Drop Down Menu

Friday 22 May 2015

Orang Miskin Yang Sabar, Orang Kaya Yang Syukur



Oleh: Ustadz Rasyid Bakhabazy, Lc

Dari Abu Hurairah ra bahwa orang-orang faqir dari kaum muhajirin, mendatangi Rasulullah saw lalumereka berkata “Orang-orang kaya itu pergi dengan mendapatkan derajat yang tinggi dan kenikmatan yang abadi!”

Rasul bertanya “Apa itu?” Mereka menjawab “Mereka shalat sebagaimana kami juga bisa shalat, mereka puasa sebagaimana kami juga puasa namun mereka bersedekah dan kami tidak bisa bersedekah, mereka bisa membebaskan budak tapi kami tidak bisa”.
 
Maka Rasulullah saw berkata “(Maukah kalian jika) aku ajarkan pada kalian sebuah amalan yang dengannya kalian bisa menyusul orang yang telah mendahului kalian dan melampaui orang yang sesudah kalian? Dan tidak ada seorang pun yang lebih baik dari kalian kecuali orang yang melakukan seperti apa yang kalian kerjakan”.

Mereka menjawan “Ya (kami mau) Ya Rasulullah!” Rasulullah saw bersabda “Bertasbihlah dan bertakbirlah dan bertahmidlah setiap selesai shalat sebanyak 33 kali”.

Maka orang-orang fakir dari muhajirin itu kembali kepada Rasulullah saw lalu mereka berkata “Ternyata saudara-saudara kami yang kaya itu mendengar apa yang kami lakukan. Lalu mereka pun melakukannya.” Maka Rasulullah saw bersabda “Itulah karunia Allah yang Dia berikan pada siapa yang Dia kehendaki” (HR. Muslim).

Dari hadits diatas terdapat sejumlah pesan yang terkandung di dalamnya, diantaranya ialah:
Pertama, hadits diatas menunjukkan adanya kelompok ekonomi lemah pada generasi sahabat Nabi saw. Padahal mereka adalah sebaik-baik generasi. Seperti yang disebutkan oleh Rasulullah saw. “Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian yang sesudahnya, lalu generasi yang sesudahnya” (Syarhus Sunnah – Al Baghawy).

Hal ini menunjukkan bahwa ukuran baiknya sebuah generasi tidaklah dilihat dari sisi materi. Jika ukuran kebaikan itu dengan materi tentunya Allah swt akan jadikan semua sahabat Nabi saw adalah orang-orang yang kaya. Tapi kenyataannya tidak demikian. Karena ukuran kebaikan dan kemuliaan yang sebenarnya adalah ketaqwaan.

Kedua, betapa semangatnya para sahabat Nabi saw untuk bisa beramal. Sehingga para sahabat yang ekonominya lemah merasa iri pada orang-orang kaya yang mampu bersedekah sementara mereka tidak bisa bersedekah. Allah swt berfirman “Dan mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka infaqkan” (QS At Taubah: 92).

Bedanya sahabat nabi dengan orang zaman sekarang adalah para sahabat itu sedih karena tidak bisa bersedekah sementara orang zaman sekarang sedih karena tidak “kebagian” sedekah.

Ketiga, hadits di atas mengisyaratkan besarnya pahala sedekah. Dan inilah yang menggoda para sahabat untuk akhirnya mendatangi Nabi saw supaya tidak kehilangan pahala besar dari sedekah. 

Allah swt berfirman “Perumpamaan (sedekah yang dikeluarkanoleh) orang-orang yang mensedekahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS Al Baqarah: 261).

Keempat, isyarat akan besarnya pahala dzikir (tasbih, tahmid & takbir). Dalam keterangan hadits disebutkan “(membaca) Alhamdulillah (pahalanya) bisa memenuhi mizan (timbangan amal), dan Subhanallah, Alhamdulillah & Allahu Akbar (pahalanya) bisa mengisi penuh ruang yang ada antara langir dan bumi” (HR. Ahmad dari Abi Malik Al Asy’ari ra.).

Kelima, disyari’atkan berdzikir dengan membaca tasbih, bahmid & takbir masing-masing 33 kali setelah selesai shalat. Sementara tentang urutannya adalah bisa dengan tasbih, takbir lalu tahmid seperti yang tersebut dalam hadits diatas atau tasbih, tahmid lalu takbir seperti yang umum dilakukan. Di dalam hadits disebutkan: “Sebaik-baik bacaan ada empat: Tidak jadi masalah dengan yang mana akan kamu memulainya: subhanallah (tasbih) wal Hamdulillah (tahmid) wal Laa ilaaha illah (tahlil) wallaahu Akbar (takbir)” (HR. Ahmad, Abu Dawud, An Nasa’i dan Ibnu Hibban). 


*diambil dari artikel Buletin Al Iman (www.alimancenter.com)

No comments:

Post a Comment