Sangat agung dalam agama
lslam. Selain salah satu rukun Islam, shalat merupakan tiang agama.
Allah swt telah mewajibkan para hamba-Nya untuk mengerjakannya lima kali
dalam sehari-semalam. Begitu penting kedudukan shalat bagi seorang
muslim, Allah mewahyukan perintah shalat langsung kepada Rasulullah ` di
langit ke tujuh tanpa perantara.
Shalat menjadi kunci seluruh
amal manusia. Jika shalat seseorang baik, maka baik pula seluruh
amalnya. Namun jika shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya.
Namun banyak di antara kita
yang masih meremehkan kewajiban agung ini. Ketika shalat menyeru, kita
sering menunda-nunda dalam memenuhi panggilannya. Bahkan tidak jarang
kita mengatakan, “Nanti…!! Saya sedang sibuk”.
Betapa banyak masjid megah di
sekitar kita, namun sepi dari aktivitas shalat berjamaah. Saat tiba
waktu shalat hanya beberapa gelintir orang saja yang menegakkan shalat
jamaah. Kaum muslimin yang tinggal di sekitar masjid lebih memilih
bermesraan dengan dunia dibanding shalat jamaah. Yah… Membangun masjid
memang sulit, namun lebih sulit lagi memakmurkannya.
Sungguh sangat jauh berbeda
dengan para salaf terdahulu dalam menyikapi shalat jamaah. Said bin
Musayyib misalnya, salah seorang tabi’in senior. Beliau sangat menjaga
shalat berjama’ah. Ia tidak pernah meninggalkan shalat berjama’ah dan
senantiasa berada di barisan yang paling depan selama 40 tahun. Sa’id
pernah mengatakan, “Aku tidak pernah meninggalkan shalat berjama’ah
selama 40 tahun”.
Utsman bin Hukaim berkata,
‘Aku pernah mendengar Said bin Musayyib mengatakan, “Selama 30 tahun,
setiap kali para muadzin mengumandangkan adzan, pasti aku sudah berada
di dalam masjid”.
Diriwayatkan dari Abdul Mu’in
bin Idris dari ayahnya, dia berkata, “Selama 50 tahun Said bin Musayyib
melakukan shalat Subuh dengan wudhu shalat Isya’.” Said bin Musayyib
berkata, “Aku tidak pernah ketinggalan takbir pertama dalam shalat
selama 50 tahun. Aku juga tidak pernah melihat punggung para jama’ah,
karena aku selalu berada di barisan terdepan selama 50 tahun itu.”.
Begitulah tabi’in agung ini
dalam menjaga shalat jama’ahnya. Ia tidak pernah ketinggalan dalam
shalat berjama’ah dan bahkan ia senantiasa berada di barisan paling
depan selama 40 atau 50 tahun. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita
senantiasa menjaga shalat jamaah? Tidak pernah terlambat. Ataukah kita
lebih senang bermesraan dengan dunia dan mengabaikan panggilan shalat.
Wal ‘iyadzu billah.
*diambil dari Artikel Muhasabah www.daaruhsyahadah.com
No comments:
Post a Comment