Drop Down Menu

Friday 28 November 2014

Suami Menyuruh Memutus Silaturahim

Pertanyaan:


Assalamualaikum wr. wb,

Saya mohon bantuan. Saya ada masalah dalam keluarga kecil saya. Suami saya sangat tidak suka dengan bibi saya, pernah suatu ketika saya mengantar ibu ke rumah bibi saya dan dia sangat marah hingga berucap akan mencerai saya dan saya diusir dari rumah. Kebencian itu berawal ketika acara lamaran dulu bibi saya sempat mengatakan kata-kata yang tidak berkenan di hati suami dan keluarganya.


Saya dan ibu saya atas nama bibi sudah pernah meminta maaf. Dan sikap bibi saya pun baik dan tidak ada kebencian terhadap suami saya sekarang.


Tidak ada yang tahu masalah ini. Ketika diusir saya tidak pergi karena saya tidak ingin keluarga hancur hanya dengan masalah ini. Apakah saya harus mengikuti suami walaupun itu jelas-jelas salah. Yaitu membenci dan menarik diri, memutus silaturahmi dengan bibi? Sedang bibi saya termasuk orang yang banyak membantu saya.


Mohon jawabannya ustadz.



Jawaban:


Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Ciri dari isteri yang salihah adalah taat dan patuh kepada suami, di samping taat kepada Allah swt (lihat An-Nisa: 34). Namun ketaatan kepada suami tidak bersifat mutlak. Ia terbatas pada perintah yang baik; yang tidak mengandung maksiat kepada Allah swt. 
Nabi saw bersabda, 

“Tidak boleh taat dalam maksiat kepada Allah swt. Taat hanya dalam hal yang ma’ruf (baik).” (HR. Muslim).
Sementara memutus silaturahim adalah salah satu bentuk perbuatan maksiat dan dosa. Bahkan memutuskan silaturahim termasuk dosa besar. Karena itu, tidak boleh seorang isteri menaati suaminya ketika disuruh untuk memutuskan silaturahim.


Hanya saja, hendaknya isteri menyambung silaturahim tidak dengan cara yang demonstratif; tapi dengan cara yang membuat suami tidak tersinggung. Misalnya dengan sms, telepon, atau cara lain yang tak perlu diketahui oleh suami. Di sisi lain hendaknya ia berdoa dan menasihati suami baik secara langsung maupun tidak langsung agar suami tidak melakukan pemutusan silaturahim. Apalagi jika bibi Anda yang ia benci karena pernah menyakiti telah meminta maaf dan banyak berbuat baik.


Wallahu a’lam bish shawab.




*diambil dari Buletin Al-Iman (telagainsanberiman@gmail.com)

No comments:

Post a Comment