Hakikat Musibah
1. Musibah sudah ditakdirkan Allah.
"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah
bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan
berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan
terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah
tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. al-Hadiid [57]: 22-23).
2. Setiap muslim akan mendapat ujian.
"Benar-benar Kami akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut,
kelaparan, serta kekurangan harta, lenyapnya nyawa, dan sedikitnya
buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar.
Yaitu orang-orang yang apabila tertimpa musibah mereka mengatakan,
‘Sesungguhnya kami ini adalah milik Allah, dan kami juga akan kembali
kepada-Nya. Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan pujian dari Rabb
mereka dan curahan rahmat. Dan mereka itulah orang-orang yang diberikan
petunjuk." (QS. al-Baqarah [2]: 155-157).
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS. al-Ankabut [29]: 2).
3. Musibah adalah kebaikan dari Allah.
Rasulullah saw bersabda, "Apabila Allah menghendaki kebaikan untuk seorang hamba, maka didahulukannya siksaan-Nya di dunia, dan jika Allah menghendaki keburukan untuk hamba-Nya maka ditangguhkan siksaan itu karena dosa-dosanya, dan siksaan itu akan dirasakannya kelak pada hari kiamat." (HR. Tirmidzi).
Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah mendapat kebaikan akan diuji oleh-NYA dengan suatu musibah." (HR. Bukhari).
Rasulullah saw bersabda, "Apabila Allah menghendaki kebaikan untuk seorang hamba, maka didahulukannya siksaan-Nya di dunia, dan jika Allah menghendaki keburukan untuk hamba-Nya maka ditangguhkan siksaan itu karena dosa-dosanya, dan siksaan itu akan dirasakannya kelak pada hari kiamat." (HR. Tirmidzi).
Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah mendapat kebaikan akan diuji oleh-NYA dengan suatu musibah." (HR. Bukhari).
4. Musibah akibat kesalahan diri.
"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu)." (QS. asy- Syuura [42]: 30)
Nabi Muhammad saw bersabda, "Seorang hamba tidak akan tertimpa
bencana, besar atau kecil, kecuali karena suatu kesalahan. Dan Allah
memaafkan sebagian besar kesalahan itu." (HR Tirmidzi).
5. Setiap musibah ada akhirnya.
"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS. al-Insyirah [94]: 5-6).
Sikap Manusia terhadap Musibah
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata, "Orang ketika menghadapi musibah terbagi dalam empat tingkatan:
- Tingkatan pertama: Lemah (marah dengan lisan dan perbuatan).
- Tingkatan kedua: Bersabar. "...bersabarlah kalian, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar." (QS. al-Anfaal [8]: 46).
- Tingkatan ketiga: Merasa ridha ada tidaknya musibah itu terasa sama saja dalam hal keridhaan terhadapnya.
- Tingkatan keempat: Bersyukur. "Tiada sebuah musibah pun yang menimpa seorang muslim, kecuali pasti Allah hapuskan (dosanya) dengan sebab musibah itu, bahkan sekalipun duri yang menusuknya." (HR. Bukhari & Muslim).
Oleh: Abdurrahman Yuri (A Deda)
*diambil dari artikel www.daaruttauhid.org
No comments:
Post a Comment