Para ulama kita telah menjelaskan bahwa
setiap dalil dari al-Qur’an dan Sunnah yang membicarakan keutamaan ilmu,
maka yang dimaksud adalah ilmu agama. Oleh karena itu Islam amat
memprioritaskan ilmu agama. Namun hal itu bukan berarti bahwa Islam adalah agama yang anti ilmu duniawi. Terlebih lagi memang kita tinggal di dunia, yang tentu membutuhkan ilmu-ilmu tersebut.
Dikisahkan dalam Shahih Muslim bahwa Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam saat
tiba di kota Madinah, beliau melihat para sahabat mengawinkan pohon
korma jantan dengan betina. Maka beliaupun memberi masukan pada mereka
untuk tidak perlu melanjutkan kebiasaan tersebut. Ternyata setelah advis
tersebut dijalankan, malah mengakibatkan gagal panen. Saat para sahabat
komplain, beliau menjawab,
“أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ“.
“Kalian lebih paham akan perkara dunia kalian”.
Ilmu duniawi adalah segala ilmu yang
dibutuhkan untuk memenuhi maslahat dunia dan kehidupan manusia. Seperti:
ilmu kedokteran, pertanian, ilmu teknik, perdagangan, militer dan
sebagainya.
Anak perlu mempelajari ilmu duniawi,
terutama yang membantunya untuk memenuhi kebutuhan primer kesehariannya
di dunia. Seperti sandang (pakaian), pangan dan papan (tempat tinggal).
Arahkan anak untuk mempelajari dan menguasai suatu profesi atau
pekerjaan. Sehingga ia tidak menjadi beban masyarakat, meminta-minta
belas kasihan orang lain.
Lihatlah bagaimana Nabi kita Muhammad shallallahu’alaihiwasallam sejak kecil telah terbiasa untuk menggembala kambing.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَا بَعَثَ اللهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الْغَنَمَ”. فَقَالَ أَصْحَابُهُ: “وَأَنْتَ؟”. فَقَالَ: “نَعَمْ، كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ”.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwasanya Nabi shallallahu’alaihiwasallam bersabda, “Tidaklah Allah mengutus seorang nabi melainkan pasti ia menggembala kambing”. Para sahabat bertanya, “Engkau pun juga demikian?”. Beliau menjawab, “Ya. Dahulu aku menggembala kambing penduduk Makkah dengan mendapatkan imbalan upah”. HR. Bukhari.
Selain itu beliau juga membantu Abu Thalib; pamannya dalam berbisnis dan berniaga.
Jadi, meskipun Nabi Muhammad shallallahu’alaihiwasallam
diasuh dan ditanggung kehidupannya oleh paman beliau Abu Thalib, hal
itu tidak menjadikan beliau manja dan hanya meminta apa yang dia
butuhan. Tapi beliau justru belajar mandiri dengan menerima pekerjaan
sebagai penggembala kambing dan membantu bisnis pamannya.
Pendidikan kemandirian seperti yang dialami oleh Nabi Muhammad shallallahu’alaihiwasallam
ini mulai jarang kita temui di keluarga. Orang tua cenderung melayani
apapun yang menjadi kebutuhan anak-anak mereka, meskipun mereka telah
mampu melakukannya sendiri. Banyak orang tua tidak melibatkan anak-anak
mereka dalam pekerjaan rumah, seperti menyapu, ngepel, mencuci piring
dan mencuci pakaian.
Mendelegasikan beberapa pekerjaan rumah
kepada anak-anak dan melibatkan mereka dalam pekerjaan bersama orang tua
(tentunya tidak sampai mengganggu waktu belajar anak); akan
mendewasakan mereka dan melatih kemandiriannya. InsyaAllah di
kemudian hari mereka akan menjadi anak-anak yang berkepribadian matang,
tangguh dan pantang menyerah sehingga tidak menjadi beban keluarga dan
masyarakat.
@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 21 Sya’ban 1436 / 8 Juni 2015
*Diramu oleh Abdullah Zaen, Lc., MA dari berbagai sumber.
*diambil dari artikel www.tunasilmu.com
No comments:
Post a Comment