Apabila saudara sekarang sedang menduduki suatu jabatan, atau sedang
memiliki banyak uang, maka bagaimanakah perasaan saudara? Saya kira
tentunya senang dan gembira. Tetapi hati-hatilah saudaraku, karena
sebenarnya kesenangan itu lebih berbahaya daripada kesulitan.
"Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila ditimpa
kesusahan dia berkeluh-kesah, dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia
jadi kikir." (QS. al-Maârij [70]: 19-21). Ayat-ayat berikutnya
mengungkapkan pengecualian bagi orang-orang yang setia melaksanakan
salat, bersedekah, meyakini adanya Hari Pembalasan dan azab Allah,
menepati janji, dan selalu berbuat baik.
Memang manusia diciptakan suka mengeluh. Namun dalam menghadapi sebuah
kesulitan, kita bisa curhat dan memohon pertolongan Allah, misalnya
ketika salat. Kita yakin sepenuh hati bahwa hanya Allah SWT yang dapat
menolong. Karena Dia-lah yang menciptakan dan menggerakkan semuanya.
Tidak ada sesuatu pun yang dapat terjadi tanpa izin-Nya.
Kesulitan lebih mudah dijadikan jalan bertobat dan mendekatkan diri
kepada Allah SWT dibanding kesenangan. Karena dalam kesenangan, nafsu
pun ikut menggelora. Ketika memeroleh pangkat dan jabatan atau harta,
kita cenderung pelit dan lupa kepada Yang Mahapemberi, apalagi terhadap
sesama makhluk-Nya yang semestinya kita berbagi. Kita akan beranggapan
kalau semua itu merupakan hasil kerja keras sendiri.
Kita perlu meragukan ucapan diri sendiri. Misalnya saat kita berucap,
"Saya akan bersedekah tapi nanti, kalau saya sudah memeroleh lebih dari
yang diperoleh sekarang." Karena ketika nanti mendapat lebih, nafsu
pasti tetap merasa kurang. "Tidak! Bahkan, kamu mencintai kehidupan
dunia, dan mengabaikan (kehidupan) akhirat." (QS. al-Qiyâmah [75]:
20-21). Dalam kesenangan kita mudah lupa, dan bernafsu pada hal-hal
duniawi daripada kehidupan akhirat yang jauh lebih penting.
Jadi, saudaraku, apalah artinya kesulitan di dunia, bila ia bisa membuat
kita bertobat dan mulia di sisi Allah. Banyak orang yang hidup bersama
kesenangan, tapi dibiarkan leluasa berbuat maksiat dan dosa.
Naudzubillah. Menurut saya, lebih baik keadaan sulit yang mengantarkan
kita pada tobat, dibanding kesenangan yang membuat semakin jauh
dari-Nya.
Akan tetapi hal ini tidak berarti anjuran untuk mencari-cari kesulitan
maupun kesulitan yang pencitraan. Jangan sampai setelah membaca tulisan
ini, saudara langsung pergi ke masjid, dan mengambil sandal milik orang.
Kemudian mengaku, meraung-raung minta digebuki dan diantar menginap di
kantor polisi. Bukan begitu.
Kesulitan yang dimaksud adalah episode-episode kehidupan yang
ditakdirkan oleh Allah. Yang harus kita terima sambil bertobat dan
semakin mendekat kepada-Nya. Yakinkan diri bahwa "Sesungguhnya bersama
kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
(QS. asy-Syarh [94]: 5-6). Mari kita tetap berikhtiar dan berharap hanya
kepada Allah SWT
KH.Abdullah Gymnastiar
*diambil dari artikel www.daaruttauhid.org
No comments:
Post a Comment