Di antara didikan yang salah pada anak adalah mengajari mereka
berbohong. Kapan orang tua mengajari seperti itu? Yaitu ketika anak “ngambek” ingin dibelikan sesuatu, lalu orang tua berkata, “Iya, mama akan belikan mainan tersebut besok Jum’at.”
Ternyata itu hanya ingin membohongi anak saja supaya diam, tidak lagi
nangis. Padahal ini sebenarnya didikan dari orang tua yang keliru dan
anak bisa mewarisi sifat jelek seperti itu.
Berbohong dalam kondisi ini tetap terkena ancaman hadits,
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tiga tanda munafik adalah jika berkata, ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan ketika diberi amanat, maka ia ingkar” (HR. Bukhari no. 33 dan Muslim no. 59).
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini menerangkan
tanda munafik, yang memiliki sifat tersebut berarti serupa dengan
munafik atau berperangai seperti kelakuan munafik. Karena yang dimaksud
munafik adalah yang ia tampakkan berbeda dengan yang disembunyikan.
Pengertian munafik ini terdapat pada orang yang memiliki tanda-tanda
tersebut” (Syarh Muslim, 2: 47).
Dalam hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta. Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَلَيْكُمْ
بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ
يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى
الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ
وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ
الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ
وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya
kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan
mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan
berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang
yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya
dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan
pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk
berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)
Syaikh Musthofa Al ‘Adawi hafizhohullah berkata, “Jika orang
tua sudah mengingkari janji yang ia katakan pada anaknya, maka
hilanglah kepercayaan dari anak pada orang tua. Bagaimana lagi jika
orang tua sampai mengajarkan secara langsung untuk mengingkari janji?
Tentu nantinya anak tidak lagi percaya pada orang tuanya sendiri.
Begitu pula didikan yang keliru adalah jika ada seseorang yang datang mencari orang tua, lalu ia katakan pada anaknya, “Beritahu saja bapak tidak ada di rumah.” Ini termasuk dosa dan telah mendidik anak untuk berbohong tanpa orang tua sadari.” (Fiqh Tarbiyyatil Abna’, hal. 243).
Semoga Allah memudahkan untuk mendidik anak-anak kita dengan mendidik
mereka akhlak-akhlak yang luhur. Moga anak-anak tersebut menjadi
anak-anak yang sholeh, berbakti pada orang tua dan bermanfaat untuk
Islam.
Referensi:
Fiqh Tarbiyatil Abna’, Syaikh Musthofa bin Al ‘Adawi, terbitan Dar Ibnu Rajab, cetakan tahun 1423 H.
—
Disusun menjelang siang, di Pesantren Darush Sholihin Gunungkidul, 8 Rabi’uts Tsani 1435 H
Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal
*diambil dari Artikel Rumaysho.Com
No comments:
Post a Comment