Edisi 4 Tahun XXIV – Muharram 1436 H/ Nopember 2014 M
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS Al Baqarah [2]: 186)
Konsep ketuhanan merupakan
persoalan paling pokok dalam agama. Banyak agama yang mengalami kerancuan dalam
konsep ketuhanan. Karena itu, Islam merupakan agama yang sangat jelas dalam
masalah ketuhanan dan ada sejumlah ayat Al Quran yang turun berkaitan dengan
masalah ketuhanan, baik karena adanya pertanyaan maupun pelurusan atas
kekeliruan manusia. Kajian masalah ini menjadi sangat penting bagi setiap
muslim, karenanya tulisan ini disusun untuk kita ambil hikmahnya.
Mempertanyakan Ke-Esaan Allah Swt.
Salah satu keyakinan yang paling
prinsip dalam Islam adalah tentang keesaan Allah swt, esa dalam segala hal
sehingga tidak ada yang sama dengan-Nya.
Ketika dijelaskan prinsip keesaan
Allah swt itu, orang-orang musyrik terheran-heran, karena mereka
mempertanyakan: “Satu Tuhan? Kalau memang benar apa yang dikatakannya, coba
datangkan kepada kami sebuah ayat.”
Sementara dalam kasus lain,
diceritakan dari Atha bahwa orang-orang Quraisy berkata: “Bagaimana satu tuhan
cukup untuk semua orang?.”
Disamping itu, Ibnu Abbas juga
menceritakan bahwa orang-orang Quraisy berkata kepada Nabi Muhammad saw:
“Mintalah kepada Allah untuk mengubah bukit Shafa dan Marwah menjadi emas untuk
kita jadikan bekal menghadapi musuh kami. Maka Allah swt mewahyukan kepada
Rasul: “Aku akan memberikan apa yang
mereka minta, tetapi jika mereka kafir setelah itu, Aku akan mengazabnya dengan
azab yang belum pernah diturunkan kepada seorang manusiapun.”
Namun Rasulullah saw berdoa: “Ya
Allah, biarkanlah aku berdakwah kepada kaumku hari demi hari secara perlahan.”
Maka atas kejadian semua itu,
turunlah firman Allah swt:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan Bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkannya. (QS Al Baqarah [2]: 164).
Dari kisah di atas, pelajaran
yang dapat kita ambil adalah, Pertama, Tauhid atau ajaran tentang
keesaan Allah swt merupakan faktor utama yang membedakan Islam dengan agama
apapun. Kedua, diantara bukti keesaan dan kekuasaan Allah swt adalah
adanya alam semesta dengan segala isinya. Karenanya, semakin kita renungi dan
pelajari tentang alam semesta, akan semakin kokoh keimanan kita kepada Allah
swt.
Allah Itu Dekat
Merasa dekat dengan Allah membuat
manusia selalu merasa diawasi, lalu tidak berani menyimpang dari ketentuan-Nya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim dan lain-lain bahwa suatu ketika
seorang Arab Badui mendatangi Nabi saw, lalu berkata: “Allah itu dekat atau
jauh. Bila dekat kita cukup berdoa dengan berbisik dan bila jauh kita memohon kepada-Nya dengan
berteriak memanggil.”
Rasulullah saw terdiam, lalu
turun firman Allah swt:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS Al Baqarah [2]: 186).
Dari kisah di atas, pelajaran
yang dapat kita ambil adalah: Pertama, Allah swt menyatakan bahkan
Dia dekat kepada manusia, persoalannya kita merasa dekat apa tidak. Rasa dekat
membuat kita tidak mau menyimpang dari ketentuan-Nya karena kita selalu merasa
diawasi. Kedua, doa merupakan inti ibadah. Ketika kita berdoa, setiap
kita harus yakin bahwa Allah swt mengabulkannya.
Maha Tahu.
Manusia seringkali berniat dan
melakukah hal-hal yang tidak benar. Salah satu anggapannya adalah tidak
diketahui oleh orang lain, padahal Allah swt Maha Tahu atas segala sesuatu.
Sahabat Ibnu Abbas ra
menceritakan sebagaimana diriwayatkan oleh Ath Thabrani bahwa Arbad bin Qais
dan Amir Ibnu Thufail datang ke Madinah menemui Rasulullah saw, ia berkata:
“Hai Muhammad, apa yang kamu berikan kepadamu kalau aku masuk Islam?.”
Rasul menjawab: “Kamu mendapat
hak seperti yang dimiliki kaum muslimin dan kamu juga memikul kewajiban seperti
mereka.”
Ia berkata lagi: “Apakah kamu
akan menyerahkan kepemimpinan kepadaku setelah kamu wafat?.”
Rasulullah saw menjawab: “Hak itu
bukan menjadi hakmu maupun hak kaummu.”
Akhirnya kedua orang itu pergi.
Amir berkata kepada Arbad: “Aku akan menarik perhatian Muhammad dengan
perbincangan, lalu tikamlah dia dengan pedang.”
Keduanya kembali menemui
Rasulullah saw, Amir berkata: “Hai Muhammad, marilah kita bicara.”
Beliau bangkit lalu berbicara
dengannya, sementara Arbad mulai menghunuskan pedangnya, tapi baru saja dia
hendak beraksi, Rasulullah saw menoleh dan melihat maksud buruknya itu.
Beliaupun meninggalkan keduanya.
Kedua orang itu pergi, ketika
berada di Ar Raqm, Allah swt mengirimkan petir yang menyebabkan Arbad tewas,
lalu diturunkanlah firman Allah swt yang berbunyi:
Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya (QS Ar Ra’du [13]: 8).
Dari kisah di atas, pelajaran
yang dapat kita ambil adalah; Pertama, manusia harus menyadari dan
memahami bahwa Allah swt Maha Tahu atas segala sesuatu, termasuk bayi yang ada
dalam kandungan hingga niat orang yang sangat tersembunyi di dalam hatinya. Kedua,
maksud dan perbuatan jahat yang dilakukan manusia pasti ada balasannya, baik di
dunia maupun di akhirat nanti.
Akibat Membantah Allah
Dalam aqidah Islam, setiap kita
seharusnya meyakini Allah swt sebagai Tuhan yang benar. Membantah Allah swt,
apalagi mempertanyakan yang tidak berdasar hanya akan berakibat buruk bagi
manusia.
Sahabat Anas ra menceritakan
sebagaimana diriwayatkan oleh An Nasa’i dan al Bazzar bahwa Rasulullah saw
mengutus seorang sahabat untuk berdakwah kepada pemuka jahiliyah. Mereka malah
bertanya: “Tuhanmu yang kamu seru aku menyembahnya terbuat dari apa, apakah
dari besi, tembaga, perak atau emas?.”
Sahabat yang diutus itu kembali
kepada Rasulullah saw dan memberi tahu beliau.
Namun Rasulullah saw kembali
mengutus sahabat untuk mengajak orang itu masuk Islam, meskipun sudah beberapa
kali, tetap saja pertanyaannya seperti itu hingga akhirnya Allah swt mengirim
petir yang menghanguskan tubuhnya. Maka turunlah firman Allah swt:
Dari guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya. (QS Ar Ra’du [13]: 13).
Dari kisah di atas, pelajaran
yang dapat kita ambil adalah; Pertama, segala sesuatu adalah
makhluk Allah swt yang selalu bertasbih kepada-Nya, termasuk guruh atau petir. Kedua,
Allah swt berkuasa untuk memerintahkan seluruh makhluk-Nya untuk melakukan
sesuatu, termasuk memerintahkan petir untuk menyambar manusia yang durhaka dan
keterlaluan.
Dengan demikian, setiap manusia
mestinya memiliki aqidah yang lurus dan murni, tidak bercampur sedikitpun
dengan kemusyrikan.
Drs. H. Ahmad Yani
Email: ayani_ku@yahoo.co.id
HP/WhatsApp: 08129021953
Pin BB: 275d0bb3
Twitter: @H_AhmadYani
Facebook: Ust Ahmad Yani Dua
*diterbitkan oleh
Buletin Khairu Ummah
No comments:
Post a Comment