Edisi 35 Tahun XXIII – Ramadhan 1435H/Juli 2014M
“Perumpamaan (nafkah yang
dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap
bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang
dikehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.
(QS Al Baqarah [2]: 261) |
Rahmat adalah
kasih sayang Allah swt kepada hamba-hamba-Nya. Setiap kita tentu ingin
mendapatkannya, baik di dunia, apalagi di akhirat nanti. Diantara faktor yang
membuat manusia memperoleh rahmat Allah swt disebutkan dalam firman-Nya:
Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesunggunya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: “Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami”. (QS Al A’raf [7]: 156).
Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesunggunya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: “Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami”. (QS Al A’raf [7]: 156).
Dari ayat di atas, disebutkan ada tiga kunci untuk mendapatkan rahmat dari Allah swt yang kesemuanya harus kita wujudkan dalam kehidupan di dunia ini.
1. Taqwa
Hal yang paling penting untuk
kita miliki adalah ketaqwaan kepada Allah swt. Taqwa adalah memelihara diri
dari siksa Allah dengan mengikuti segala perintah dan menjauhi
larangan-larangan-Nya dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, bahkan
di manapun seseorang berada, rasulullah saw bersabda:
Bertaqwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan, maka ia dapat menghapusnya dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik (HR. Thabrani)
Bertaqwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan, maka ia dapat menghapusnya dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik (HR. Thabrani)
Oleh karena itu, seruan bertaqwa
ditujukan kepada seluruh manusia agar semua manusia mau menunjukkan ketaqwaan
kepada Allah swt. Karena itu, Allah swt berfirman dengan menyebut yaa ayyuhan nas (hai manusia):
Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkebangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meninta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS An Nisa [4]: 1).
Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkebangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meninta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS An Nisa [4]: 1).
Karena itu, siapapun orangnya,
apapun latar belakangnya dan bagaimanapun keadaan dan status sosialnya, bila
ketaqwaan ada pada dirinya, maka dia menjadi manusia yang paling mulia. Ketika
Futuh Makkah, Bilal mengumandangkan Adzan di atas Ka’bah, lalu ada orang
berkata: “Bagaimana mungkin budak hitam ini justru mengumandangkan Adzan di
atas Ka’bah.” Bahkan ada pula yang mengatakan: “Apa Allah akan murka kalau buka
dia yang mengumandangkan adzan.” Maka Allah swt kemudian menurunkan surat Al
Hujurat [49]: 13:
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
2. Zakat
Secara harfiyah zakat itu artinya
bersih, yakni membersihkan hati dari sifat-sifat buruk yang berkaitan dengan
harta seperti menghalalkan segala cara, terlalu cinta pada harta, bakhil datau
kikir hingga senang menumpuk-numpuk harta. Zakat juga berfungsi untuk
membersihkan harta dari kemungkinan memperolehnya secara tidak halal atau ada
kekotoran di dalamnya, namun bukan dengan unsur kesengajaan untuk menggunakan
cara mendapatkan harta yang tidak baik. Allah swt berfirman:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamum membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) keteneraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS At Taubah [9]: 103).
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamum membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) keteneraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS At Taubah [9]: 103).
Ada banyak hikmah yang membuat orang yang menunaikan zakat akan memperoleh rahmat dari Allah swt. Diantaranya:
a. Pertama, menumbuhkan rasa tanggungjawab
sosial. Persoalan umat sekarang ini terasa sangat besar, salah satu sebabnya
adalah pendanaan yang sangat minim, apalagi semakin banyaknya masyarakat kita
yang miskin. Bila zakat dilaksanakan, maka banyak persoalan umat yang berkaitan
dengan dana bisa diatasi, sehingga orang yang menunaikan zakat menunjukkan
adanya tanggungjawab sosial yang besar, salah satu sikap yang sangat diperlukan
bagi pembangunan umat. Karena itu Allah swt telah mengingatkan kaum muslimin
untuk tidak bermegah-megahan dalam kehidupannya, Allah swt berfirman: Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.
Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui
(akibat perbuatanmu itu). (QS At Takatsur [102]: 1-3).
b.
Kedua,
memperkokoh kesempurnaan pribadi, hal ini karena dengan zakat itu seorang
muslim bisa memberikan manfaat yang begitu besar bagi orang lain, sehingga dari
segi ekonomi dan tanggungjawab sosial, seorang muzakki atau yang memberi zakat
sangat dirasakan manfaat keberadaanya oleh orang lain. Dalam kaitan ini,
Rasulullah saw bersabda:
Sebaik-baiknya orang adalah yang paling
bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudha’i dari Jabir ra).
c.
Ketiga,
menumbuhkan kesadaran dalam diri orang yang berzakat bahwa harta yang dicari
dan dimiliki bukanlah tujuan akhir, tapi justru harta itu merupakan wasilah
atau sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Dengan demikian, bagi
seorang muslim harta semestinya bukan faktor yang menyebabkan dirinya jauh dari
Allah, tapi justru harta itu bisa mendekatkan dirinya kepada Allah. Begitulah
memang yang terjadi pada diri Siti Khadijah, Abu Bakar Ash-Shiddiq dan
lain-lain. Dengan harta berlimpah tapi diinfaqkan di jalan Allah, seorang
muslim akan memperoleh pahala yang begitu besar sehingga hubungannya kepada
Allah semakin dekat, Allah swt berfirman: Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh)orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (QS
Al Baqarah [2]: 4).
3. Beriman Kepada Wahyu
Wahyu dari Allah swt yang
tertuang dalam kitab taurat, zabur, injil dan Al-Qur’an merupakan sesuatu yang
harus diyakini, ini merupakan salah satu ciri orang bertaqwa yang disebutkan
dalam firman Allah swt:
dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat (QS Al Baqarah [2]: 4).
dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat (QS Al Baqarah [2]: 4).
Dalam konteks kita sebagai muslim, maka setiap kita harus meyakini seluruh ayat yang disebutkan di dalam Al Qur’an, tidak ada satupun yang kita ragukan kebenarannya. Karenanya, ketika Allah swt berfirman hanya dengan huruf-huruf saja yang tidak ada artinya seperti huruf nun, qaf, alif laam mim, yasin dan sebagainya, maka kita seharusnya semakin yakin bahwa Al Qur’an memang dari Allah swt, bukan karangan manusia, termasuk Nabi Muhammad saw. Meskipun manusia dengan huruf-huruf yang ada bisa mengarang, tapi manusia tidak akan bisa mengarang seperti Al Qur’an, baik dari sisi susunan bahasa apalagi isi kandungannya.
Konsekuensi beriman kepada Al Qur’an adalah mau hidup menurut tuntunan Al Qur’an sehingga kita seharusnya hidup di bawah naungan Al Qur’an. Sayyid Quthb, dalam tafsirnya Fi Dzilalil Qur’an menyebutkan bahwa hidup di bawah naungan Al Qur’an adalah nikmat, kenikmatan yang tidak bisa dirasakan kecuali oleh orang-orang yang menghayatinya, kenikmatan yang dapat mengangkat derajat manusia, memberkati dan membersihkan kehidupan ini dari segala bentuk kekotoran.
Ada banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari hidup di bawah naungan Al Qur’an. Sekurang-kurangnya, kita bisa menyimpulkannya menjadi tiga:
a.
Pertama,
kehidupan kita menjadi terbimbing. Hal ini karena meskipun manusia memiliki
akal pikiran yang cerdas, tapi tidak menjamin baginya memiliki kemampuan membedakan
antara yang haq dan yang salah, padahal kemampuan membedakan antara yang haq
dengan yang bathil merupakan sesuatu yang amat penting menuju kehidupan yang
baik. Karena itu manusia amat memerlukan bimbingan yang benar, baik dalam
berpikir, bersikap maupun bertingkah laku. Sudah begitu banyak manusia yang
tidak berpikir, bersikap dan bertingkah laku secara benar karena tidak mau
mengambil bimbingan dari Al-Qur’an.
b.
Kedua,
memiliki kemampuan untuk mengatasi berbagai persoalan hidup. Hidup yang kita
jalani ini hampir tidak pernah sepi dari berbagai persoalan, satu persoalan
belum teratasi, tapi sudah mucul persoalan berikutnya. Orang yang tidak
mengambil bimbingan dari Al-Qur’an menjadi bingung dalam menghadapi persoalan
itu, kebingungan mengakibatkan kekalutan dan kekalutan membuatnya melakukan
tidakan-tindakan yang tak terkendali yang ujungnya adalah merugikan dirinya
sendiri dan orang lain, bahkan bukan hanya kerugian di dunia ini saja tapi juga
di akhirat nanti.
c.
Ketiga,
kehidupan kita menjadi bersih. Pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan
suci bersih tanpa noda dan dosa sedikitpun, Islam tidak mengenal ada istilah
dosa keturunan dari orang tua terhadap anaknya. Namun tanpa bimbingan Al-Qur’an
kehidupan manusia menjadi kotor, kotor jiwanya, kotor pikirannya dan kotor
perbuatannya. Jiwa yang kotor telah melahirkan sikap-sikap buruk seperti riya
atau ingin mendapatkan pujian dari orang lain, hasad atau iri hati terhadap
kemajuan dan keberhasilan yang dicapai orang lain, taabbur atau menyombongkan
diri dengan sebab merasa memiliki kelebihan pada dirinya dan sebagainya.
Sementara pikiran yang kotor telah membuat manusia menjadi orang yang mengaggap
baik perbuatannya yang buruk, ketentuan yang benar dianggapnya sebagai hambatan
dan sebagainya. Sedangkan perbuatan atau amal yang kotor telah mengakibatkan
peradaban manusia menjadi begitu rendah, bahkan bisa lebih rendah dari binatang
ternak yang biasanya nilainya ditentukan hanya dengan ukuran berat badan.
Bahkan secara fisik, kekotoran manusia dalam bertingkah laku juga mengakibatkan
malapetaka yang amat besar. Karena itu perhatikanlah bagaimana perzinahan telah
menyebabkan penderita AIDS yang sedemikian mengkhawatirkan, pengguguran
kandungan dan sebagainya.
Semoga kita memperolah rahmat dari Allah swt dalam kehidupan di dunaia maupun akhirat.
Drs.
H. Ahmad Yani
Email: ayani_ku@yahoo.co.id
Website: www.ahmadyani.masjid.asia.com
semoga makin lengkap informasinya
ReplyDelete