Siapa di antara kita yang tidak ingin menjadi orang kaya yang
bergelimang harta? Tua muda, lelaki perempuan, berkulit hitam atau
putih, semuanya memiliki keinginan serupa.
Salahkah keinginan tersebut? Tidak juga! Tetapi sayangnya, banyak di
antara kita lupa untuk berusaha memiliki ’pengawal’ yang membantu kita
menjaga harta tersebut; agar tidak berubah menjadi petaka. Pengawal
setia tersebut adalah ilmu agama.
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menjelaskan,
“مَثَلُ
هَذِهِ الْأُمَّةِ مَثَلُ أَرْبَعَةِ نَفَرٍ (1) رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ
مَالًا وَعِلْمًا، فَهُوَ يَعْمَلُ بِهِ فِي مَالِهِ يُنْفِقُهُ فِي
حَقِّهِ. (2) وَرَجُلٌ آتَاهُ اللهُ عِلْمًا وَلَمْ يُؤْتِهِ مَالًا،
فَهُوَ يَقُولُ: “لَوْ كَانَ لِي مِثْلُ مَالِ هَذَا؛ عَمِلْتُ فِيهِ
مِثْلَ الَّذِي يَعْمَلُ”. قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “فَهُمَا فِي الْأَجْرِ سَوَاءٌ”. (3) وَرَجُلٌ آتَاهُ
اللهُ مَالًا وَلَمْ يُؤْتِهِ عِلْمًا، فَهُوَ يَخْبِطُ فِيهِ يُنْفِقُهُ
فِي غَيْرِ حَقِّهِ. (4) وَرَجُلٌ لَمْ يُؤْتِهِ اللهُ مَالًا وَلَا
عِلْمًا، فَهُوَ يَقُولُ: “لَوْ كَانَ لِي مَالٌ مِثْلُ هَذَا؛ عَمِلْتُ
فِيهِ مِثْلَ الَّذِي يَعْمَلُ”. قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “فَهُمَا فِي الْوِزْرِ سَوَاءٌ”.
”Perumpamaan umat ini bagaikan empat orang. Orang pertama: adalah seorang yang dikaruniai Allah harta dan ilmu. Dengan ilmunya ia mengatur harta sehingga bisa mengalokasikannya dengan benar. Orang kedua: adalah seorang yang dikaruniai Allah ilmu, namun tidak dikaruniai harta.
Dia berkata, ”Andaikan aku memiliki harta seperti fulan (orang
pertama), niscaya akan kugunakan seperti apa yang dilakukannya”.
Rasulullah shallallahu ’alaihiwasallam bersabda, ”Pahala dua orang
tersebut sama”.
Orang ketiga: adalah seorang yang dikaruniai Allah harta namun tidak dikaruniai ilmu. Dia bertindak asal-asalan dalam hartanya, menghamburkannya tanpa aturan. Orang keempat: seorang yang tidak dikaruniai Allah harta maupun ilmu. Ia berujar, ”Andaikan aku memiliki harta seperti fulan (orang ketiga); niscaya akan kugunakan seperti apa yang dilakukannya”. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam berkomentar, ”Dosa keduanya sama”. HR. Ahmad dari Abu Kabsyah al-Anmâry radhiyallahu ’anhu dan dinyatakan sahih oleh al-Albany.
Dalam hadits di atas, Nabiyullah shallallahu’alaihiwasallam menerangkan pada kita bagaimana efek dari ilmu agama terhadap sikap seseorang kepada hartanya.
Orang kaya yang berilmu, berkat bekal ilmu yang dimilikinya, ia bisa
memanfaatkan hartanya untuk mengantarkan ke surga. Ini adalah orang pertama. Adapun
orang yang miskin harta namun memiliki ilmu agama, diapun juga bisa
memanfaatkan ilmu tersebut sebagai kendaraan untuk masuk surga. Sebab ia
berpeluang meraih pahala yang sama dengan orang pertama, berkat niat
baik yang ada dalam hatinya. Inilah orang kedua.
Adapun orang ketiga, adalah golongan yang malang, walaupun
kelihatannya ia hidup sejahtera. Sebab ia gagal menjadikan hartanya
sebagai tunggangan menuju surga. Ia serampangan dalam mengalokasikan
hartanya, karena keminiman ilmu agamanya.
Yang paling naas nasibnya adalah orang keempat. Sudah miskin
harta, miskin ilmu agama pula. Di dunianya ia hidup dalam kesusahan, dan
kelak di akhiratnya ia sengsara masuk ke dalam neraka. Na’udzubillah min dzalik…
Nah, memilih manakah Anda? Yang penting, jangan sampai memilih
menjadi orang ketiga, apalagi keempat. Minimal jadilah orang kedua.
Syukur-syukur Anda bisa menjadi orang pertama. Selamat memilih…
@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 5 Jumadal Ula 1435 / 7 Maret 2014
*diambil dari artikel www.tunasilmu.com
No comments:
Post a Comment