Edisi 34 Tahun XXIII – Ramadhan 1435H/Juli 2014M
“Dan siapa yang menentang Rasul
sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan
orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu
seburuk-buruknya tempat kembali”. (QS An-Nisaa’: 115).
|
Alhamdulillah,
puji syukur kepada Allah karena berkat nikmat dan karunia-Nya kita masih dapat
merasakan nikmatnya hidayah dan iman serta kehidupan yang cukup bahkan ada yang
berlebih. Shalawat dan salam kita doakan untuk nabi kita Muhammad Shallallahu
ailaihi wa sallam.
Dalam kehidupan ini kita sebagai
seorang muslim membutuhkan pegangan agar tidak terombang-ambing, tidak salah
arah ataupun tidak terpedaya dengan banyaknya aliran dan pemahaman yang muncul
di tengah-tengah masyarakat.
Berpegang Teguh Dengan Al-Quran dan Assunnah
Allah swt telah menyebutkan di
dalam firman-Nya:
”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai”. (QS Ali Imran [3]: 103).
”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai”. (QS Ali Imran [3]: 103).
Al-hafizh Ibnu Katsir menjelaskan: ada yang mengartikan maksud tali Allah ialah dengan mengesakan-Nya. Ada lagi yang mengatakan maksudnya berpegang pada Al-Quran. Ibnu Abbas ra menafsirkan: “Berpegang teguhlah kalian dengan agama Allah”. Sedangkan Ibnu Mas’ud mengatakan: : “Yang dimaksud ialah al-jama’ah”. (Tafsir Ibnu Katsir 3/136-137) Adapun makna firman Allah ta’ala: “Dan janganlah kamu bercerai-berai”. Artinya Allah swt menyuruh mereka supaya berjama’ah dan melarang untuk bercerai-berai.
Kalau kita teliti banyak dalil yang menyebutkan larangan bercerai-berai dan perintah untuk selalu bersatu. Diantara ayat tersebut Allah menyinggung orang-orang yang bercerai-berai yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan merekan menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka”. (QS Al-An’am [6]: 159).
Wasiat Rasul
Dalam shahih Muslim hadits
riwayat dari Abu Hurairah ra, beliau berkata:
“Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah meridhai kalian tiga perkara dan membenci kalian tiga perkara pula; Allah meridhai kalian bila kalian menyembah-Nya dengan tidak menyekutukan dengan-Nya sesuatu apapun. Berpegang teguh kepada tali Allah dan tidak berpecah belah. Dan membenci kalian berkata sia-sia, banyak bertanya dan membuah-buang harta”. (HR Muslim no: 1715)
“Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah meridhai kalian tiga perkara dan membenci kalian tiga perkara pula; Allah meridhai kalian bila kalian menyembah-Nya dengan tidak menyekutukan dengan-Nya sesuatu apapun. Berpegang teguh kepada tali Allah dan tidak berpecah belah. Dan membenci kalian berkata sia-sia, banyak bertanya dan membuah-buang harta”. (HR Muslim no: 1715)
Yang dimaksud berpegang teguh dengan al-Qur’an dan as Sunah ialah berpegang teguh dengan keduanya sesuao dengan pemahaman para salafusshalih yaitu para sahabat dan tabi’in yang mengikuti mereka dengan baik serta para imam kaum muslimin. Sebagaimana diperingatkan dengan tegas oleh Allah ta’ala melalui firman-Nya:
“Dan siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa dalam kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali”. (QS an-Nisaa’: 115).
Peringatan Atas Berpecah Belahnya Umat Islam
Adapun akan adanya perpecahan di
dalam tubuh umat, maka jauh-jauh hari telah diperingatkan oleh Nabi Muhammad
saw dalam hadits shahih yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu
Majah dari sahabat Abu Hurairah ra, beliau berkata:
“Rasulullah saw pernah bersabda: “Orang-orang Yahudi telah berpecah belah manjadi tujuh puluh satu golongan, dan orang Nashrani telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan akan berpecah belah pada umat ini menjadi tujuh puluh tiga golongan, seluruhnya akan masuk ke dalam neraka kecuali satu”. Ditanyakan pada beliau: “Siapakah mereka itu, wahai Rasulullah? Beliau menjelaskan: “Orang-orang yang menempuh agamanya seperti yang aku dan para sahabatku jalani saat ini”. (HR Ahmad 14/142 no: 8396. At-Tirmidzi no:2641. Ibnu majah no: 3992. Dinyatakah shahih oleh al-Bushairi dan al-AlBani dalam ash-Shahihah no: 203, 204, dan 1492).
“Rasulullah saw pernah bersabda: “Orang-orang Yahudi telah berpecah belah manjadi tujuh puluh satu golongan, dan orang Nashrani telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan akan berpecah belah pada umat ini menjadi tujuh puluh tiga golongan, seluruhnya akan masuk ke dalam neraka kecuali satu”. Ditanyakan pada beliau: “Siapakah mereka itu, wahai Rasulullah? Beliau menjelaskan: “Orang-orang yang menempuh agamanya seperti yang aku dan para sahabatku jalani saat ini”. (HR Ahmad 14/142 no: 8396. At-Tirmidzi no:2641. Ibnu majah no: 3992. Dinyatakah shahih oleh al-Bushairi dan al-AlBani dalam ash-Shahihah no: 203, 204, dan 1492).
Sahabat Abdullah bin Mas”ud berpesan: “Sesungguhnya Allah swt memperhatikan hati-hati para hamba-Nya, maka didapati hati Muhammad saw merupakan hati terbaik yang ada di kalangan hamba, sehingga Allah swt memilih untuk diri-Nya lalu mengutus untuk mengemban risalah. Kemudian Allah swt memperhatikan hati para hamba setelah hati Muhammad saw, maka didapati hati-hati para sahabat yang terbaik diantara hati para hamba yang lainnya. Sehingga Allah swt menjadikan mereka sebagai pembantu nabi-Nya yang rela berkorban demi tegak agama-Nya”. (Aqidah Thahawiyah hal: 531).
Dengan berpegang teguh kepada Al-Quran dan As Sunnah yang shahih maka seorang muslim terjaga dari penyimpangan dan ketersesatan dalam kehidupan beragama. Sebagaimana dalam hadits rasul yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan al-Hakim dari Jabir bin Abdillah ra, beliau menceritakan:
“Bahwa Nabi Muhammad saw pernah bersabda: “Sesungguhnya telah aku tinggalkan pada kalian sesuatu yang tidak akan menjadikan kalian tersesat selagi kalian berpegang teguh dengannya yaitu al-Qur’an dan Sunah nabi-Nya”. (HR Muslim no: 1218).
Dalam redaksi al-Hakim dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:
“Sesungguhnya telah aku tinggalkan pada kalian dua perkara yang tidak akan tersesat selagi (kalian) berpegang teguh dengan keduanya yaitu al-Qur’an dan Sunahku”. (HR al-Hakim 1/284. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahihul Jami’ no: 2937).
“Sesungguhnya telah aku tinggalkan pada kalian dua perkara yang tidak akan tersesat selagi (kalian) berpegang teguh dengan keduanya yaitu al-Qur’an dan Sunahku”. (HR al-Hakim 1/284. Dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahihul Jami’ no: 2937).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
menjelaskan: “Bagi setiap muslim untuk tidak berbicara tentang permasalahan
agama kecuali bila sesuai dengan apa yang dibawa oleh Rasulullah saw. Tidak
mencoba untuk berbicara tanpa didasari dengan ilmu, namun perhatikan apa yang
beliau ucapkan, sehingga ucapannya bisa sejalan dengan apa yang beliau ucapkan,
dan amalnya mengikuti perintahnya.
Itulah yang dilakukan oleh para
sahabat serta orang-orang yang mengikuti metode mereka, dari kalangan para
tabi’in, yang mengikuti mereka dengan baik, dari para imam kaum muslimin.
Sehingga kita dapati tidak ada seorangpun diantara mereka yang pendapatnya
bertabrakan dengan dalil. Tidak pula membikin ajaran baru selain yang dibawa
oleh Rasulullah saw. Maka bagi siapa saja yang ingin mengetahui tentang agama
serta isinya, hendaknya melihat ucapan Allah saw dan Rasul-Nya. Darinya ia
mempelajari afama dan dengannya dia berbicara, mengkaji dan merenungi, serta
mengambil cahaya. Inilah pokok aqidah ahlu sunah”. (Majmu’ Fatawa 13/62-63).
Berkata Imam Malik: “Tidak akan baik akhir perkara umat ini kecuali dengan mencontoh kebaikan yang ada pada generasi pertama. Dan yang menjadikan baik perkara generasi pertama ialah al-Qur’an dan sunah Nabi-Nya.
Untuk dapat berpegang teguh dengan Alquran dan Assunah kita mestilah memahami kandungan dan makna yang terdapat di dalamnya. Bukan hanya sekadar membacanya saja. Mengenai al Quran kita dapat membaca tafsirnya juga terutama tafsir bil ma’tsur yaitu tafsir yang mempunyai riwayat sampai kepada nabi Muhammad diantaranya adalah tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Jami’ul Bayan (Ibnu Jarir Ath Thabrary), Tafsir Ad Durrul Mantsur fit Tafsir bil Ma’tsur (As Suyuthy), Tafsir Ma’limut Tanzil (Al Baghawy), dan sebagainya. Untuk lebih lengkapnya silahkan pembaca merujuk buku ilmu tafsir seperti al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an ditulis oleh as-Suyuthy, Manna’ Al-Qatthan. Karena mengandalkan logika semata dalam memahami agama tidaklah tepat sebagaimana menyapu sepatu sebagai ganti berwudhu jika logika yang utama dalam syariat maka tentu menyapu sepatu adalah bagian bawah telapaknya bukan bagian atasnya saja.
Renungkanlah pembaca yang budiman.
Begitupula untuk berpegang teguh
dengan sunnah atau pelajaran dari rasul adalah dengan mengkaji penjelasannya
dalam beberapa kitab hadits yang popular seperti kitab fathul bari penjelasan
dari shahih al Bukhari, syarah Imam An Nawawi atas kitab shahih muslim,
tuhfatul ahwadzi penjelasan kitab sunan Tirmidzi, aunul ma’bud penjelasa kitab
sunan Abi Daud dan begitu seterusnya pada kitab hadits kutubu tis’ah (Bukhari,
Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad, malik, Darimi yang
berisi lebih dari 62.000 hadits).
Terutama sebagai orang tua maka mempunyai kewajiban terhadap keluarga, istri dan anak-anaknya bagaimana agar dapat berpegang teguh dengan Al Quran dan Assunnah melalui proses belajar dan mengkajinya secara baik dan benar melalui tahapan waktu yang tidak sebentar apalagi instan, karena islam ini sangat dalam kandungan iilmunya bukan hanya dalam bidang ibadah saja, bahkan ilmu islam mencakup biologi, kedokteran, teknologi dan lainnya.
Perhatikanlah diri dan keluarga kita, sudah sejauh manakan berpegang teguhnya kita dengan Al Quran dan Assunnah yang shahih?!.
Sudah sejauh manakah kita mendalami Islam sebagai pegangan dan tuntunan hidup kita?!..
Muhammad
Taufiq, Lc
Alumni Univ. Al-Azhar Cairo Jurusan Tafsir
dan Ilmu Al-Quran.
Pengelola www.ensiklopediafiqih.com
No comments:
Post a Comment