Dahulu ada seorang raja dari kalangan
Bani Israil, dia mempunyai seorang ahli sihir. Setelah penyihir itu tua,
dia berkata kepada raja, “Sesungguhnya saya telah tua, maka utuslah
seorang pemuda kepadaku, saya akan mengajarinya ilmu sihir.” Kemudian
raja tersebut mengutus kepadanya seorang pemuda untuk diajarinya.
Dalam perjalanannya pemuda tersebut
bertemu seorang pendeta maka dia pun mampir ke tempatnya dan
mendengarkan ucapan-ucapannya, ternyata dia kagum kepadanya. Apabila dia
datang ke tempat penyihir dia pun melewati tempat pendeta tersebut dan
dia mampir ke tempatnya. Selanjutnya apabila dia datang ke tempat
penyihir, penyihir tersebut memukulnya. Maka dia mengadukan hal itu
kepada pendeta. Pendeta berkata, “Jika kamu takut pada penyihir itu,
katakanlah bahwa kamu ditahan oleh keluargamu dan jika kamu takut pada
keluargamu, maka katakanlah bahwa kamu ditahan oleh penyihir.”
Ketika dalam keadaan demikian tiba-tiba
ada binatang besar yang menghalangi (jalan) manusia. Maka dia berkata,
“Pada hari ini saya akan mengetahui, apakah penyihir yang lebih utama
ataukah pendeta yang lebih utama? Maka dia mengambil sebuah batu
kemudian berkata, “Ya Allah, apabila perkara pendeta itu lebih Engkau
cintai daripada perkara penyihir, maka bunuhlah binatang ini sehingga
orang-orang banyak dapat berlalu.” Kemudian dia melempar bintang
tersebut hingga dia dapat membunuhnya dan orang-orang pun dapat berlalu.
Kemudian dia mendatangi pendeta dan
memberitahukan hal tersebut. Pendeta itu berkata, “Hai anakku, kamu
sekarang lebih utama daripada aku. Keadaanmu sudah sampai pada tingkat
sebagaimana yang saya lihat. Sesungguhnya kamu akan diberi cobaan, maka
jika kamu telah mendapat cobaan itu, maka janganlah kamu menunjukkan
aku.” Maka pemuda itu dapat menyembuhkan orang buta dan berpenyakit
kusta serta dapat mengobati manusia dari segala macam penyakit. Maka
orang yang buta dan dekat dengan raja mendengarnya. Dia datang dengan
membawa hadiah yang sangat banyak, kemudian berkata, “Apa saja yang
terkumpul di sini akan menjadi milikmu, apabila engkau dapat
menyembuhkan aku.” Dia berkata, “Sesungguhnya saya tidak dapat
menyembuhkan siapapun, hanya Allah Ta’ala yang dapat menyembuhkan. Maka
jika Anda beriman kepada Allah Ta’ala, saya akan berdoa kepada Allah,
sehingga Dia akan menyembuhkanmu. Maka dia beriman kepada Allah, maka
Allah menyembuhkannya.
Kemudian dia datang kepada raja dan
duduk di dekatnya sebagaimana dia duduk sebelumnya. Maka raja tersebut
bertanya, “Siapakah yang menyembuhkan penglihatanmu? Dia menjawab,
“Tuhanku.” Raja bertanya, “Adakah kamu mempunyai Tuhan selain saya?! Dia
menjawab, “Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.” Maka raja menangkapnya
dan terus-menerus menyiksanya, sehingga dia menunjukkan kepada pemuda
tersebut. Maka pemuda itu pun didatangkan, dan raja berkata kepadanya,
“Hai anakku, ternyata sihirmu sudah sampai pada tingkat dapat
menyembuhkan orang buta dan penyakit kusta dan kamu dapat melakukan ini
dan melakukan itu.” Pemuda itu berkata, “Sesungguhnya saya tidak dapat
menyembuhkan seorang pun, sesungguhnya yang dapat menyembuhkan hanyalah
Allah Ta’ala.”
Maka raja menangkapnya dan terus-menerus
menyiksanya, sehingga dia menunjukkan kepada pendeta. Pendeta pun
ditangkap, kemudian dikatakan kepadanya, “Keluarlah dari agamamu! Maka
pendeta itu menolaknya. Raja meminta supaya didatangkan sebuah gergaji,
kemudian gergaji itu diletakkan tengah kepalanya. Raja membelah
kepalanya hingga jatuhlah kedua belahan tersebut. Selanjutnya
didatangkan orang yang dekat dengan raja, dikatakan kepadanya,
“Keluarlah dari agamamu! Maka dia pun menolaknya. Kemudian diletakkan
gergaji di tengah kepalanya, dia membelah kepalanya dengan gergaji,
sehingga jatuhlah kedua belahan tersebut.
Kemudian didatangkan pemuda tadi,
dikatakan kepadanya, “Keluarlah dari agamamu.” Maka dia menolaknya.
Kemudian pemuda itu diberikan kepada sekelompok sahabatnya, raja
berkata:, “Pergilah dengan membawa pemuda ini ke gunung ini atau itu,
naiklah ke gunung tersebut dengan membawanya. Jika kalian telah sampai
di puncaknya, maka apabila pemuda ini keluar dari agamanya,bebaskan dia,
tetapi jika tidak, maka lemparkanlah dia.” Maka mereka pergi dengan
membawanya, kemudian mereka mendaki gunung. Pemuda itu berkata, “Ya
Allah, selamatkan saya dari mereka dengan sesuatu yang Engkau
kehendaki.” Maka gunung itu pun bergoncang dengan keras hingga mereka
semua terjatuh. Kemudian pemuda itu berjalan menuju raja. Raja berkata
kepada, “Apa yang telah dilakukan oleh shahabat-shahabatmu? Dia
menjawab, “Allah Ta’ala telah (menyelamatkan aku) dari mereka.
Pemuda tersebut kemudian diberikan
kepada sekelompok sahabat-sahabatnya yang lain dan raja berkata,
“Pergilah dengan membawa pemuda ini dalam sebuah perahu dan belayarlah
ke tengah lautan. Jika dia keluar dari agamanya (bebaskan dia), tetapi
jika tidak maka lemparkanlah ke lautan.” Maka mereka pergi dengan
membawanya. Pemuda anak itu berkata, “Ya Allah, semalatkan aku dai
mereka dengan sesuatu yang Engkau kehendaki.” Maka perahu itu terbalik,
dan mereka pun tenggelam semuanya. Pemuda itu pun berjalan ke tempat
raja. Raja berkata kepadanya, “Apakah yang dilakukan oleh
shahabat-shahabatmu? Dia menjawab, “Allah Ta’ala telah menyelamatkan aku
dari mereka.”
Maka dia berkata kepada raja, “Anda
tidak akan dapat membunuh saya, sehingga Anda mau melakukan apa yang aku
perintahkan.” Raja berkata, “Apa itu? Dia berkata, “Anda kumpulkan
semua orang di sebuah tanah lapang dan saliblah saya di batang pohon,
kemudian ambillah sebatang anak panah dari tempat anak panahku,
letakkanlah anak panah itu pada busurnya, kemudian ucapkanlah, “Dengan
nama Allah, Tuhan pemuda ini.” Kemudian lemparkanlah anak panah itu.
Sesungguhnya apabila Anda mengerjakan semua itu, pasti Anda akan bisa
membunuhku.” Raja mengumpulkan semua orang di sebuah tanah lapang. Dia
menyalib pemuda tersebut pada sebatang pohon, kemudian mengambil sebuah
anak panah dari tempat panahnya dan meletakkan anak panah di busur,
kemudian mengucapkan, “Dengan nama Allah, Tuhan pemuda ini.” Dia
melemparkan anak panah dan mengenai pelipisnya. Pemuda itu meletakkan
tangannya di pelipisnya yang terkena panah, kemudian meninggal dunia.
Maka semua orang berkata, “Kami semua beriman kepada Tuhannya pemuda
ini.” Sehingga apa yang selama ini ditakutkan oleh Raja terjadi.
Sungguh, semua manusia telah beriman.
Luar biasa! Manusia-manusia pilihan yang
rela berkorban untuk agamanya. Sang pendeta dan penasehat raja rela
digergaji tubuhnya hingga terbelah menjadi dua demi mempertahankan
agama. Sang pemuda, rela terbunuh demi tegaknya agama. Hingga semua
orang berbondong-bondong masuk agama Islam. Demikian seyogianya kita,
rela berkorban apa saja yang kita miliki demi Islam. Baik korban harta,
waktu bahkan berkorban nyawa sekalipun.
Wallahu’alam bish shawwab.
*diambil dari artikel Ibrah Majalah Taujih
No comments:
Post a Comment