Drop Down Menu

Friday, 10 July 2015

Bukan Mukmin (Bagian Keempat)



Edisi 18 Tahun XXIV – Jumadil Awal 1436 H/ Februari 2015 M



Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami (Al A’raf [7]: 9)


Dalam kehidupan di dunia ini, manusia seringkali ingin mendapatkan pengakuan dari pihak lain. Karena itu, bila kita sudah beriman, tentu ingin diakui keimanan kita itu oleh Allah swt. Namun ternyata, Allah swt menyebutkan di dalam Al Quran orang yang tidak dianggap sebagai mukmin meskipun mengaku beriman. Karena masalah ini sangat penting untuk dikaji, maka kita lanjutkan pembahasannya.

10. Tertutupnya Hati

Hati yang tertutup seperti ruangan yang tertutup. Meskipun ada angin atau udara, tetap saja tidak masuk ke ruangan yang tertutup itu sehingga di dalamnya terasa sumpek. Hati yang tertutup membuatnya tidak menerima hidayah (petunjuk), bukan karena tidak diberi hidayah, tapi hidayah memang tidak bisa masuk. Ini membuat manusia menjadi tidak beriman, Allah swt berfirman: Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan), disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: “Hati kami tertutup.” Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beiman kecuali sebahagiaan kecil dari mereka (QS An Nisa [4]: 155).

Karena itu, ketika Umar bin Khattab menutup hatinya dari petunjuk ia menjadi kafir dan sangat membenci Rasulullah saw hingga bermaksud membunuhnya. Namun ketika hati sudah dibuka, dengan mudah petunjuk bisa masuk ke dalam hatinya yang membuatnya tidak hanya beriman tapi amat mencintai Rasulullah saw. Hal yang amat berbahaya bila hati tertutup selain petunjuk dan nasihat tidak bisa masuk, keburukan yang ada di dalam hati juga tidak bisa keluar sehingga meskipun kita tahu bahwa itu buruk amat sulit bagi kita untuk mengeluarkan atau membuangnya. Ibarat ruangan, bila kita buka pintu dan jendelanya, maka udara kotor bisa keluar dan udara bersih bisa masuk sehingga akan kita rasakan kesegaran jiwa. Berbagai bencana yang kita nilai dahsyat dalam kehidupan kita di dunia ini bika kita pahami sebagai bentuk untuk menggedor hati manusia agar mau membukanya dan mengakui kebesaran Allah swt, namun ternyata hati yang tertutup rapat tetap saja tidak terbuka, mereka hanya mengatakan hal itu sebagai fenomena alam.

11. Merugikan Diri Sendiri

Manusia biasanya ingin beruntung, segala hal yang membuatnya beruntung akan dilakukannya. Tapi ada juga manusia yang justeru merugikan dirinya sendiri dengan sebab sikap, ucapan dan tindakannya. Ibarat main sepakbola, ia menciptakan gol ke gawang sendiri, ini merupakan suatu keanehan. Secara harfiyah, Al Qur’an menggunakan kata khusr untuk menyebutkan kerugian, khusr itu sendiri artinya berkurang, rugi, sesat, celaka, lemah, tipuan dll, semuanya dengan makna negatif.

Paling tidak, ada tiga sebab mengapa manusia sampai merugikan dirinya sendiri. Pertama, tahu tentang Allah swt, tapi tidak mau beriman dan taat kepada-Nya, misalnya kalau ditanya siapa yang mencipta langit dan bumi, mereka menjawab: “Allah.” Ini sama dengan orang yang tahu tentang ajaran Islam, tapi tidak mau menjalani hidup sesuai dengan ketentuan Islam, karena mereka masih terbelenggu oleh hawa nafsu dan berbagai kepentingan duniawi. Ini membuatnya tidak termasuk orang yang beriman, meskipun mereka mengaku beriman, Allah swt berfirman: Katakanlah: “Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah”. Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman. (QS Al An.am [6]: 12).

Kedua, tahu persis tentang al kitab dan Nabi Muhammad saw tapi tidak mau beriman dan mengikuti serta meneladaninya, begitulah diantaranya orang-orang Yahudi dan Nasrani, yang mengerti al kitab yang diturunkan kepada mereka, di dalamnya ada penjelasan tentang Nabi terakhir, yakni Nabi Muhammad saw yang harus diimani, tapi kesombongan membuat mereka tidak mau beriman hingga menyembunyikan wahyu Allah swt yang datang kepada mereka, bahkan mereka sangat megenal Nabi Muhammad, baik secara fisik maupun sifat seperti mengenal anak mereka sendiri, tapi mereka mengingkarinya, ini namanya merugikan diri sendiri. Allah swt berfirman: Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman (kepada Allah). (QS Al An’am [6]: 20).

Dalam konteks ini, misalnya saja Ibnu Abbas ra meriwayatkan sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim bahwa sahabat Muadz bin Jabal, Sa’ad bin Muadz dan Kharijah bin Zaid bertanya kepada beberapa pendeta Yahudi tentang beberapa hal dalam Taurat seperti hukum rajam dan ciri-ciri Nabi Muhammad saw. Namun para pendeta itu tidak mau memberi tahu mereka tentang hal-hal yang ditanyakan itu, maka Allah swt menurunkan firmannya: Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang melaknati (QS Al Baqarah [2]: 159).

Ketiga, mengingkari ayat-ayat Allah, ini merupakan salah satu faktor yang membuat manusia bisa mengalami kerugian, hal ini karena dalam hidupnya manusia pada hakikatnya sangat memerlukan petunjuk dari Allah swt. Dengan petunjuk itu, manusia akan menjalani kehidupan dengan baik dan menyenangkan, sedangkan bila tidak menggunakan petunjuk Ilahi, kehidupan manusia menjadi sesat, sedang yang dilakukannya adalah hal-hal yang bernilai maksiat sehingga hal itu akan membawa kerugian bagi dirinya sendiri, karena timbangan amal kebaikannya menjadi sangat ringan, padahal untuk bisa masuk ke dalam surga, harus berat timbangan amal kebaikan, Allah swt berfirman yang artinya: Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami. (Al A’raf [7]: 9. Lihat juga QS Al Baqarah [2]: 121. Yunus [10]: 95).

12. Ragu Pada Al Quran

Al Quran merupakan wahyu dari Allah swt yang tidak bisa kita ragukan sedikitpun kebenarannya. Karenanya Al Quran menjadi petunjuk bagi siapa saja yang ingin mencapai ketaqwaan, dan ketaqwaan itulah yang membuat manusia menjadi amat mulia. Sebagai sebuah contoh, masjid merupakan tempat bertemu dan beraktivitas segala kelompok masyarakat selama mereka beriman kepada Allah swt dan berusaha untuk memperkokoh ketaqwaan kepada-Nya. Karena itu perbedaan pendapat, suku, bangsa, kelompok dalam organisasi, pribumi atau pendatang, apalagi sekadar warna kulit jangan sampai menjadi faktor terhambatnya seseorang untuk berperan di masjid.

Ketika Futuh Makkah, Bilal (bekas budak berkulit hitam asal Afrika) mengumandangkan adzan di atas Ka’bah, lalu ada orang berkata: “Bagaimana mungkin budak hitam ini justeru mengumandangkan adzan di atas Ka’bah.” Bahkan ada pula yang mengatakan: “Apa Allah akan murka kalau bukan dia yang mengumandangkan adzan.”

Maka Allah swt kemudian menurunkan surat Al Hujurat [49]: 13 yang artinya: Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Begitu jelas bagaimana Al Quran hanya memuliakan orang yang pantas dimuliakan dan menjadi petunjuk untuk bertaqwa, tetapi ada saja orang yang tidak mau beriman kepadanya, karenanya merekapun tidak tergolong orang yang beriman, Allah swt berfirman: Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang mempunyai bukti nyata (Al Qur’an) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad) dari Allah dan sebelum Al Qur’an itu telah ada kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat? Mereka itu beriman kepada Al Qur’an. Dan barang siapa diantara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Qur’an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Qur’an itu. Sesungguhnya (Al Qur’an) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman. (QS Hud [11]: 17).

Dengan demikian, setiap kita harus berusaha untuk terus menyempurnakan keimanan agar kita menjadi mukmin yang sejati.
Drs. H. Ahmad Yani
HP/WhatsApp: 08129021953 Instagram: ahmadyani47
Pin BB: 275d0bb3/7cd9c56a
Twitter: @H_AhmadYani
Facebook: Ust Ahmad Yani Dua
*diambil dari buletin Khairu Ummah

No comments:

Post a Comment