Edisi 16 Tahun XXIV – Rabi’ul Akhir 1436 H/ Februari 2015 M
Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan
perbuatan itu) dengan Yusuf dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan
wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda dari Tuhannya. (QS Yusuf [12]:
24).
Sebagai manusia
yang diciptakan oleh Allah swt pasti kita mempunyai cita-cita atau keinginan,
baik keinginan secara duniawi maupun ukhrawi. Tetapi seringkali kita menemukan
keinginan tersebut kandas di tengah jalan, tidak sampai terealisasi, padahal
keinginan itu sudah ada dalam benak pikiran kita. Salah satu penyebab
terjadinya keinginan yang belum tercapai itu adalah belum adanya ‘Uluwwul Himmah, obsesi atau keinginan
yang kuat.
Menurut bahasa Himmah berarti An-Niyyah (Niat), Al-‘Azimah (Tekad).
Secara bahasa dapat kita artikan denga makna yang berbeda yaitu niat yang
sifatnya biasa kemudian kehendak yang kuat dan dilanjutkan dengan tekad untuk
melakukan kehendak tersebut. Allah swt berfirman yang artinya: Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud
(melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula)
dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda dari Tuhannya. (QS Yusuf
[12]: 24).
Dalam ayat ini bisa
diartikan bahwasanya belum ada aksi atau aktivitas tetapi masih berupa niat.
Sedangkan ‘Uluwwun berarti yang
tinggi, maksudnya yaitu menempatkan sesuatu paling atas sehingga menjadikan
sesuatu yang lainnya itu lebih rendah.
Dalam riwayat
dakwah Rasulullah saw, ketika orang-orang Quraisy mendatangi paman Rasulullah
yaitu Abu Thalib meminta dan membujuk Rasulullah agar menghentikan dakwahnya,
setelah Abu Thalib menyampaikan hal tersebut, Rasulullah saw bersabda: “Wahai Pamanku, andaikan mereka meletakkan
matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan
dakwah ini. Aku tidak akan meninggalkannya hingga aku binasa.”
Kisah dakwah
Rasulullah saw ini menunjukkan tingginya Himmah yang dimiliki beliau dalam
memperjuangkan Agama Allah swt, karena beliau telah menganggap remeh dan rendah
semua perkara yang menghambat dakwah Islam. Oleh karenanya, orang yang
mempunyai niat ataupun obsesi yang kuat dalam aktivitas kehidupannya akan lebih
fokus dan terarah dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai keinginan yang
kuat yang hidupnya penuh dengan kebimbangan dan kegundahan.
Suatu ketika datang
tiga orang sahabat menemui Umar bin Khattab. Beliau menanyakan obsesi ketiga
sahabatnya tersebut. Sahabat pertama menjawab ia ingin menjadi ahli tafsir,
yang kedua ingin menjadi ahli hadits, dan yang terakhir ingin menjadi ahli Ilmu
Quran. Sampai beberapa tahun kemudian tercapailah semua obsesi ketiga sahabat
yang telah disampaikannya kepada Umar bin Khattab.
Rasulullah saw
bersabda: “Sesungguhnya Allah telah
menetapkan kebaikan-kebaikan dan kejahatan-kejahatan kemudian menjelaskannya,
maka barang siapa yang bermaksud berbuat kebaikan lalu belum sempat
mengerjakannya, Allah mencatat disisinya sebagai satu kebaikan sempurna. Dan
jika dia bermaksud berbuat kebaikan lalu dia mengerjakannya, Allah mencatatnya
sepuluh kebaikan dan akan dilipatgandakan sampai tujuh ratus lebih, hingga
dilipatgandakan yang banyak sekali. Dan jika dia bermaksud berbuat kejahatan,
tetapi dia tidak mengerjakannya, Allah mencatatkan baginya disisi-Nya satu
kebaikan yang sempurna. Dan jika dia bermaksud berbuat kejahatan dan
melakukannya, maka Allah mencatat baginya satu kejahatan.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Himmah secara makna
berbeda dengan Iradah. Himmah merupakan keinginan yang selalu terbayang-bayang
karena belum tercapainya keinginan tersebut, sedangkan Iradah hanya keinginan
saja. Makanya jika seseorang mempunyai Himmah dalam dirinya ia akan totalitas,
semua potensi akan ia kerahkan untuk melakukan apapun demi tercapai apa yang
diinginkannya. ‘Uluwwul Himmah ini bisa masuk dalam setiap sisi, misalnya dalam
ibadah. Orang yang tidak memiliki ‘uluwwul himmah terkesan ibadahnya
malas-malasan, biasa saja dan hanya mengerjakan yang wajib-wajib, karenanya
tidak tepat pada waktunya atau terlambat. Tetapi orang yang mempunyai ‘uluwwul
himmah berada paling depan, bukan hanya menjalankan yang wajib-wajib saja, yang
sunnahpun ia kerjakan.
Ciri Himmah
Ada beberapa ciri
atau indikasi orang-orang yang memiliki Himmah dalam dirinya yang harus kita
miliki sebagai seorang muslim, karenanya penting untuk kita bahas pada tulisan
ini.
Pertama, Laa Yaqif ‘Indal ‘Awaaiq, ia
tidak pernah akan berhenti jika mendapatkan halangan dan tantangan. Halangan bisa
berupa keterbatasan fisik (cacat, buta, dll), miskin, tua, dll. Sebagai contoh
ialah sahabat Abdullah bin Ummi Maktum yang datang menemui Rasulullah untuk
meminta ajaran-ajaran tentang Islam tetapi Rasulullah malingkan mukanya karena
sedang menghadapi pembesar Quraisy dengan pengharapan dapat masuk Islam, tetapi
sahabat tersebut terus meminta kepada Rasulullah saw untuk dapat pelajaran
mengenai Islam, lalu turunlah firman Allah swt sebagai teguran kepada
Rasulullah saw yang artinya: “Dia
(Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta
kepadanya.” (QS Abasa [80]: 1-2).
Contoh lainnya
yaitu sahabat Amr bin Jamuh yang secara fisik sudah tua tetapi beliau tetap
mengikuti jihad melawan orang-orang kafir, padahal anak-anak beliau semua melarang
ayahnya untuk ikut berjihad, tetapi beliau tetap bersikeras dan membacakan
firman Allah swt yang artinya: “Berangkatlah
kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan
harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu,
jika kamu mengetahui.” (QS At-Taubah [9]: 41).
Kedua, At Taqallul minar Rukhshoh, ia tidak banyak mengambil keringanan-keringanan. Mengambil rukhshoh
atau keringanan yang disampaikan oleh Rasulullah saw bukan tidak boleh, akan
tetapi jika kita tidak sering mengambil keringanan yang telah Allah dan
Rasulullah tetapkan maka kita termasuk orang-orang yang mempunyai Himmah
ataupun obsesi yang kuat. Dalam hal duniawi banyak yang mengharapkan keringanan
berupa dispensasi dari tempat ia bekerja misalnya. Sulaiman At-Taimy berkata: “Kalaulah engkau ambil setiap rukhshoh/
keringanan yang disampaikan setiap ulama, maka akan terkumpul keburukan pada
dirimu.”
Maksud dari
perkataan beliau yaitu bahwasanya seorang muslim akan menjadi pemalas dan tidak
terpacu dirinya jika selalu mengambil keringanan-keringanan atau dispensasi
dalam hal agama.
Ketiga, ciri-ciri orang yang memiliki ‘uluwwul himmah yaitu Al-Istidrok Maa Faata memperbaiki
kesalahan yang lalu. Manusia pasti melakukan kesalahan, baik yang disengaja
maupun tidak, bahkan Nabi Muhammad saw pun yang sudah tidak diragukan lagi
kesempurnaan akhlaknya pernah melakukan kesalahan dan langsung ditegur oleh
Allah swt, beliaupun langsung memohon ampun dan memperbaiki kesalahan tersebut.
Kita bisa lihat
bagaimana sahabat Anas bin Nadhir ra yang tidak sempat mengikuti perang badar,
dan hal itu membuatnya merasa sangat sedih. Maka untuk memperbaiki kesalahannya
tersebut ia bersungguh-sungguh ketika berjiha melawan orang-orang kafir di
perang Uhud dan akhirnya beliau mencapai Syahid dengan lebih dari 80 luka, baik
karena sabetan pedang, tusukan tombak, ataupun terjangan anak panah. Allah swt
mengabadikan ketinggian obsesi dan semangat beliau untuk mencapai kesyahidan
dalam Al Quran yang artinya: “Diantara
orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka
janjikan kepada Allah, maka diantara mereka ada yang gugur. Dan diantara mereka
ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya).” (QS
Al-Ahzab [33]: 23).
Setiap manusia
secara umum memiliki keinginan akan sesuatu hal namun tiap-tiap keinginan
tersebut memiliki tingkatan yang berbeda-beda sehingga dalam hidup terjadi
perbedaan tingkat amal. Pertanyaannya sekarang ialah apakah kita sudah
mempunyai ‘Uluwwul Himmah dalam kehidupan kita?
Semoga apa yang
kita bahas mengenai ‘Uluwwul Himmah ini bisa menjadi pelajaran untuk kita semua
agar menjadi pribadi yang selelu mempunyai keinginan dan obsesi yang kuat
mencapai kesuksesan di dunia dan juga akhirat yang diridhai oleh Allah swt.
Wallahu A’lam
Hadi Fawwaz
Alumni UIN Syarif Hidayatullah
Staf Ahli Anggota DPR RI
*diambil
dari Buletin Khairu Ummah
No comments:
Post a Comment