Edisi 48 Tahun XXIII – Dzulhijjah 1435 H/ Oktober 2014 M
Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada
yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera kepada (mengerjakan)
pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh
(QS Ali Imran [3]: 114)
(QS Ali Imran [3]: 114)
Pesan-pesan moral harus kita
sampaikan kepada orang lain, kapan dan dimana saja. Yang sudah tahu menyegarkan
pengetahuan, yang lupa jadi ingat kembali dan yang belum mengerti jadi paham
hingga semuanya bersikap dan beramal yang positif.
Media sosial yang sudah menjadi
bagian hidup kita sehari-hari bisa kita manfaatkan untuk menyampaikan
pesan-pesan moral. Saya berusaha memanfaatkannya..
Pencitraan.
Hati-hati dengan pencitraan yang
baik sehingga banyak orang menganggap kita baik, padahal sebenarnya tidak baik
atau tidak sebaiknya dicitrakan. Dalam politik ini sering disebut dengan
politik pencitraan. Rasulullah saw bersabda:
Manusia yang paling keras azabnya pada hari kiamat adalah orang yang
dianggap baik, padahal tidak ada kebaikannya (HR. Ad Dailami).
Setiap orang senang bila dinilai
sebagai orang baik. Dalam dunia politik, partai dan tokoh-tokohnya juga ingin
dinilai baik. Karena itu, kita sering mendengar ada istilah pencitraan atau
politik pencitraan, Sebagai manusia, apalagi muslim kita menyadari adanya hari
akhirat yang menjadi saat pengadilan dari kondisi apa adanya, tidak ada
rekayasa.
Karena itu, bila di dunia kita
hanya mencitrakandiri sebagai orang baik tapi keadaan kita tidak demikian, maka
kitapun harus bersiap-siap dengan azab Allah swt yang paling kerasm karena
sudah begitu banyak orang yang kita bohongi, apalagi dengan sebab citra yang
baik banyak orang memberikan kepercayaan kepada kita lalu mereka merasa
tertipu.
Bahan Pembicaraan Yang Baik.
Nabi Ibrahi as berdoa agar
menjadi buah tutur kata yang baik bagi generasi kemudian. Diantara yang harus
kita renungi adalah kalau kita mati, orang-orang hidup cerita apa tentang kita.
Nabi Ibrahim as ingin agar beliau menjadi bahan pembicaraan yang baik bagi
generasi kemudian. Allah swt berfirman yang mengemukakan doa Nabi Ibrahim as:
“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan
masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku
buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian.“ (QS.
Asy-Syu’ara’ [26]: 83-84).
Oleh karena itu, sejak kini
hingga mati, kiprah kebaikan tidak boleh kita tunda-tunda lagi. Salah satu ciri
orang shaleh adalah bersegera dalam kebaikan, Allah swt berfirman:
Mereka beriman kepada Allah dan hari
penghabisan mereka menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar
dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk
orang-orang yang saleh (QS. Ali Imran [3]: 114).
Banyak Bicara, Banyak Bekerja
Perbanyaklah bicara untuk
membicarakan yang baik dan benar, apalagi memang diantara kita ada yang tugas
dan pekerjaannya berbicara. Dan perbanyaklah amal karena apa yang sudah kita
bicarakan harus kita amalkan. Amal shaleh adalah bekal untuk kembali kepada
Allah swt. Jadi tidak usah dipertentangkan soal banyak bicara atau banyak
bekerja. Yang penting proporsional. Saat bicara bicaralah, saat bekerja
bekerjalah.
Berbicara merupakan hal yang
tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Karena itu, dunia ini tidak
pernah sepi dari aktivitas berbicara. Adanya aktivitas berbicara membuat suatu
kejadian bisa diinformasikan, ilmu pengetahuan bisa diajarkan dan nilai-nilai
kebenaran atau kebaikan bisa disebarluaskan. Namun, dengan aktivitas bicara
keburukan, kebathilan atau kemunkaran juga bisa diinformasikan, kesombongan
bisa ditunjukkan dan permusuhan antar sesama manusia bisa terjadi di seluruh
dunia.
Bagi seorang mukmin yang ingin
memiliki akhlak mulia, ia akan selalu berusaha memperhatikan adab berbicara
karena berbicara yang baik menjadi ukuran keimanan seseorang, dalam konteks
inilah, maka setiap manusia dihimbau untuk berbicara yang baik dan sebaik
mungkin, Allah swt berfirman:
Dan
katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara
mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS AI
Isra [17]: 53).
Dalam satu hadits Rasulullah saw
bersabda:
Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata
yang baik atau diam (HR. Bukhari dan Muslim).
Bila kita tidak bisa berbicara
yang baik, disamping hal itu berbahaya bagi orang lain, sebenarnya juga
berbahaya bagi diri kita sendiri, karena memang dosa terbesar atau terbanyak
dari sekian dosa yang dilakukan manusia adalah dosa yang bersumber dari
lisannya, Rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnya kebanyakan dosa anak Adam berada pada lidahnya (HR.
Thabrani).
Oleh karena itu kehati-hatian
kita dalam berbicara menjadi suatu keharusan, apalagi Allah swt tidak suka bila
ada orang berbicara yang tidak baik sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
Allah tidak menyukai ucapan buruk (yang diucapkan) dengan terang
kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (QS. An Nisa [4]: 148).
Satu hal yang harus kita sadari
bahwa setiap perbuatan pasti ada pertanggungjawabannya, termasuk berbicara
sehingga setiap pembicaraan kitapun dicatat oleh malaikat, Allah swt berfirman:
Dan sesungguhnya Kami telah mencptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya
(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di
sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikan pengawas yang selalu hadir (QS
Qaf [50]: 16-19).
Selain banyak bekerja, kita juga
harus banyak beramal shaleh, inilah bekal penting yang harus kita bawa untuk bisa
berjumpa dengan Allah swt sebagaimana firman-Nya:
Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendalkah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam
beribadah kepada Tuhannya”. (QS. Al Kahfi [18]: 110).
Berlebihan
Menyenangi dan membenci orang,
termasuk tokoh jangan berlebihan. Tokoh yang kita anggap baik, belum tentu
sebaik yang kita anggap, sementara kita sudah memujinya setinggi langit.
Sementara tokoh yang kita benci belum tentu seburuk yang kita bayangkan,
sementara kita sudah mencelanya begitu jelek. Yang repot kalau besok dia jadi
Presiden yang mau tidak mau harus kita hormati juga.
Diantara sekian banya pesan
malaikat Jibril kepada Rasulullah saw adalah:
Hiduplah engkau seberapapun lamanya, namun engkau pasti akan mati.
Cintailah siapa saja yang engkau sukai, namun engkau pasti akan berpisah
dengannya. Beramallah semaumu, namun engkau pasti akan mendapat balasannya. (HR.
Baihaki).
Bila kita tidak berlebihan dalam
menyikapi sesuatu, maka memandang dan menyikapi sesuatu kita tunjukkan secara
objektif. Penghormatan dan kepercayaan kita kepada seseorang termasuk pemimpin
tidak akan menghilangkan daya kritis dan kewaspadaan, sementara kebencian kita
kepadanya tidak membuat kita selalu kritis dan hilang rasa percaya kita
sehingga seolah-olah tidak ada kebaikannya, selalu kita pandang dari sudut
negatif.
Para sahabat tetap menunjukkan
daya kritis kepada Nabi Muhammad saw sekalipun. Karenanya mereka tidak
sungkan-sungkan untuk menyampaikan pendapat dan ide-ide bagus, bahkan hal itu
membuat ada langkah baru yang dilakukan Rasul, bahkan menjadi penyebab turunnya
ayat-ayat Al Quran. Misalnya, ketika Rasul mengatur siasat perang dengan
strategi bertahan dan menunggu serangan orang kafir dengan siap siaga, sahabat
Salman Al Farisi justeru mengusulkan agar menggali parit di sekeliling pasukan
sebagai perangkap yang mempersulit musuh untuk menyerang, maka Rasul setuju hal
itu dilakukan sehingga perang inipun dikenal dengan sebutan perang khandak yang
artinya parit.
Selain itu, ketika Rasul
bermaksud mendoakan tokoh munafik Abdullah bin Ubay yang wafat, sahabat Umar
bin Khattab mempertanyakan maksud Rasul itu sehingga Allah swt menurunkan ayat
yang melarang kaum muslimin untuk mendoakan (menshalatkan) orang munafik yang
secara I’tiqadi atau keyakinan sama saja dengan orang kafir.
Dengan demikian, banyak
pesan-pesan moral yang penting untuk kita sebarluaskan agar karakter diri,
keluarga dan masyarakat kita terbangun secara baik.
Drs. H. Ahmad Yani
Email: ayani_ku@yahoo.co.id
HP/WhatsApp: 08129021953
Pin BB: 275d0bb3
Twitter: @H_AhmadYani
Facebook: Ust Ahmad Yani Dua
*diterbitkan oleh
Buletin Khairu Ummah
No comments:
Post a Comment