Kadang kita lalai dari berdzikir. Itu yang membuat urusan kita sulit,
sulit mendapatkan pertolongan Allah. Lupa dzikir, sulit terlepas dari
berbagai gangguan.
Lisan Terus Berdzikir
عن
عبد الله بن بسر قال : أتى النبي صلى الله عليه و سلم أعرابيان فقال
أحدهما من خير الرجال يا محمد قال النبي صلى الله عليه و سلم من طال عمره
وحسن عمله وقال الآخر ان شرائع الإسلام قد كثرت علينا فباب نتمسك به جامع
قال لا يزال لسانك رطبا من ذكر الله عز و جل
Dari ‘Abdullah bin Busr, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada seorang Arab Badui berkata, “Siapa orang yang paling baik, wahai Muhammad?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Yang panjang umurnya dan baik amalnya.” Yang lain bertanya pula, “Wahai Rasulullah, syari’at Islam begitu banyak, memberatkan kami dan sulit kami menjalani itu semuanya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan saran, “Hendaklah lisanmu selalu basah dengan berdzikir pada Allah.” (HR. Ahmad 4: 188. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Di Antara Keutamaan Dzikir
1- Allah akan mengingat orang yang berdzikir. Hal ini
mengkonsekuensikan pertolongan Allah begitu mudah untuk datang. Allah
Ta’ala berfirman,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
“Ingatlah pada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian.” (QS. Al
Baqarah: 152). Ibnul Qayyim mengatakan, “Seandainya tidak ada keutamaan
dzikir selain yang disebutkan dalam ayat ini, maka sudahlah cukup
keutamaan yang disebut.”
2- Dengan dzikir, hati akan semakin hidup.
Ibnul Qayyim dalam kitabnya Al Wabilush Shoyyib pernah mendengar gurunya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
الذكر للقلب مثل الماء للسمك فكيف يكون حال السمك إذا فارق الماء ؟
“Dzikir pada hati semisal air yang dibutuhkan ikan. Lihatlah apa yang terjadi jika ikan tersebut lepas dari air?”
3- Hati dan ruh semakin kuat dengan dzikir. Jika seseorang melupakan
dzikir maka kondisinya sebagaimana badan yang hilang kekuatan.
Ibnul Qayyim rahimahullah menceritakan bahwa Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah sesekali pernah shalat Shubuh dan beliau duduk berdzikir
pada Allah Ta’ala sampai beranjak siang. Setelah itu beliau berpaling
padaku dan berkata, ‘Ini adalah kebiasaanku di pagi hari. Jika aku
tidak berdzikir seperti ini, hilanglah kekuatanku’ –atau perkataan
beliau yang semisal ini-. Diceritakan oleh Ibnul Qayyim dalam Al Wabilush Shoyyib.
4- Dzikir adalah inti dari bersyukur. Tidaklah dikatakan bersyukur pada Allah Ta’ala orang yang enggan berdzikir. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada Mu’adz,
«
يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ ».
فَقَالَ « أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لاَ تَدَعَنَّ فِى دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ
تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ
عِبَادَتِكَ »
“Wahai Mu’adz, demi Allah, sungguh aku mencintaimu. Demi Allah,
aku mencintaimu.” Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Aku menasehatkan kepadamu –wahai Mu’adz-, janganlah engkau tinggalkan
di setiap akhir shalat bacaan ‘Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa
syukrika wa husni ‘ibadatik’ (Ya Allah tolonglah aku untuk berdzikir dan
bersyukur serta beribadah yang baik pada-Mu).”
Dalam hadits ini digabungkan antara dzikir dan syukur. Begitu pula
Allah Ta’ala menggabungkan antara keduanya dalam firman Allah Ta’ala,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku.” (QS. Al Baqarah: 152). Hal ini menunjukkan bahwa
penggabungan dzikir dan syukur merupakan jalan untuk meraih kebahagiaan
dan keberuntungan.
Jenis Dzikir
- Dzikir dengan mengingat nama dan sifat Allah serta memuji, mensucikan Allah dari sesuatu yang tidak layak bagi-Nya.
- Dzikir dengan mengingat perintah, larangan dan hukum Allah.
- Dzikir dengan mengingat berbagai nikmat dan kebaikan yang Allah beri.
Jenis dzikir di atas disebutkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah.
Dzikir dengan Dihayati
Kalau kita melihat beberapa dzikir punya keutamaan yang besar. Ada
dzikir yang manfaatnya bisa melindungi kita dari berbagai gangguan,
penyakit, dan mendapatkan manfaat ukhrowi, juga duniawi. Namun kenapa
kita biasa rutinkan misalkan dzikir pagi petang, namun tak juga
berpengaruh pada diri kita? Apa ada yang salah dari dzikir tersebut?
Ada keterangan dari guru penulis, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Marzuq Ath Thorifi hafizhahullah berikut ini.
Ada pertanyaan: Apa sebab seorang muslim bisa terkena berbagai
musibah padahal ia telah merutinkan berbagai macam dzikir? Ia sudah
merutinkan dzikir namun tetap saja ia terkena suatu musibah atau terkena
sesuatu yang ia tidak sukai.
Jawab Syaikh Ath Thorifi, “Dzikir punya keutamaan (fadhilah) beragam.
Bahkan sampai-sampai Al Hafizh Ibnul Qayyim menyebutkan sampai 64
keutamaan berdzikir dalam kitabnya Al Wabilush Shoyyib.
Namun faedah atau keutamaan dzikir tersebut ada yang mendapatkannya,
ada pula yang tidak mendapatkannya. Ini semua tergantung bagaimanakah
cara ia membaca dzikir tersebut dan tergantung pada penghadiran hatinya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang bacaan sayyidul istighfar
menyatakan, “Siapa yang membacanya dalam keadaan meyakininya …”
Berarti yang membaca tidak dengan penuh keyakinan, hanya di lisan
saja, atau tak memahami maknanya, maka ia tidak mungkin mendapatkan
seluruh faedah dari dzikir yang telah disebutkan. Karenanya, siapa yang
berdzikir dengan cara yang benar dan ia berdzikir secara lahir dan
batin, maka ia pasti akan mendapatkan apa yang dijanjikan.” (Adzkarush
Shobaah wal Masaa’ Riwayatan wa Dirayatan, hal. 108)
Yang dimaksud keutamaan bacaan sayyidul istighfar adalah dari Syaddad
bin Aus radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَنْ
قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا ، فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ
أَنْ يُمْسِىَ ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ
اللَّيْلِ وَهْوَ مُوقِنٌ بِهَا ، فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ ، فَهْوَ
مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“Barangsiapa mengucapkan dzikir sayyidul istighfar di siang hari
dalam keadaan penuh keyakinan, lalu ia mati pada hari tersebut sebelum
petang hari, maka ia termasuk penghuni surga. Barangsiapa yang
mengucapkannya di malam hari dalam keadaan penuh keyakinan, lalu ia mati
sebelum shubuh, maka ia termasuk penghuni surga.” (HR. Bukhari no.
6306).
Bacaan sayyidul istigfar yang dimaksud adalah,
اَللَّهُمَّ
أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا
عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ
بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ،
وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ
إِلاَّ أَنْتَ.
“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada ilah yang berhak disembah
kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hambaMu. Aku
akan setia pada perjanjianku pada-Mu (yaitu menjalankan ketaatan dan
menjauhi larangan, pen) semampuku dan aku yakin akan janji-Mu (berupa
pahala). Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku
mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku. Oleh karena itu,
ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.”
(Dibaca 1 x setiap pagi dan petang)
Jika dalam dzikir demikian adanya, maka dalam do’a pun demikian. Do’a
yang dikabulkan hanyalah dari hati yang tidak lalai. Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ
“Berdo’alah pada Allah sedangkan kalian dalam keadaan yakin terkabul.
Ketahuilah bahwasanya Allah tidaklah mengabulkan do’a dari hati yang
lalai dan bersenda gurau.” (HR. Tirmidzi no. 3479. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Moga kita tidak lupa dari dzikir pada Allah. Hanya Allah yang memberi taufik.
—
Kajian di Masjid Al Askar Jayapura Papua, 1 Jumadats Tsaniyah 1436 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
*diambil dari Artikel Rumaysho.Com
No comments:
Post a Comment