Tentu tidak ada orang yang berharap memiliki anak durhaka.
Setiap insan pasti menginginkan keturunannya menjadi anak salih dan
salihah yang berbakti kepada orang tuanya. Namun amat disayangkan,
banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cita-cita mulia tersebut
mutlak membutuhkan pengorbanan besar dan perjuangan panjang. Bukan
dengan ‘mantra sim salabim’!
Yang perlu diperhatikan bukanlah sekedar kebutuhan duniawi anak.
Seperti makanan, pakaian, uang saku, hp, kendaraan dan yang semisal.
Namun yang jauh lebih urgen dari itu semua adalah pengajaran dan
pendidikan mereka. Berkenaan dengan pendidikan, tugas orang tua tidaklah
sekedar memasukkan anaknya ke sekolah. Tetapi ia juga berkewajiban untuk ikut mengarahkan dan memantau perkembangan mereka.
Jika ia enggan untuk menjalankan tanggung jawab tersebut, jangan kaget bila kelak putranya menjadi anak yang durhaka. Sebab ia telah mendurhakai anaknya terlebih dahulu, sebelum mereka mendurhakainya!
Nasehat tentu bukan hanya tertuju kepada para orang tua. Namun juga
membidik para anak, yang harus mengimbangi usaha orang tuanya. Realita
berbicara bahwa tidak sedikit anak yang tak tahu diri. Orang tua telah
bekerja keras membanting tulang demi membiayai anaknya. Nasehat juga
tidak kurang-kurangnya disampaikan kepada sang anak. Namun ternyata air
susu dibalas dengan air tuba.
Ingatlah bahwa barang siapa menanam pasti ia akan mengetam. Bila engkau mendurhakai orang tuamu saat ini, tunggulah saatnya kelak anakmu pun akan mendurhakaimu. Na’udzubillah min dzalik.
Itu bila terjadi ketimpangan antara usaha orang tua dengan timbal
balik dari anak. Namun bagaimana bila kejadiannya berbeda? Yakni anak
tidak diperhatikan oleh orang tuanya, baik kebutuhan fisik maupun
rohaninya. Dalam kasus seperti ini, anak tidak boleh berputus asa dan
hanya menimpakan kesalahan kepada orang tuanya. Sebab Allah ta’ala telah
mengaruniakan akal dan nurani kepadanya. Dengan keduanya ia bisa
mencari hidayah dan menjemputnya. Tidak sedikit anak salih yang justru
terlahir dari sebuah keluarga yang broken home. Sebaliknya ada pula anak durhaka yang ternyata malah muncul dari sebuah keluarga taat beragama.
Fenomena tersebut memberikan sebuah pelajaran berharga kepada kita bahwa segala sesuatunya tergantung kepada taufik dari Allah ta’ala. Maka
janganlah sekedar mengandalkan usaha manusiawi belaka. Tetapi iringilah
ikhtiar dengan lantunan doa yang tak putus-putus. Dengan harapan semoga
Allah berbelas kasih kepada hamba-Nya…
“رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا“
“Wahai Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan
keturunan kami sebagai penyejuk mata (kami) dan jadikanlah kami pemimpin
bagi orang-orang yang bertakwa”. QS. Al-Furqan (25): 74.
Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga,13 R. Tsani 1434 / 23 Februari 2013
*diambil dari artikel www.tunasilmu.com
No comments:
Post a Comment