Drop Down Menu

Friday 18 July 2014

TAUSIAH JUM'AT: Kunci Mendapatkan Rahmat

Edisi 35 Tahun XXIII – Ramadhan 1435H/Juli 2014M


“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang dikehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.
(QS Al Baqarah [2]: 261)
Rahmat adalah kasih sayang Allah swt kepada hamba-hamba-Nya. Setiap kita tentu ingin mendapatkannya, baik di dunia, apalagi di akhirat nanti. Diantara faktor yang membuat manusia memperoleh rahmat Allah swt disebutkan dalam firman-Nya:  

Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesunggunya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: “Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami”. (QS Al A’raf [7]: 156).

Dari ayat di atas, disebutkan ada tiga kunci untuk mendapatkan rahmat dari Allah swt yang kesemuanya harus kita wujudkan dalam kehidupan di dunia ini.

 

1.    Taqwa

Hal yang paling penting untuk kita miliki adalah ketaqwaan kepada Allah swt. Taqwa adalah memelihara diri dari siksa Allah dengan mengikuti segala perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, bahkan di manapun seseorang berada, rasulullah saw bersabda:

Bertaqwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan, maka ia dapat menghapusnya dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik (HR. Thabrani)

Oleh karena itu, seruan bertaqwa ditujukan kepada seluruh manusia agar semua manusia mau menunjukkan ketaqwaan kepada Allah swt. Karena itu, Allah swt berfirman dengan menyebut yaa ayyuhan nas (hai manusia):

Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkebangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meninta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS An Nisa [4]: 1).

Karena itu, siapapun orangnya, apapun latar belakangnya dan bagaimanapun keadaan dan status sosialnya, bila ketaqwaan ada pada dirinya, maka dia menjadi manusia yang paling mulia. Ketika Futuh Makkah, Bilal mengumandangkan Adzan di atas Ka’bah, lalu ada orang berkata: “Bagaimana mungkin budak hitam ini justru mengumandangkan Adzan di atas Ka’bah.” Bahkan ada pula yang mengatakan: “Apa Allah akan murka kalau buka dia yang mengumandangkan adzan.” Maka Allah swt kemudian menurunkan surat Al Hujurat [49]: 13:

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

 

2.    Zakat

Secara harfiyah zakat itu artinya bersih, yakni membersihkan hati dari sifat-sifat buruk yang berkaitan dengan harta seperti menghalalkan segala cara, terlalu cinta pada harta, bakhil datau kikir hingga senang menumpuk-numpuk harta. Zakat juga berfungsi untuk membersihkan harta dari kemungkinan memperolehnya secara tidak halal atau ada kekotoran di dalamnya, namun bukan dengan unsur kesengajaan untuk menggunakan cara mendapatkan harta yang tidak baik. Allah swt berfirman:  

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamum membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) keteneraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS At Taubah [9]: 103).

Ada banyak hikmah yang membuat orang yang menunaikan zakat akan memperoleh rahmat dari Allah swt. Diantaranya:
a.      Pertama, menumbuhkan rasa tanggungjawab sosial. Persoalan umat sekarang ini terasa sangat besar, salah satu sebabnya adalah pendanaan yang sangat minim, apalagi semakin banyaknya masyarakat kita yang miskin. Bila zakat dilaksanakan, maka banyak persoalan umat yang berkaitan dengan dana bisa diatasi, sehingga orang yang menunaikan zakat menunjukkan adanya tanggungjawab sosial yang besar, salah satu sikap yang sangat diperlukan bagi pembangunan umat. Karena itu Allah swt telah mengingatkan kaum muslimin untuk tidak bermegah-megahan dalam kehidupannya, Allah swt berfirman: Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu). (QS At Takatsur [102]: 1-3).
b.      Kedua, memperkokoh kesempurnaan pribadi, hal ini karena dengan zakat itu seorang muslim bisa memberikan manfaat yang begitu besar bagi orang lain, sehingga dari segi ekonomi dan tanggungjawab sosial, seorang muzakki atau yang memberi zakat sangat dirasakan manfaat keberadaanya oleh orang lain. Dalam kaitan ini, Rasulullah saw bersabda:
Sebaik-baiknya orang adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Qudha’i dari Jabir ra).
c.       Ketiga, menumbuhkan kesadaran dalam diri orang yang berzakat bahwa harta yang dicari dan dimiliki bukanlah tujuan akhir, tapi justru harta itu merupakan wasilah atau sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Dengan demikian, bagi seorang muslim harta semestinya bukan faktor yang menyebabkan dirinya jauh dari Allah, tapi justru harta itu bisa mendekatkan dirinya kepada Allah. Begitulah memang yang terjadi pada diri Siti Khadijah, Abu Bakar Ash-Shiddiq dan lain-lain. Dengan harta berlimpah tapi diinfaqkan di jalan Allah, seorang muslim akan memperoleh pahala yang begitu besar sehingga hubungannya kepada Allah semakin dekat, Allah swt berfirman: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (QS Al Baqarah [2]: 4).

 

3.    Beriman Kepada Wahyu

Wahyu dari Allah swt yang tertuang dalam kitab taurat, zabur, injil dan Al-Qur’an merupakan sesuatu yang harus diyakini, ini merupakan salah satu ciri orang bertaqwa yang disebutkan dalam firman Allah swt:

dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat (QS Al Baqarah [2]: 4).

Dalam konteks kita sebagai muslim, maka setiap kita harus meyakini seluruh ayat yang disebutkan di dalam Al Qur’an, tidak ada satupun yang kita ragukan kebenarannya. Karenanya, ketika Allah swt berfirman hanya dengan huruf-huruf saja yang tidak ada artinya seperti huruf nun, qaf, alif laam mim, yasin dan sebagainya, maka kita seharusnya semakin yakin bahwa Al Qur’an memang dari Allah swt, bukan karangan manusia, termasuk Nabi Muhammad saw. Meskipun manusia dengan huruf-huruf yang ada bisa mengarang, tapi manusia tidak akan bisa mengarang seperti Al Qur’an, baik dari sisi susunan bahasa apalagi isi kandungannya.

Konsekuensi beriman kepada Al Qur’an adalah mau hidup menurut tuntunan Al Qur’an sehingga kita seharusnya hidup di bawah naungan Al Qur’an. Sayyid Quthb, dalam tafsirnya Fi Dzilalil Qur’an menyebutkan bahwa hidup di bawah naungan Al Qur’an adalah nikmat, kenikmatan yang tidak bisa dirasakan kecuali oleh orang-orang yang menghayatinya, kenikmatan yang dapat mengangkat derajat manusia, memberkati dan membersihkan kehidupan ini dari segala bentuk kekotoran.

Ada banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari hidup di bawah naungan Al Qur’an. Sekurang-kurangnya, kita bisa menyimpulkannya menjadi tiga:
a.       Pertama, kehidupan kita menjadi terbimbing. Hal ini karena meskipun manusia memiliki akal pikiran yang cerdas, tapi tidak menjamin baginya memiliki kemampuan membedakan antara yang haq dan yang salah, padahal kemampuan membedakan antara yang haq dengan yang bathil merupakan sesuatu yang amat penting menuju kehidupan yang baik. Karena itu manusia amat memerlukan bimbingan yang benar, baik dalam berpikir, bersikap maupun bertingkah laku. Sudah begitu banyak manusia yang tidak berpikir, bersikap dan bertingkah laku secara benar karena tidak mau mengambil bimbingan dari Al-Qur’an.
b.      Kedua, memiliki kemampuan untuk mengatasi berbagai persoalan hidup. Hidup yang kita jalani ini hampir tidak pernah sepi dari berbagai persoalan, satu persoalan belum teratasi, tapi sudah mucul persoalan berikutnya. Orang yang tidak mengambil bimbingan dari Al-Qur’an menjadi bingung dalam menghadapi persoalan itu, kebingungan mengakibatkan kekalutan dan kekalutan membuatnya melakukan tidakan-tindakan yang tak terkendali yang ujungnya adalah merugikan dirinya sendiri dan orang lain, bahkan bukan hanya kerugian di dunia ini saja tapi juga di akhirat nanti.
c.       Ketiga, kehidupan kita menjadi bersih. Pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan suci bersih tanpa noda dan dosa sedikitpun, Islam tidak mengenal ada istilah dosa keturunan dari orang tua terhadap anaknya. Namun tanpa bimbingan Al-Qur’an kehidupan manusia menjadi kotor, kotor jiwanya, kotor pikirannya dan kotor perbuatannya. Jiwa yang kotor telah melahirkan sikap-sikap buruk seperti riya atau ingin mendapatkan pujian dari orang lain, hasad atau iri hati terhadap kemajuan dan keberhasilan yang dicapai orang lain, taabbur atau menyombongkan diri dengan sebab merasa memiliki kelebihan pada dirinya dan sebagainya. Sementara pikiran yang kotor telah membuat manusia menjadi orang yang mengaggap baik perbuatannya yang buruk, ketentuan yang benar dianggapnya sebagai hambatan dan sebagainya. Sedangkan perbuatan atau amal yang kotor telah mengakibatkan peradaban manusia menjadi begitu rendah, bahkan bisa lebih rendah dari binatang ternak yang biasanya nilainya ditentukan hanya dengan ukuran berat badan. Bahkan secara fisik, kekotoran manusia dalam bertingkah laku juga mengakibatkan malapetaka yang amat besar. Karena itu perhatikanlah bagaimana perzinahan telah menyebabkan penderita AIDS yang sedemikian mengkhawatirkan, pengguguran kandungan dan sebagainya.

Semoga kita memperolah rahmat dari Allah swt dalam kehidupan di dunaia maupun akhirat.




Drs. H. Ahmad Yani

*diterbitkan oleh Buletin Khairu Ummah

1 comment: