Edisi 312 / Nopember Th. 2014
Allah berfirman dalam Al Qur’an, Dia yang menjadikan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al- Mulk:2)Ayat ini menyadarkan dan mengingatkan kita kepada banyak hal. Di antaranya adalah bahwa hidup dan mati adalah ciptaan Allah. Allah yang menghadirkan kematian dan kehidupan. Allah yang menghidupkan lalu mematikan. Sebelumnya kita mati dalam arti tiada lalu menjadi ada. Kita yakin setelah beberapa lama diberi kesempatan hidup, pada saatnya kita akan mati untuk hidup lagi, dan seterusnya. Ini adalah satu ketetapan yang tak bisa dielakkan. Siapapun orangnya tidak bisa lari dari ini.
“Mengapa kamu kufur kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS Al-Baqarah: 28).
Selanjutnya karena kematian dan kehidupan sesudahnya adalah sesuatu yang pasti, maka yang terpenting bagi kita bukan bagaimana melarikan diri dari kematian. Sebab hal itu sama sekali tidak penting dan tidak berguna. Namun yang harus menjadi perhatian adalah bagaimana menyiapkan diri untuk kehidupan sesudah mati; bagaimana agar kita sukses; dan bagaimana agar kita bisa menjawab pertanyaan Allah swt.
Ya, sukses di sana ditentukan
oleh sikap kita di sini. Siapa yang sungguh-sungguh ia akan berhasil. Siapa
yang lulus dalam ujian ia akan menikmati hasilnya. Siapa yang bersabar sejenak
di dunia ia akan bahagia selamanya.
Agar kita bisa meraih itu semua,
maka yang dibutuhkan adalah bagaimana mempersembahkan amal terbaik untuk Allah
swt. Inilah tugas kita di dunia. Inilah risalah hidup kita.
Hidup Harus di Isi Dengan Amal
Di sinilah kita harus memahami bahwa Islam menuntut kita untuk beramal, bekerja, dan berkarya. Allah tidak senang, ummat ini menyia-nyiakan waktu begitu saja. Inilah ciri orang beriman.
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya; yang menjauhkan diri dari hal sia-sia...” (QS Al-Mu’minun: 1-3).
Karena itu, tidaklah tepat kalau
kita menghabiskan waktu berjam-jam di depan televisi hanya untuk menyaksikan
acara yang tidak berguna apalagi menjurus kepada maksiat. Tidaklah tepat kalau
kita hanya terus sibuk dengan informasi dan berita baik dari media cetak maupun
elektronika sementara kerja tidak ada. Tidaklah tepat menghabiskan waktu
berjam-jam di warung-warung atau kafe. Tidaklah dibenarkan menghabiskan waktu
dengan tidur dan istirahat panjang. Tidaklah dibenarkan menghabiskan waktu
dengan chatting, sms, atau ber-hp ria.
Lakukanlah Amal Salih
Selanjutnya, tidak hanya beramal dan beraktivitas; tetapi Islam menuntut kita untuk melakukan amal salih. Yaitu amal yang baik; amal yang bermanfaat. Kalau sekedar beramal, maka banyak yang beramal dan beraktivitas; tetapi aktivitasnya tidak memberikan manfaat; malah memberikan mudharat. Karena itu, batasan yang diberikan Al Qur’an adalah amal salih. Lebih dari 50 kali istilah amal salih disebutkan dalam Al Qur’an.
Guru yang mengajar muridnya
dengan penuh amanah dan kasih sayang, maka ia sedang beramal salih. Murid yang
belajar dengan tekun dan disiplin sedang beramal salih. Pedagang yang berbisnis
dengan cara yang halal sedang beramal salih. Ayah yang bekerja mencari nafkah
halal untuk keluarga sedang beramal salih. Wanita yang melayani suami dan
mendidik anaknya dengan baik sedang beramal salih. Pegawai, birokrat, dan ulil
amri yang bekerja dengan amanah sedang beramal salih. Bayangkan seandainya
semua beramal salih, Insya Allah kita akan menjadi bangsa yang produktif dan
maju.
Amal Terbaik
Selanjutnya dari ayat di atas kita mendapatkan pemahaman bahwa Islam tidak hanya menuntut kita untuk beramal yang baik dan memberikan manfaat. Tetapi juga kalau bisa amal yang terbaik dan amal yang paling berkualitas. Jadi tidak hanya sekedar baik.
Apa maknanya? Kerahkan seluruh
potensi kita untuk memberikan yang terbaik dan menghasilkan yang terbaik.
Pilihlah yang terbaik di antara yang baik. Jadilah yang terbaik di antara yang
baik. Dengan demikian tidak hanya baik. Tetapi berusahalah untuk berbuat yang
lebih baik dan lebih berkualitas.
Ya, kita disuruh untuk
mempersembahkan sesuatu yang lebih baik, ucapan yang lebih baik, karya yang
paling baik, amal yang paling bagus dst. Spirit persaingan untuk menjadi lebih
baik harus selalu ada. Itulah yang ditampilkan Rasulullah saw terkait dengan
ibadah, akhlak, muamalah, dan kehidupan beliau. Itu pula yang ditunjukkan oleh
para sahabat dan generasi umat terdahulu sehingga mereka menjadi generasi
terbaik sepanjang sejarah.
Wallahu a’lam.
No comments:
Post a Comment