Drop Down Menu

Friday, 21 November 2014

Cinta Dunia

Edisi 311/Oktober Th. 2014

Nabi Saw bersabda, “Sebentar lagi kalian akan dikerubuti oleh berbagai bangsa sebagaimana orang-orang lapar mengerubuti hidangan.” Ada yang bertanya, “Apakah karena ketika itu jumlah kita sedikit wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tidak. Jumlah kalian banyak namun kalian seperti buih yang dibawa aliran air. Allah cabut rasa gentar musuh terhadap kalian dan Allah tanamkan sifat wahn dalam hati kalian.” “Apa yang dimaksud dengan wahn ya Rasulullah?” “Cinta dunia dan takut mati.” (HR Abu Daud).

Demikian Rasul Saw mendeskripsikan kondisi umat pada masa sesudah beliau. Sebuah gambaran yang amat menyedihkan dan memprihatinkan. Umat yang jumlahnya banyak namun seperti buih yang diombang-ambingkan arus dan angin. Tidak memiliki kekuatan dan pengaruh. Justru dipengaruhi dan dipermainkan dalam kondisi tidak berdaya dan tidak bisa berbuat apa-apa. Betapa miripnya gambaran tersebut dengan kondisi umat Islam saat ini.

Hanya saja yang menarik adalah penjelasan Rasul saw bahwa kondisi itu terjadi saat sifat wahn tertanam dalam diri umat. Yaitu kelemahan dan ketidakberdayaan yang muncul akibat cinta dunia dan takut mati. Cinta dunia inilah yang menjadi awal malapetaka dan bencana. Cinta dunia ini yang merubah kondisi umat Islam dari kuat menjadi lemah serta dari mulia menjadi hina.

Karena itu, dalam riwayat Al-Bayhaqi disebutkan bahwa cinta dunia merupakan pangkal segala penyimpangan dan dosa. Kalau dunia dengan segala asesorisnya sudah menjadi fokus perhatian manusia, menjadi sumber kerisauan dan kegalauannya, menjadi orientasi dan tujuannya, menjadi sebab sedih dan bahagianya, menjadi motif dari segala gerak dan aktivitasnya, sementara akhirat, hisab, serta sorga dan neraka diabaikan, maka ketika itu akan muncul bencana besar.

Cinta dunia membuat manusia tenggelam dalam upaya merebut harta, jabatan, kekuasaan, dan berbagai kesenangannya sehingga lupa beribadah dan membela agama. Cinta dunia melahirkan rasa tamak dan membuat manusia pada akhirnya menghalalkan segala cara. Cinta dunia menjadikan manusia bersikap ego dan tidak peduli kepada nasib dan kondisi saudara. Cinta dunia menjadikan manusia saling iri dan dengki. Cinta dunia membuat manusia kerapkali saling membenci, memusuhi, dan menghabisi. Serta cinta dunia pula yang membuat manusia mudah stress ketika impiannya tidak tercapai dan bersikap sombong manakala tergapai.

Padahal, jika dunia sudah ditangan, jika kekuasaan sudah diraih, jika harta sudah didapatm jika berbagai kesenangan sudah dipenuhi, dan jika syahwat sudah dituruti apakah hal itu menjamin kebahagiaan apalagi membuat kekal? Ternyata tidak. Semua akan berakhir. Kekuasaan, harta, jabatan, popularitas, dan berbagai kesenangan duniawi akan ditinggalkan dan hanya berusia sebentar. Yang setia bersama manusia hanya amalnya.

Rasulullah saw bersabda, “Yang mengikuti mayit ada tiga. Dua kembali dan hanya satu yang bersamanya. Yang mengikuti mayit adalah keluarganya, hartanya, dan amalnya. Keluarga dan hartanya akan kembali, sementara yang ikut bersamanya adalah amalnya.” (HR. Muslim).

Lihatlah orang-orang yang dulu begitu sibuk dengan dunia. Apa yang mereka bawa ke dalam kubur dan alam akhiratnya. Ternyata harta berlimpah tidak bisa menyelamatkan Qarun. Kekuasaan yang besar tidak bisa melindungi Firaun. Pasukan yang gagah perkasa tidak bisa menyelamatkan Abrahah.

Dari sini kita memahami mengapa Rasul saw menyuruh untuk mengingat mati. Rasul saw bersabda, ”Perbanyaklah mengingat sesuatu yang bisa memutuskan segala kenikmatan; yaitu kematian.” Diantara tujuannya adalah agar kita sadar bahwa dunia bukan segala-galanya. Dunia buka tempat kenikmatan dan kesenangan abadi. Namun dunia hanya sarana yang bila dipergunakan dengan tepat akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan abadi. Dunia adalah alat yang bila diposisikan secara tepat akan mengantarkan kepada nikmat tiada tara.

Ibnu Athaillah berkata, “Jika engkau menghendaki kemuliaan abadi, jangan membanggakan kemuliaan yang bersifat fana.”

Dari sini kita juga memahami faktor yang menyebabkan kemunduran dan kelemahan umat Islam. Cinta dunia yang begitu hebat telah membuat mereka lupa berjuang dan membela agama. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua sehingga senantiasa bisa memposisikan dunia secara tepat.



*diambil dari Buletin Al-Iman (telagainsanberiman@gmail.com)

No comments:

Post a Comment