashara (orang-orang kafir).
  3. Itu terjadi pada hal-hal yang asalnya mubah. Dan bila terjadi pada hal-hal yang menyebabkan kekafiran, maka Pelakunya telah jatuh ke dalam cabang kekafiran.
  4. Latah dengan orang-orang kafir dalam perkara-perkara dunia akan mewariskan kecintaan dan kedekatan terhadap mereka. Lalu bagaimana dalam perkara-perkara agama? Sungguh kecintaan dan kedekatan itu akan semakin besar dan kuat, padahal kecintaan dan kedekatan terhadap mereka dapat meniadakan keimanan seseorang.
  5. Lebih dari itu Rasulullah telah menyatakan, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud dari ‘Abdullah bin ‘Umar, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahiihul Jaami’ no.6025) (Diringkas dari Iqtidhaa`ush Shiraathil Mustaqiim 1/93, 94 dan 550)
  6. Hilangnya kepercayaan diri kaum muslimin terhadap Islam, padahal Islam merupakan sumber kebahagiaan di dunia dan akhirat.



*diambil dari Artikel Makalah Utama Majalah Taujih Edisi Desember 2013 M

No comments:

Post a Comment