Bulan
Desember, bulan terakhir dalam sistem penanggalan Masehi bagi sebagian
kalangan mmenjadi saat-saat yang tepat untuk introspeksi diri dari
setiap kesalahan yang dilakukan setahun penuh sekaligus menyusun
strategi guna meraih impian-impian baru sebelum melangkah pasti meniti
kehidupan di tahun berikutnya. Namun, bagi kalangan ummat Islam, bulan
ini agaknya menjadi bulan keprihatinan karena setidaknya ada dua moment
di bulan Desember ini dimana umat Islam dihadapkan pada tradisi dan
kebudayaan agama lain yakni hari natal dan selanjutnya adalah perayaan
tahun baru Masehi yang merupakan tradisi ‘wajib’ bagi penduduk di
seluruh permukaan bumi yang berjumlah sekitar kurang lebih 6 Milyar
jiwa.
Budaya copy paste, latah, ikut merayakan, bersuka cita, sampai
ikut-ikutan berbuat maksiat telah mewarnai pemikiran dan tingkah laku
ummat Islam terlebih para pemuda. Latah memang telah membudaya di negeri
mayoritas muslim ini, lihat saja mulai dari yang populer seperti musik, dunia hiburan, fashion, gadget, gaya hidup hingga hal-hal yang
sepele semuanya latah. Yang lebih memprihatinkan dari itu semua adalah
fenomena latah yang membabi buta terhadap seluruh budaya kafir yang
sesungguhnya mengancam akidah kaum muslimin. Tak hanya Natal dan tahun
baru, juga momen-momen lainnya seperti perayaan Valentine Day dan April
Mop.
Sebenarnya meniru merupakan tabiat dasar
manusia, sebab meniru merupakan salah satu cara manusia untuk
belajar. Albert Bandura salah seorang Psikolog Sosial ternama mengatakan
bahwa tindakan seseorang dalam meniru perilaku orang lain merupakan
salah satu proses belajar. Nyaris tidak ada perilaku kita yang muncul
kecuali melalui proses peniruan. Ia juga menyatakan bahwa kebanyakan
perilaku manusia merupakan hasil dari proses copying terhadap
lingkungan, hal ini karena meniru merupakan cara belajar yang paling
mudah. Proses peniruan tak hanya terjadi antara individu dengan
individu yang lain, meliputi individu dengan individu, individu dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok lain serta kelompok terhadap
individu. Inilah yang ia istilahkan dengan teori belajar sosial.
Meski meniru merupakan sesuatu yang
manusiawi, tetapi akan menjadi problem bila hal ini menjadi mentalitas
yang permanen, sebab hakekatnya orang seperti ini telah kehilangan
kepercayaan diri dan kreativitas serta daya kritis. Keadaan inilah yang
sering diistilahkan dengan latah. Latah sendiri menurut Kamus Buku
Besar Bahasa Indonesia yang baru, latah diartikan sebagai sakit syaraf
yang menyebabkan orang suka tertawa sendiri, meniru kata orang dsb,
selaku orang gila; karena putus cinta dsb (Kamus Besar Bahasa
Indonesia offline). Dr. Rinrin R. Kaltarina, Psi.,M.Si. Dalam salah
satu tulisan, beliau mengungkapkan bahwa latah memiliki dimensi gangguan
fungsi pusat syaraf, psikologis, dan sosial. Ada empat macam latah yang
bisa dilihat berdasarkan gejala-gejala tersebut, yaitu ekolalia
(mengulangi perkataan orang lain), ekopraksia (meniru gerakan orang
lain), koprolalia (mengucapkan kata-kata yang dianggap tabu/kotor),
automatic obedience (melaksanakan perintah secara spontan pada saat
terkejut).
Peringatan Rasulullah
Fenomena di atas bukanlah sesuatu yang aneh, mengingat jauh-jauh hari Rasulullah telah mensinyalir hal ini dalam sabdanya,
لَتَتْبَعُنَّ
سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ
حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ
اللَّهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
Sungguh kalian akan mengikuti jalan
hidup dan kebiasaan-kebiasaan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi
sejengkal, sehasta demi sehasta sampai walaupun mereka masuk ke lubang
biawak sekalipun kalian akan mengikuti. Kami bertanya apakah orang-orang
yahudi dan nasrani?. Rasulullah menjawab siapa lagi kalau bukan mereka?. [HR. Bukhari 6889, Muslim 2669, Ibnu Hibban 1595, Ibnu Majah 3994, Ahmad 8315].
Apa yang beliau sabdakan ini merupakan salah satu nubuwat
akhir zaman yang yang mengisyaratkan bahwa salah satu sebab kebinasaan
umat Islam adalah menjiplak semua yang datang dari orang-orang kafir
tanpa pandang bulu, sampai-sampai dalam hal-hal yang secara logika akal
sehat tak mungkin tejadi. Inilah yang beliau ibaratkan dengan masuk ke
lubang biawak yang sangat kecil. Ibnu Hajar rahimahulloh mengatakan; ’nampaknya pengkhususan dhobb dalam perumpamaan ini karena pada dasarnya
liang/lobang dhobb itu sangat sempit dan jelek akan tetapi karena mereka
begitu ingin mengikuti budaya mereka maka walaupun orang Yahudi dan
Nasrani masuk ke liang biawak (melakukan suatu budaya yang sulit diikuti
dan nyata keburukannya) maka mereka pun siap melakukan hal yang sama.
Mengingat bahayanya, Allah mengingatkan kita dengan firman-Nya
أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ
مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman janganlah
kalian jadikan orang-orang yahudi dan nashrani sebagai Pemimpin. Sebagian mereka adalah Penolong bagi yang lain. Barangsiapa yang loyal
kepada mereka, maka ia adalah bagian dari mereka. Sesungguhnya Allah
tidak memberi Petunjuk kepada orang-orang yang zalim (QS Al-Maidah : 51)
Rasulullah pun mengingatkan kita dengan sabda beliau
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia bagian dari mereka (HR Abu Dawud).
Dalam banyak hal Rasulullah juga
mengajarkan kita agar selalu menyelisihi kebiasaan-kebiasaan orang
kafir. Misalnya sabda beliau,
عن أبيه عن أبي قيس مولى عمرو بن العاص قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : فصل ما بين صيامنا و صيام أهل الكتاب أكلة السحور
Dari Abu Qais Maula Amr bin Ash berkata Rasulullah bersabda, “Pembeda
antara Puasa kita dengan ahli kitab adalah makan sahur.” (HR Ibnu
Khuzaimah 1940)
Disamping itu Allah dan Rasul-Nya
mengingatkan kita agar senantiasa komitmen terhadap syariat islam dan
berhati-hati terhadap perkara baru yang diada-adakan. Allah berfirman,
ثم جعلناك على شريعة من الأمر فاتبعها ولا تتبع أهواء الذين لا يعلمون
Artinya: Kemudian kami jadikan kamu
berada di atas suatu syari’at (peraturan) dari urusan agama itu, maka
ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang
yang tidak mengetahui. (QS.Al.Jatsiyah: 18)
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Kemudian kami jadikan kamu berada di
atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah
syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak
Mengetahui. (QS Al-Jatsiyah 18)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam
menafsirkan ayat ini berkata: ”Allah telah menjadikan Nabi Muhammad
berada di atas suatu syari’at, berupa agama yang disyari’atkan kepada
beliau dan di perintahkan agar mengikutinya. Allah melarang mengikuti
hawa nafsu orang-orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan. Semua orang
yang menentang syari’at Allah, tentu masuk kedalam kelompok orang-orang
yang tidak mengetahui. Hawa nafsu mereka adalah apa yang mengusik
hasrat hawa nafsu dan segala apa yang ada pada diri orang-orang musyrik,
yaitu berupa petunjuk-petunjuk yang nampak dalam agama mereka yang
bathil serta tradisi-tradisi mereka. Menyerupai mereka berarti mengikuti
apa yang mengusik hawa nafsu mereka. Maka tidak heran jika orang-orang
kafir sangat gembira dengan penyerupaan orang-orang muslim dalam
berbagai urusan mereka. Sekali pun mereka harus mengeluarkan harta yang
cukup besar demi tercapainya cita-cita itu. Maka tidak diragukan lagi
menyelisihi mereka dalam bentuk apapun adalah jalan untuk mendapatkan
keridhoan Allah, karena menyerupai mereka dalam satu urusan adalah jalan
menyerupai mereka dalam urusan-urusan yang lain. "Barang siapa yang
menggembala disekitar batas tanah gembalaan, khawatir akan masuk
kedalamnya”. Rasulullah bersabda,
من أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ
Barangsiapa yang membuat Perkara baru dalam agama kami yang bukan bagian darinya maka ia tertolak. (HR Bukhori)
Beliau juga bersabda;
عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي وعضوا عليها بالنواجذ
Hendaklah kalian berPegang teguh dengan sunnahku dan suunah khulafaur
rasyidin al-mahdiyyin sesudahku. Gigitlah ia dengan gigi geraham. (HR
Abu Dawud)
Dampak Negatif Sikap Ini.
Di antara bahaya dan dampak negatif sikap ini adalah:
- Bahwa partisipasi dalam penampilan dan akan mewarisi kesesuaian dan kecenderungan kepada mereka, yang kemudian mendorong untuk saling menyerupai dalam hal akhlak dan perbuatan.
- Bahwa menyerupai dalam penampilan dan akhlak, menjadikan kesamaan penampilan dengan mereka, sehingga tidak tampak lagi perbedaan secara zhahir antara umat Islam dengan Yahudi dan Nashara (orang-orang kafir).
- Itu terjadi pada hal-hal yang asalnya mubah. Dan bila terjadi pada hal-hal yang menyebabkan kekafiran, maka Pelakunya telah jatuh ke dalam cabang kekafiran.
- Latah dengan orang-orang kafir dalam perkara-perkara dunia akan mewariskan kecintaan dan kedekatan terhadap mereka. Lalu bagaimana dalam perkara-perkara agama? Sungguh kecintaan dan kedekatan itu akan semakin besar dan kuat, padahal kecintaan dan kedekatan terhadap mereka dapat meniadakan keimanan seseorang.
- Lebih dari itu Rasulullah telah menyatakan, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud dari ‘Abdullah bin ‘Umar, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahiihul Jaami’ no.6025) (Diringkas dari Iqtidhaa`ush Shiraathil Mustaqiim 1/93, 94 dan 550)
- Hilangnya kepercayaan diri kaum muslimin terhadap Islam, padahal Islam merupakan sumber kebahagiaan di dunia dan akhirat.
*diambil dari Artikel Makalah Utama Majalah Taujih Edisi Desember 2013 M
No comments:
Post a Comment