Perlu diketahui bahwa agama setiap para Nabi itu satu, yaitu Islam.
Nabi Isa pun seorang muslim, beragama Islam. Karena ajaran para Nabi itu
satu, yaitu ajaran Islam untuk mentauhidkan Allah.
Agama Seluruh Nabi adalah Islam
Islam adalah agama seluruh nabi dan rasul sebagaimana yang Allah
beritakan tentang bapak para nabi, Ibrahim yang menjadi teladan bagi
alam semesta. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ
يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ وَلَقَدِ
اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الْآَخِرَةِ لَمِنَ
الصَّالِحِينَ (130) إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ
لِرَبِّ الْعَالَمِينَ (131) وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ
وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا
تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (132) أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ
إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ
مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آَبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ
وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
(133)
“Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang
yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di
dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang
yang shaleh.
Ketika Rabbnya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Rabb semesta alam”.
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam“.
Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut,
ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah
sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Rabbmu dan Rabb
nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Rabb Yang Maha Esa
dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”.” (QS. Al Baqarah: 130-133)
Setiap Nabi diperintahkan untuk menyampaikan pada umatnya mengenai ajaran tauhid. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan
Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Rabb yang berhak
disembah melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku“.” (QS. Al Anbiya': 25)
Agama para Nabi yang satu yaitu Islam disebut pula dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنَا
أَوْلَى النَّاسِ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ ،
وَالأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلاَّتٍ ، أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى ،
وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ
“Aku adalah orang yang paling dekat dan paling mencintai Isa bin
Maryam di dunia maupun di akhirat. Para nabi itu adalah saudara seayah
walau ibu mereka berlainan, dan agama mereka adalah satu.” (HR. Bukhari no. 3443 dan Muslim no. 2365)
Dalam riwayat Muslim disebutkan,
«
أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ فِى الأُولَى وَالآخِرَةِ
». قَالُوا كَيْفَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « الأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ
مِنْ عَلاَّتٍ وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ فَلَيْسَ
بَيْنَنَا نَبِىٌّ »
“Aku adalah orang yang paling dekat dan paling mencintai Isa bin Maryam di dunia maupun di akhirat.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana bisa seperti itu wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Para
nabi itu adalah saudara seayah walau ibu mereka berlainan, dan agama
mereka adalah satu. Dan tidak ada di antara kita (antara Nabi Muhammad
dan Nabi Isa) seorang nabi.”
Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Makna hadits ini adalah
pokok agama mereka -para nabi- adalah satu atau sama yaitu tauhid,
meskipun cabang-cabang syari’at mereka berbeda-beda.” (Fathul Bari, 6: 489).
Jika demikian, Nabi Isa ‘alaihis salam pun beragama Islam.
Kesesatan Ajaran Nashrani
Kalau dikata bahwa ajaran Nabi Isa ‘alaihis salam itu sama
yaitu Islam, berarti penyimpangan akidah yang terjadi saat ini pada
Nashrani adalah dari ajaran yang mereka buat-buat sendiri dan tidak lagi
ajaran Isa ‘alaihis salam yang murni yang Allah turunkan. Akidah mereka yang dibuat-buat adalah akidah trinitas, di mana meyakini dalam diri Isa adalah putera, ruh kudus dan Tuhan. Jadi tiga zat sekaligus ada dalam satu jiwa.
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Ajaran trinitas pada
Nashrani adalah ajaran yang tidak pernah diajarkan dalam kitab yang
Allah turunkan, tidak disebutkan dalam kitab injil atau kitab lainnya.
Bahkan yang ada adalah kontradiksi dengan ajaran tersebut. Juga jika
dipandang, keyakinan trinitas tidak masuk akal. Bahkan sangat
bertentangan dengan akal sehat. Begitu pula perkataan para Nabi
bertentangan dengan hal itu, juga benar-benar bertentangan dengan
syari’at agama mereka. Jadi ajaran tersebut adalah ajaran bid’ah yang
dibuat oleh orang Nashrani, bahkan Nabi Isa -‘alaihis salam- pun tidak mengatakannya.” (Al Jawabush Shohih liman Baddala Dinil Masih, 1: 28).
Keyakinan Nashrani yang sesat tersebut nampak jelas pada firman Allah Ta’ala,
لَقَدْ
كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ وَمَا مِنْ
إِلَهٍ إِلَّا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ
لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya
Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada
sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah yang Esa. Jika mereka
tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang
kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. ” (QS. Al Maidah: 73).
Nabi Isa pun membantah akidah trinitas sebagaimana disebut dalam ayat,
وَإِذْ
قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ
اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ
مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ
فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي
نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam,
adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua
orang tuhan selain Allah?.” Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah
patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku
pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada
diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau.
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib.” (QS. Al Maidah: 116)
Agama Nashrani yang ada saat ini bukanlah agama yang murni dari Isa. Umatlah yang merubah ajaran yang murni tersebut.
Jika ajaran Nashrani saat ini menyimpang, apakah pantas seorang
muslim mengucapkan selamat natal? Padahal natal adalah peringatan
kelahiran anak Tuhan. Namun, demikianlah banyak yang mengucapkan tanpa
ada rasa takut pada murka Allah, hanya karena tidak enak pada teman atau
rekan, bahkan ada politikus Islam yang mengucapkan “selamat natal”
hanya karena ingin dapat suara di pentas politik 2014. Wallahul musta’an.
Moga Allah beri kita taufik untuk berada dalam akidah yang benar.
—
Selesai disusun di pagi hari penuh berkah di Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 21 Safar 1435 H
Oleh akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal
*diambil dari Artikel Rumaysho.Com
No comments:
Post a Comment