Edisi 40 Tahun XXIII – Dzulqoidah 1435 H/ Agustus 2014 M
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sshaleh serta nasihat
menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi
kesabaran (QS Al Ashr [103]: 2-3)
|
Judul di atas bisa jadi kalimat
yang sering disalahpahami banyak orang. Kesan yang sering ditangkap adalah
mumpung masih muda puaskan diri anda dengan maksiat, kalau sudah tua taubat
sehingga mati masuk surga. Padahal yang dimaksud bukan demikian. Kesan seperti
itu adalah sesuatu yang negatif. Karenanya, melalui tulisan ini paling tidak
ada tiga hal yang harus dilakukan oleh siapa saja yang masih berusia muda agar
masa tuanya bahagia dan mati masuk surga.
Rutin Beramal Shaleh
Masa tua adalah masa penurunan
dalam banyak hal, apalagi untuk sesuatu yang menuntut gerakan fisik. Selain
itu, penurunan juga terjadi untuk sesuatu yang menuntut pengorbanan harta,
karena umumnya masa tua membuat orang sudah tidak maksimal dalam mencari
nafkah. Namun, bila masa muda diisi dengan amal shaleh secara rutin, misalnya
menghadiri majelis ilmu, bersilaturahim, shalat berjamaah di masjid, bersedekah
dan sebagainya, maka pada masa tua yang lemah dan membuat seseorang tidak bisa
lagi beramal, maka ia akan tetap mendapatkan pahala dari amalnya dikala muda,
Rasulullah saw bersabda:
Jika hamba tua dan tidak kuat lagi beramal, maka dia akan diberi pahala
sebagaimana perbuatan yang telah dilakukan dimasa mudanya (HR. Ibnu Abi Hatim
dari Ibnu Abbas ra).
Karena itu, amal yang amat bagus
untuk kita lakukan sejak muda adalah segala kebaikan yang dilakukan secara
rutin atau terus menerus, bahkan hal ini membuat Allah swt sangat
menyenanginya, Rasulullah saw bersabda:
Amal yang paling dicintai Allah adalah yang langgeng meskipun sedikit
(HR. Bukhari).
Bila amal shaleh sudah dilakukan
secara rutin, jangankan ketika seseorang mencapai usia tua, masih muda pun bila
mengalami uzur seperti sakit atau bepergian yang membuatnya tidak bisa
melakukannya, dia akan tetap mendapat pahala dari amal yang biasa dilakukan,
Rasulullah saw bersabda:
Apabila salah seorang hamba sakit atau bepergian (safar), maka Allah
mencatat pahalanya seperti pahala amal yang dikerjakannya sewaktu ia sehat atau
tidak bepergian (HR. Bukhari).
Bagi seorang muslim sejati, karena
amal shaleh harus dilakukan sebanyak-banyaknya dan sebesar-besarnya, maka ia
akan terus berusaha untuk tidak hanya rutin dalam kebaikan yang berskala kecil
bila ia memang memiliki kemampuan untuk beramal shaleh dalam skala besar,
bahkan saat ada kesempatan untuk beramal shaleh, baik dengan pikiran, dana
maupun fisiknya ia segera melakukannya tanpa menunda-nunda untuk kesempatan
lain, karena pada kesempatan lain masih ada amal shaleh yang harus
dilaksanakannya.
Taubat
Dosa pasti dilakukan oleh
manusia, sekecil apapun dosa itu. Namun, pintu taubat selalu terbuka dan Allah
swt tidak pernah menutup kesempatan bagi siapapun untuk bertaubat sebelum mati
atau kembali kepada Allah swt dengan menyesali kesalahan. Taubat adalah kembali
kepada Allah swt, hal ini karena dosa membuat manusia menjadi jauh dengan-Nya
meskipun sebenarnya Dia amat dekat dengan manusia. Karena itu Allah swt
menyenangi siapa saja yang bertaubat, Rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba mukmin yang terjerumus dosa
tetapi bertaubat (HR. Ahmad).
Karena kematian bisa terjadi
kapan saja, bahkan menimpa juga orang-orang yang masih berusia muda, maka akan
sangat bagus bila taubat dilakukan tanpa menunggu masa tua, ini akan membuat
seseorang lebih dicintai lagi oleh Allah swt, karena itu merupakan sesuatu yang
istimewa. Orang tua taubat memang sudah waktunya, karena sangat tragis bila
orang sudah mencapai usia tua tapi masih juga belum mau bertaubat. Ibarat dalam
dunia jurnalistik, orang tua bertaubat bukan berita, tapi yang memiliki nilai
berita adalah anak muda yang taubat. Jadi wajar saja bila Allah swt lebih
mencintai orang muda yang bertaubat sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
Tiada sesuatu yang lebih disukai Allah daripada seorang pemuda
bertaubat (HR. Ad Dailami).
Kesenangan Allah swt kepada orang
yang bertaubat sebenarnya untuk kepentingan manusia juga, karena pada dasarnya,
Allah swt ingin agar manusia bahagia dalam kehidupannya di akhirat sebagaimana
doa yang selalu dipanjatkannya. Kesenangan Allah swt lebih besar daripada
kesenangan manusia yang bertaubat. Gambaran kesenangan Allah swt kepada orang
yang bertaubat dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya:
Sesungguhnya Allah lebih suka menerima taubat seorang hamba-Nya,
melebihi dari kesenangan seseorang yang menemukan kembali dengan tiba-tiba
untanya yang hilang daripadanya di tengah hutan (HR. Bukhari dan Muslim)
Tumbuh Dalam Ibadah
Setiap kita sudah paham bahwa
Allah swt menciptakan jin manusia untuk beribadah kepada-Nya. Karena itu sejak
kecil hingga remaja, pemuda dan tua, idealnya setiap kita menjalani hidup dalam
kerangka pengabdian kepada Allah swt. Untuk itu, apapun yang kita lakukan harus
dengan niat yang ikhlas karena Allah, dilakukan dengan cara yang benar sesuai
dengan ketentuan-Nya dan tujuannya adalah untuk mencari ridha Allah swt.
Masa muda untuk ibadah bukanlah
sesuatu yang mustahil. Karenanya Luqman menasihati anaknya agar selalu dalam
ibadah sebagaimana disebutkan dalam surat Luqman. Sekelompok pemuda yang
mempertahankan pendirian sampai diabadikan oleh Allah swt kisahnya di dalam
surat Al Kahfi, Nabi Ibrahim as juga sudah berjuang sejak ia muda belia bahkan
Ismail as menunjukkan ketaatan yang luar biasa meski ia harus disembelih karena
itu memang perintah Allah swt. Karena itu para sahabat dan generasi kemudian
yang mendambakan kebahagiaan dunia dan akhirat selalu berusaha tumbuh dalam
ibadah kepada Allah swt, ini membuat Allah swt memberi penghargaan dengan
memberikan perlindungan pada hari kiamat, sesuatu yang amat diperlukan oleh
setiap manusia, Rasulullah saw bersabda:
Ada tujuh golongan orang yang akan dinaungi Allah yang pada hari itu
tidak ada naungan kecuali dari Allah: ... pemuda yang tumbuh dalam beribadah
kepada Allah. (HR. Bukhari dan Muslim).
Tidak Memperturutkan Hawa Nafsu
Gejolak nafsu ada oada tiap
orang, apalagi pada masa muda. Namun, demi kebaikan dunia dan akhirat, segala
macam keinginan harus dikendalikan agar tidak dilampiaskan pada hal-hal yang
tidak benar, inilah yang disebut dengan pemuda yang tidak memiliki shabwah
yakni pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, dengan membiasakan
dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan. Kepada pemuda
yang seperti itu, Allah swt sangat kagum kepadanya sebagaimana Rasulullah saw
bersabda:
Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda
yang tidak memiliki shabwah (HR. Ahmad dan Thabrani).
Karena itu, mumpung masih muda,
setiap kita harus berusaha menjadi sosok pemuda muslim yang dicintai oleh Allah
Ta’ala dengan selalu berusaha menunjukkan kepandaian mensyukuri nikmat yang
Allah swt anugrahkan dengan selalu berjuang menundukkan hawa nafsu pada saat
gejolak tarikan nafsu sedang kuat-kuatnya. Ini kita akui sebagai sesuatu yang
sangat sulit dan berat, namun bukan berarti tidak bisa, hanya memang memerlukan
kesungguhan yang besar. Karenanya wajar jika kemudian Allah swt memberikan
balasan pahala dan keutamaan yang besar dengan mengaguminya dan mendapat posisi
sangat terhormat dihadapan-Nya.
Dengan demikian, dapat kita ambil
pelajaran bahwa dalam bidang apapun, masa muda merupakan masa yang amat penting
untuk mengukir prestasi hidup. Karenanya bagi orang yang ingin meraih prestasi
besar, biasanya kehidupan dijalani begitu efektif sehingga tidak menyia-nyiakan
kesempatan. Bila dalam pencapaian prestasi hidup di dunia ini saja manusia
begitu bersungguh-sungguh mencapainya, apalagi untuk meraih prestasi hidup
dunia dan akhirat yang jauh lebih mulia.
Akhirnya, bagi para pemuda harus
berusaha menjalani hidup sebagaimana dikehendaki Allah swt, bagi yang tua harus
berusaha mendidik generasi muda agar dapat menjalani hidup sebagaimana
mestinya.
Drs. H. Ahmad Yani
Email: ayani_ku@yahoo.co.id
HP/WhatsApp: 08129021953
Pin BB: 275d0bb3
Twitter: @H_AhmadYani
*diterbitkan oleh Buletin Khairu Ummah
No comments:
Post a Comment