Allah Swt berfirman,
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurât [49]: 12).
Hati yang jernih, bening, dan bersih akan terpancar dari perilaku
sehari-hari. Tidak ada buruk sangka, yang ada kasih sayang terhadap
sesama, berbaik sangka terhadap Allah Swt, juga terhadap sesama saudara.
Sebaliknya, jika hati kotor, maka yang ada adalah penyakit-penyakit
hati yang mengerikan. Salah satunya adalah buruk sangka.
Buruk sangka dalam istilah Al Quran dikenal dengan “Su’udhan” dan sebaliknya, istilah untuk baik sangka adalah “husnudhan”. Keduanya merupakan prasangka terhadap sesuatu atau seseorang.
Jika kita mengawali hari dengan buruk sangka, bukannya dengan
do’a-do’a yang Rasulullah Saw ajarkan, maka yang akan terjadi adalah
banyaknya kesalahan yang akan kita lakukan di sepanjang hari tersebut.
Pasangan suami istri yang saling berburuk sangka, keduanya akan sibuk
dengan pikiran masing-masing, hati tidak menentu. Akhirnya berpengaruh
pada kualitas hidup rumah tangga mereka hingga mengabaikan anak-anak
mereka. Tugas dan kewajiban yang seharusnya menjadi prioritas utama
menjadi terbengkalai karena sangkaan yang bukan-bukan dan tidak ada
buktinya.
Islam mengajarkan kepada kita untuk tidak berburuk sangka. Namun,
bukan berarti Islam melarang kita untuk bersikap waspada atau
berhati-hati dalam menyikapi situasi. Jika kita berada di dalam
lingkungan orang-orang shaleh, kenapa kita harus berburuk sangka
terhadap mereka. Jika ada yang mengetuk pintu rumah kita dan kita yakin
bahwa yang mengetuk itu adalah saudara kita yang baik akhlaknya, kenapa
tidak kita ajak mereka untuk masuk dan berbincang di dalam rumah kita?
Begitu juga sebaliknya. Jika lingkungan sekitar kita terkenal dengan
kejahatan dan kemaksiatan, maka sebaiknya kita mewaspadai segala bentuk
situasi yang ada. Bersikap hati-hati itu perlu, tapi tidak berarti kita
harus berburuk sangka pada orang di sekitar kita. Namun, Kita pun perlu
berhati-hati, jangan sampai kita beranggapan bahwa orang lain telah
berburuk sangka kepada kita. Karena jika demikian, maka kitalah yang
telah berburuk sangka kepadanya.
Siapapun bisa terjangkit penyakit hati ini. Oleh karenanya, jika kita
ingin terhindar dari kebiasaan berprasangka buruk terhadap sesuatu atau
seseorang, bahkan berprasangka buruk terhadap Allah Swt, cara terbaik
yang bisa kita lakukan adalah berbaik sangka.
Tidak ada yang mustahil bagi Allah Swt. Jika niat kita untuk
memperbaiki diri itu kuat, disertai dengan usaha maksimal, maka bukan
mustahil kita akan hidup dalam kebahagiaan tanpa ada prasangka buruk.
Melatih diri untuk mencari seribu satu alasan positif dalam memaklumi
sikap atau perilaku orang lain adalah salah satu cara agar kita
terhindar dari buruk sangka.
Saat ucapan salam kita tidak dijawab oleh orang lain, maka berbaik
sangkalah, siapa tahu mereka tidak mendengar ucapan salam kita. Atau,
ketika ada imam shalat yang membaca surat selain surat-surat dari Juz
‘Amma dengan lantunan suara yang sangat bagus, maka jangan berburuk
sangka bahwa dia berbuat riya’. Tanamkanlah dalam hati dan
pikiran kita bahwa dia melakukan hal itu karena memang itulah yang patut
dia lakukan dan bahwa dia melakukannya dengan niat ikhlas karena Allah
Swt.
Jadi, latihlah hati dan pikiran kita untuk memikirkan segala hal yang
positif. Kita mendengar ceramah di masjid, jika hati dan pikiran kita
jernih, maka kita akan bertambah ilmu dan akhlak kita akan semakin baik.
Kita pun tidak disibukkan dengan prasangka yang bukan-bukan terhadap
penceramah. Pikiran dan hati kita menjadi tenang.
Kalaupun kita ada dalam kesulitan ekonomi, jika kita tidak berburuk
sangka kepada Allah Swt dan orang-orang di sekitar kita, maka kita tidak
akan merasa dunia ini sempit. Kita mampu melewatinya dengan tetap
menjaga perilaku kita. Selain akhlak kita terpelihara, kemuliaan kita
juga akan tetap terjaga. Dengan menghindari kebiasaan berburuk sangka,
selain akan baik dalam pandangan manusia, yang utama adalah baik dalam
pandangan Allah Swt.
*diambil dari www.daaruttauhid.org
No comments:
Post a Comment