Asal bunyi, atau sering diringkas dengan istilah “asbun”,
kerap dianggap sebagai suatu hal yang biasa. Banyak orang terjangkiti
virus ini, namun tidak merasa bahwa dirinya sedang menderita sakit.
Padahal penyakit yang satu ini efek bahayanya luar biasa. Dampak
negatifnya akan terasa bukan hanya di dunia saja, tapi juga akan terbawa
hingga ke akhirat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menjelaskan,
“إِنَّ
الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا؛
يَهْوِى بِهَا فِى النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ”.
“Terkadang seorang hamba mengucapkan suatu kalimat tanpa ia perhatikan dampaknya, ternyata mengakibatkan dirinya terjerumus ke dalam neraka sejauh jarak antara timur dan barat”. HR. Bukhari dan Muslim, dengan redaksi Muslim.
Banyak praktek asbun yang harus kita waspadai. Di antara yang paling berbahaya adalah berbicara tentang hukum agama tanpa ilmu. Allah ta’ala menegaskan,
“قُلْ
إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ،
وَالْإِثْمَ، وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ، وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ
مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا، وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا
لَا تَعْلَمُونَ”.
Artinya: “Katakanlah (wahai Muhammad), “Rabbku hanya mengharamkan
segala perbuatan keji yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan
dosa, perbuatan zalim tanpa alasan yang benar. Dan (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu, sedangkan Dia tidak menurunkan alasan untuk itu. Juga (mengharamkan) kalian untuk berbicara tentang (hukum) Allah yang tidak kalian ketahui”. QS. Al-A’raf (7): 33.
Jika dalam dunia medis dikenal adanya mal praktek, dalam ranah
keulamaan pun juga ada hal serupa. Bahkan sejak empat belas abad lalu,
Nabi kita shallallahu’alaihiwasallam sudah mengisyaratkan akan adanya fenomena tersebut,
“إِنَّ
اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ
الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ، حَتَّى
إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا؛ اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا،
فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا”.
“Sesungguhnya Allah tidak melenyapkan ilmu (dari muka bumi) dengan
cara mencabut ilmu tersebut dari para hamba-Nya, namun Allah akan
melenyapkan ilmu (dari muka bumi) dengan meninggalnya para ulama. Hingga
jika tidak tersisa seorang ulamapun, para manusia menjadikan
orang-orang yang bodoh sebagai panutan, mereka menjadi rujukan lalu
berfatwa tanpa ilmu, sehingga sesat dan menyesatkan”. HR. Bukhari dan Muslim dari hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhuma, dengan redaksi Bukhari.
Di antara praktek asbun yang belakangan ini cukup mewabah, bahkan di antara mereka yang berpenampilan alim: memfitnah sesama muslim.
Dengan berbekal gosip, mereka merusak kehormatan para ulama, ustadz dan
saudara-saudara mereka seakidah. Hanya kepada Allah saja kita mengadu…
Padahal, jauh-jauh hari Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam telah mengingatkan,
“وَمَنْ قَالَ فِى مُؤْمِنٍ مَا لَيْسَ فِيهِ؛ أَسْكَنَهُ اللَّهُ رَدْغَةَ الْخَبَالِ حَتَّى يَخْرُجَ مِمَّا قَالَ”.
“Barang siapa membicarakan mukmin dengan sesuatu yang tidak benar
adanya; niscaya Allah akan benamkan dia ke dalam kubangan nanahnya para
penghuni neraka, hingga ia bertaubat dari perkataan tersebut“. HR. Abu Dawud dan dinilai sahih oleh al-Hakim, adz-Dzahaby dan al-Albany.
Masih ada berbagai contoh lain praktek asbun. Maka berhati-hatilah!
@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, Kamis, 17 Muharram 1435 / 21 November 2013
*diambil dari artikel www.tunasilmu.com
No comments:
Post a Comment