Jangan mencela hujan! Sungguh sangat disayangkan sekali, setiap orang sudah mengetahui bahwa hujan merupakan nikmat dari Allah Ta’ala. Namun, ketika hujan dirasa mengganggu aktivitasnya, timbullah kata-kata celaan, “Aduh!! hujan lagi, hujan lagi”. Bahkan ada yang sampai mengumpat. Wal ‘iyadzubillah.
Perlu diketahui bahwa setiap yang seseorang ucapkan, baik yang
bernilai dosa atau tidak bernilai dosa dan pahala, semua akan masuk
dalam catatan malaikat. Allah Ta’ala berfirman,
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
”Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 18)
إِنَّ
الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ
يُلْقِى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ، وَإِنَّ
الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى
لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ
“Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan
yang tidak dia pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan
perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu
perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan
bahayanya lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam.” (HR. Bukhari no. 6478, dari Abu Hurairah)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menasehatkan kita
agar jangan selalu menjadikan makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa
sebagai kambing hitam jika kita mendapatkan sesuatu yang tidak kita
sukai. Seperti beliau melarang kita mencela waktu dan angin karena kedua
makhluk tersebut tidak dapat berbuat apa-apa.
Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,
قَالَ
اللَّهُ تَعَالَى يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ ، يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا
الدَّهْرُ ، بِيَدِى الأَمْرُ ، أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
“Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal
Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan
siang menjadi silih berganti.” (HR. Bukhari no. 4826 dan Muslim no. 2246, dari Abu Hurairah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
لاَ تَسُبُّوا الرِّيحَ
”Janganlah kamu mencaci maki angin.” (HR. Tirmidzi no. 2252, dari Abu Ka’ab. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dari dalil di atas terlihat bahwa mencaci maki masa (waktu) dan angin
adalah sesuatu yang terlarang. Begitu pula halnya dengan mencaci maki
makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa, seperti mencaci maki angin dan
hujan adalah terlarang.
Larangan ini bisa termasuk syirik akbar (syirik yang
mengeluarkan seseorang dari Islam) jika diyakini makhluk tersebut
sebagai pelaku dari kejelekan yang terjadi. Meyakini demikian berarti
meyakini bahwa makhluk tersebut yang menjadikan baik dan buruk. Ini sama
saja dengan menyatakan ada pencipta selain Allah. Namun, jika diyakini
yang menakdirkan adalah Allah sedangkan makhluk-makhluk tersebut bukan
pelaku dan hanya sebagai sebab saja, maka seperti ini hukumnya haram, tidak sampai derajat syirik. Dan apabila yang dimaksudkan cuma sekedar pemberitaan, -seperti mengatakan, “Hari ini hujan deras, sehingga kita tidak bisa berangkat ke masjid untuk shalat”, tanpa ada tujuan mencela sama sekali maka seperti ini tidaklah mengapa.[1]
Intinya, mencela hujan tidak terlepas dari hal yang terlarang karena
itu sama saja orang yang mencela hujan mencela Pencipta hujan yaitu
Allah Ta’ala. Ini juga menunjukkan ketidaksabaran pada diri
orang yang mencela. Sudah seharusnya lisan ini selalu dijaga. Jangan
sampai kita mengeluarkan kata-kata yang dapat membuat Allah murka.
Semestinya yang dilakukan ketika turun hujan adalah banyak bersyukur
kepada-Nya.
Bahasan di atas diambil dari buku penulis “Panduan Amal Shalih di
Musim Hujan” yang telah diterbitkan oleh Pustaka Muslim seharga
Rp.12.000,- (108 halaman), silakan pesan via sms 0852 00 17 1222 atau add PIN BB: 2A04EA0F.
Baca artikel Rumaysho.Com lainnya: Beberapa Amalan Ketika Turun Hujan dan Saat Hujan Turun, Kesempatan Emas untuk Berdo’a.
Semoga jadi renungan bersama …
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.
—
Akhukum fillah,
Diselesaikan di Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 14 Muharram 1435 H, 08: 49 AM.
No comments:
Post a Comment