Seorang muslim dalam beribadah kepada Allah ta’ala memiliki panduan yang jelas. Tata cara yang dijalaninya harus selalu berusaha mencontoh Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam. Tak terkecuali dalam berdzikir.
Ada beberapa redaksi tahmid yang termaktub dalam al-Qur’an maupun
hadits. Redaksi-redaksi itulah yang seharusnya dipilih oleh seorang
muslim. Di antaranya:
“Alhamdulillahi Robbil ‘âlamîn” (Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam). QS. Al-Fatihah: 1.
“Alhamdulillâhi hamdan katsîron thoyyiban mubârokan fîhi mubârokan ‘alaihi, kamâ yuhibbu Robbunâ wa yardhô” (Segala
puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik, diberkahi dan
diberkahi. Sebagaimana yang dicintai Rabb kami dan diridhai-Nya). HR.
Abu Dawud dan dinilai hasan oleh al-Albany.
“Alhamdulillâhi hamdan katsîron thoyyiban mubârokan fîhi, ghoiro makfiyyin, wa lâ muwadda’in, wa lâ mustaghnâ ‘anhu Robbunâ” (Segala
puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik dan diberkahi. Pujian
yang tidak tertolak, tidak ditinggalkan dan tidak dibuang (bahkan
dibutuhkan). (Dialah) Rabb kami). HR. Bukhari.
Dan masih ada redaksi lainnya.
Peringatan penting
Ada sebuah redaksi tahmid yang sering dipakai oleh banyak orang. Yaitu: “Alhamdulillâhi Robbil ‘âlamîn hamdan yuwâfî ni’amahu wa yukâfi’u mazîdah” (Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, dengan pujian yang menyamai nikmat-nikmat-Nya, bahkan melebihinya).
Redaksi ini, walaupun banyak dibaca orang, namun ternyata tidak bersumber dari hadits yang sahih atau minimal hasan. Juga tidak diamalkan para sahabat. Demikian yang dijelaskan oleh para ulama Islam. Terlebih lagi kandungan maknanya juga bermasalah.
Dalam redaksi itu disebutkan bahwa pujian yang diucapkan hamba
menyamai nikmat-nikmat yang dikaruniakan Allah. Ini jelas tidak benar.
Satu nikmat Allah saja, tidak mungkin pujian seorang hamba bisa
menyamainya. Apalagi seluruh nikmat-Nya. Karena karunia Allah tidak
mungkin terhitung, sedangkan pujian hamba bisa terhitung.
Yang lebih parah lagi, di redaksi tahmid tersebut juga dinyatakan
bahwa pujian hamba melebihi nikmat Allah! Ini tentu ungkapan yang tidak
beretika kepada Allah. Andaikan menyamai nikmat Allah saja tidak
mungkin, apalagi melebihinya?!*
Sekedar ilustrasi betapa besarnya karunia Allah kepada para
hamba-Nya. Tahukah Anda bahwa untuk bernafas, dalam satu hari kita
membutuhkan 14.400 liter udara? Dalam bernafas kita membutuhkan dua
unsur gas utama, yaitu oksigen dan nitrogen. Perlu diketahui bahwa harga
oksigen Rp. 25.000 per liter dan nitrogen Rp. 9.950. Jadi setiap harinya manusia menghirup udara sekurang-kurangnya senilai Rp. 176.652.165. Dengan kata lain, bila manusia diminta membayar harga udara yang dihirupnya, maka setiap bulan ia harus menyediakan uang sekitar 5,3 miliar rupiah![1]
Ini baru nikmat udara yang kita kupas. Bagaimana dengan nikmat-nikmat Allah lainnya??
@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 17 Sya’ban 1435 / 16 Juni 2014
Diringkas oleh Abdullah Zaen, Lc., MA dari kitab Fiqh al-Ad’iyyah wa al-Adzkâr karya Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq al-Badr (I/260-263).
No comments:
Post a Comment