Edisi 313/ November Th. 2014
Banyak sudah yang kita makan.
Banyak sudah yang kita pakai. Banyak sudah yang kita nikmati. Pertanyaannya,
apakah kita sudah bersedekah? Apakah kita sudah berbagi dengan yang lain lewat
rezeki, pakaian, makanan, dan gaji yang kita miliki?!
Wahai manusia, wahai orang-orang
kaya, wahai pemilik harta, wahai yang memiliki pendapatan tinggi atau kekayaan
berlimpah, apakah engkau ingat kepada saudara-saudaramu? Apakah engkau ingat
bahwa ada orang-orang yang lapar dan tidur di atas emperan? Apakah engkau
berpikir bahwa banyak orang miskin yang tidak mempunyai meski sekerat roti dan
secarik kain?
Nabi saw bersabda, “Demi Allah,
tidak beriman orang yang melewatkan harinya dalam kondisi kenyang sementara
tetangganya lapar.” Di mana persaudaraan antar sesama manusia itu berada
apabila kekuatan iman sudah tidak ada? Engkau dan orang yang berada di
hadapanmu entah ia berwarna putih, merah, atau hitam, entah ia pekerja
sederhana, orang miskin, orang sakit atau tertindas, sesungguhnya ia saudaramu.
Ayahmu dan ayahnya, ibumu dan ibunya adalah Adam dan Hawa. Kalian memiliki
nasab yang sama. Kalau begitu dimana persaudaraan kemanusiaan itu berada?
Pasalnya, mereka adalah orang yang saling berebut. Nabi saw bersabda, “Siapa
yang memiliki kelebihan tunggangan hendaknya memberikan kepada yang tidak
mempunyai tunggangan. Siapa yang memiliki kelebihan bekal hendaknya memberikan
kepada yang tidak mempunyai bekal.”
Sekarang kita dalam komunitas
muslim mengeluhkan satu hal. Yaitu sebagian orang hidup mewah dan boros,
sementara yang lain melarat dan miskin. Sebagian keluarga saat ini mengeluhkan
penyakit seperti kolesterol dan obesitas karena banyak makan dan karena
banyaknya yang tersimpan dalam tubuh. Tubuh yang kau jaga, yang kau buat
bercahaya, yang kau buat indah dan cantik, di mana engkau takut terkena sinar
mentari dan berusaha mendinginkannya dengan AC, ia pada suatu waktu akan
dikubur, akan dimakan oleh cacing, dan akan diantar oleh keluarga ke kubur.
Ibumu, isterimu, saudara perempuanmu, anak gadismu, mereka semua akan
mengantarkanmu dan meninggalkanmu sendirian di dalam tanah. Wahai saudaraku,
kerjakan amal yang bisa menjadi pembelamu di kubur! Pasalnya, tidak ada yang
tersisa kecuali apa yang kau sedekahkan dan kau berikan kepada fakir miskin.
Apa yang bisa kita perbuat jika
kita ego dan bakhil terhadap diri sendiri?! Orang yang bakhil terhadap dirinya
adalah yang menghalangi dirinya dari melakukan amal salih untuk manusia. Air
yang berada di hadapanmu, segelas air ini, jika engkau berikan kepada orang
miskin agar bisa ia minum atau kepada orang yang kehausan, hal itu lebih baik
daripada kau minum. Pakaian yang kau kenakan lebih indah dikenakan oleh orang
miskin daripada dikenakan olehmu. Tindakanmu memberikan sekerat kepada fakir
dan yatim lebih hebat daripada kau simpan ia di lemari. Sampai kapan saliung
menyayangi hanya menjadi slogan?! Yang dibutuhkan adalah kejujuran dan
kejelasan di antara kita sebagai umat Islam.
Nabi saw bersabda, “Sedekah dapat
memadamkan dosa sebagaimana air dapat memadamkan api.” Ketika engkau bersedekah
seketika Allah menghapus dosamu. Nabi saw juga bersabda, “Setiap orang akan
berada dalam naungan sedekahnya di hari kiamat.” Maknanya, jika matahari
mendekat dan kondisi begitu sulit, engkau akan berada dalam naungan sedekah,
entah sedikit atau banyak. Karena itu perbanyaklah! Perbanyaklah naunganmu
dengan cara bersedekah. Jika engkau tidak memiliki apa-apa, maka kalimat yang
baik juga merupakan sedekah sebagaimana sabda Nabi saw.
Sedekah adalah satu pinjaman yang
kau berikan kepada Tuhan padahal Dia Maha Kaya. Allah swt tidak fakir, tidak
membutuhkanmu, serta tidak membutuhkan pinjaman. Akan tetapi, Dia menyebutnya
sebagai pinjaman untuk mengangkat morilmu, memberi motivasi, serta menjadikanmu
sebagai orang yang mau bersedekah. Allah swt berfirman,
“Orang yang memberikan pinjaman baik kepada Allah.” (QS Al Baqarah: 354).
Bila engkau membawa uang di
tangan lalu kau berikan kepada seorang fakir tanpa ditampakkan kepada orang,
niscaya Allah akan menaungimu dalam naungan-Nya di hari tiada naungan kecuali
naungan-Nya.
Aku teringat kepada kisah sekerat
roti milik Ibn al-Bastham, seorang salih yang tinggal di Bagdad. Ia berkata,
“Waktu itu aku masih kecil dan anak-anak. Setiap hari ibuku bersedekah sekerat
roti atas nama diriku. Ia berkata, “Wahai Muhammad ibn al-Bastham, dengan
sekerat roti ini Allah akan melindungimu. ‘Saat ibu menghadapi sakaratul maut
dan aku sudah menjadi orang kaya ia berkata, ‘Jangan berhenti bersedekah dengan
sekerat roti tersebut! Engkau harus berusaha bersedekah dengannya sebab dengan
itu Allah akan melindungimu.’ Ia mematuhi sang ibu dan terus bersedekah.
Kemudian satu ketika salah seorang menteri ingin menangkapnya seraya menyita
hartanya. Menteri tersebut berbuat zalim padanya dan memenjarakannya. Lalu
menteri tersebut tidur. Ia ingin menyakiti dan menghukum Ibn al-Bastham pada
hari kedua.
Dalam tidur tersebut sang menteri
bermimpi sudah menghunuskan pedang dan hendak membunuh Ibn al-Bastham. Namun
Ibn al-Bastham membawa sekerat roti yang menjadi penghalang untuk bisa
mendekatinya. Di pagi harinya ia memanggil Ibn al-Bastham dan bertanya, ‘Apa
cerita di balik sekerat roti itu? Semalam aku bermimpi melihatmu dalam tidur.
Dalam mimpi aku hendak membunuhmu dengan pedang. Namun setiap kali aku
mendekat, engkau mengangkat sekerat roti ke wajahku.’ Ibn al-Bastham mulai
bercerita, ‘Demi Allah sejak puluhan tahun lalu aku dan ibuku biasa bersedekah
dengan sekerat roti atas nama diriku setiap hari. Ibuku berkata bahwa dengan
roti tersebut pasti Allah akan melindungi. Karenanya, aku tidak pernah
meninggalkan hal itu sampai sekarang. Allah tidak akan membiarkan dirimu
berbuat zalim padaku. Allah pasti menyelamatkan diriku dengan sekerat roti
tersebut.”
Ini sebagaimana yang dikatakan
oleh Abu Bakar ash-Shiddiq ra, “Perbuatan baik melindungi dari musibah yang
buruk.” Dengan kata lain, apabila Allah mengetahui bahwa engkau memberikan
kemudahan kepada kaum muslim, bersedekah untuk mereka, memberi makan kepada
fakir miskin, mengusap kepala anak yatim, serta mengasihi kalangan dhuafa,
niscaya Dia menghindarkanmu dari musibah buruk, fitnah, dan berbagai
malapetaka. Allah akan memberimu keselamatan untukmu.
‘Aidh Al-Qarni
*diambil dari Buletin Al-Iman (telagainsanberiman@gmail.com)
No comments:
Post a Comment