Drop Down Menu

Friday, 7 November 2014

Hijrah Menuju Perubahan Besar

Edisi 310/Oktober Th. 2014

Tidak terasa saat ini kaum muslimin akan memasuki tahun 1436 H. Setiap kali memasuki tahun hijriyah selalu saja terkenang peristiwa besar yang pernah terjadi dalam sejarah. Satu peristiwa fenomenal yang tak mungkin dilupa, tidak hanya oleh umat islam, namun juga oleh seluruh manusia. Ia adalah peristiwa Hijrah yang dilakukan oleh Nabi saw dan para sahabat dari kota Makkah al-Mukarramah menuju kota Madinah al-Munawwarah.

Namun apa yang bisa didapat dari peristiwa tersebut? Apa yang pelajaran bisa diambil dari kisah besar yang bersejarah itu?

Hijrah adalah saat terjadinya sebuah transformasi besar. Ia tidak sekedar perpindahan tempat dari Mekkah ke Medinah. Namun di dalamnya terdapat spirit perubahan, transformasi nilai, dan pembentukan tatanan baru Islam. Inilah yang mesti menjadi landasan dan fokus perhatian setiap kali memperingati hijrah Nabi saw. Sehingga diharapkan ada lompatan besar, ada perubahan besar, dan diharapkan umat ini bisa kembali kepada kejayaannya setelah melakukan hijrah aktual dengan menghayati hijrah Nabi saw. Dalam hijrah beliau terdapat kunci-kunci menuju perubahan besar. Di antaranya:

Kunci Pertama adalah Transformasi Nilai

Esensi hijrah adalah berpindah dan berubah dari kebiasaan yang buruk kepada kebiasaan yang baik dari perlaku buruk kepada perilaku yang baik, dari tabiat yang buruk kepada tabiat yang baik, dari karakter yang buruk kepada yang baik, demikian seterusnya. Nabi saw bersabda, “al-Muhajir man hajara ma naha Allahu anhu (Orang yang berhijrah adalah yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah).”

Dari sini umat Islam dituntut untuk meninggalkan korupsi, meninggalkan ghibah atau gosip, meninggalkan sifat malas, meninggalkan maksiat yang demikian marak, serta meninggalkan semua yang Allah larang menuju kepada apa yang ia ridhai. Inilah langkah pertama dalam berhijrah menuju kemajuan.

Kunci Kedua; Melakukan Secara Rapi dan Terencana

Sebab transformasi menuju kebaikan tidak bisa terwujud hanya dengan niat dan semangat saja. Tapi harus ada planning dan perencanaan yang matang. Inilah yang dilakukan Rasul saw. Beliau adalah sosok yang dekat dengan Allah dan sudah pasti akan ditolong oleh-Nya. Akan tetapi beliau tetap melakukan perencanaan yang matang dalam hijrahnya. Beliau mendatangi Abu Bakar untuk memberitahukan niat hijrahnya di waktu qaylulah (tidur siang); waktu yang jarang dipakai oleh orang ketika itu untuk keluar rumah. Lalu beliau mengelabui musuh dengan menyuruh Ali ra tidur di rumahnya. Beliau tinggal selama tiga malam di gua Tsur agar keberadaannya tidak terlacak. Amir bin fuhairah ditugaskan melenyapkan jejak kaki beliau menuju gua Tsur. Asma binti Abu Bakar ditugaskan membawa bekal makanan ke gua. Abdullah ibn Abu Bakar menjadi informan khusus yang menyampaikan berita dari kota Mekkah. Lalu ditunjuk pula penuntun jalan menuju Medinah melewati jalan yang tidak biasa dipergunakan orang-orang Arab Mekkah. Semua ini merupakan bentuk perencanaan yang matang. Apa maknanya?

Dari sini umat Islam diajarkan agar segala sesuatu dirancang dengan baik. Dalam bekerja, dalam belajar, dalam berkarir, dalam bermasyarakat, dalam bernegara, serta dalam menjalani hidup harus ada rencana yang matang. Hidup seorang muslim harus terencana secara baik. Rasul saw bersabda, “Allah senang jika seorang hamba melakukan sebuah amal, amal itu dilakukan dengan rapi”.

Kunci Ketiga; Mau Berkorban dan Mengerahkan Segala Potensi

Hijrah sarat dengan perngorbanan. Pengorbanan meninggalkan tanah air yang dicinta. Pengorbanan meninggalkan harta. Pengorbanan meninggalkan keluarga. Pengorbanan fisik dan psikis menempuh jarak yang jauh, dst. Namun itulah resiko dan bayaran yang harus dibayar guna meraih tujuan mulia. 

Karena itu untuk sukses dan meraih lompatan besar, umat Islam harus berani berkorban entah dengan tenaga, pikiran dan dengan waktu. Kemajuan dan kejayaan tidak bisa didapat hanya dengan bersantai-santai, dengan canda dan tawa, dengan membuang-buang waktu, dengan tidur, dengan sekedar mimpi dan angan-angan indah. Namun kemajuan dan perubahan besar hanya didapat dengan kesungguhan, keseriusan, dan pengorbanan. Dari sini kita memahami mengapa Islam jaya selama tujuh abad karena diisi oleh orang-orang yang bersungguh-sungguh dan mau berkorban untuk agama dan hidupnya.

Kunci Keempat: Yakin dan Tawakkal Kepada Allah

Di samping Rasul membuat sejumlah planning, perencanaan, dan mengatur segalanya dengan rapi dibarengi dengan niat dan kesungguhan, namun beliau tidak mengandalkan pada kekuatan sendiri. Tetapi bersandar sepenuhnya kepada Allah dan yakin atas bantuan-Nya. Lihatlah ketika Abu Bakar khawatir saat musuh mendekati gua Tsur, Rasul saw berkata, “Jangan takut dan sedih, Allah bersama kita.” Ya, perasaan ini yang mesti hadir dalam benak. Tidak boleh pesimis, tidak boleh putus asa, tidak boleh gelisah dan tidak boleh sedih, karena Allah pasti akan memberikan pertolongan-Nya.




*diambil dari Buletin Al Iman (telagainsanberiman@gmail.com)

No comments:

Post a Comment