Oleh: Syaikh Sa’id Ramadhan Al-Buthy rahimahullah
Di dalam buku sejarah dan sirah nabawiyyah telah ditegaskan
bahwa Rasulullah saw mengalami berbagai macam kesulitan dalam menjalankan tugas
dakwah di jalan Allah swt. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang shahih
bahwa kaum musyrikin pernah mengambil kotoran unta lalu dilemparkan ke kepala
beliau saat berada dalam kondisi sujud. Beliau juga pernah diusir dari Thaif
disertai dengan lemparan batu yang dilakukan oleh para pemuda kota Thaif.
Beliau disakiti baik dengan sikap maupun ucapan.
Apa hikmah dibalik semua ini?
Apakah ini sesuai dengan kedudukan beliau yang merupakan hamba yang paling
dicintai oleh Allah? Bukankah ini bertentangan dengan firman Allah, “Allah swt
pasti akan memberikan karunia-Nya kepadamu hingga engkau merasa ridha.”serta
firman Allah yang lainnya, “Allah akan melindungimu dari gangguan manusia.”
Bukankah rasa cinta “mengharuskan-Nya” untuk menjaga beliau dari berbagai
gangguan dan kesulitan serta memberikan berbagai kemudahan untuk mencapai
kebahagiaan? Lantas mengapa Allah mengujinya, padahal ia sedang berdakwah untuk
membela agama dan syari’at-Nya?
Jawabannya ialah bahwa berbagai
macam gangguan dan cobaan yang dialami olehnya adalah salah satu bentuk amal
yang paling mulia yang ingin ia ajarkan kepada ummatnya. Kedudukannya sama
dengan ibadah, muamalah, dan akhlak yang beliau ajarkan kepada mereka.
Allah swt bisa saja menjadikan
jalan menuju tegaknya masyarakat yang islami begitu mudah untuk dilalui, akan
tetapi cara tersebut tidak akan menampakkan ketundukan dan penghambaan
seseorang kepada-Nya. Jalan tersebut tidak bisa menjadi bukti bahwa ia telah
mengorbankan dirinya dan hartanya demi agama Islam dan ia telah menundukkan
hawa nafsunya pada ketetapan-Nya. Dan inilah yang disebutkan oleh Allah swt di
dalam firman-Nya, “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya
dengan mengatakan “Kami telah beriman”, dan mereka tidak diuji? Dan sungguh,
Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui
orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS Al
Ankabuut: 1-3).
Oleh karenanya, kesulitan dan
rintangan ini bukan sekedar sebuah ujian saja, akan tetapi ia adalah jalan
menuju tujuan akhir yang telah Allah perintahkan agar kita sampai kepadanya.
Seandainya kaum muslimin
merenungkan hal ini, maka tidak akan ada lagi rasa pesimis dan sedih atas apa
yang mereka hadapi. Cukuplah satu firman Allah yang suci menjadi dalil atas
janji-Nya terseut, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal
belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu
sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan
berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya
berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya
pertolongan Allah itu dekat.” (QS Al Baqarah: 214).
Hal ini juga ditegaskan oleh
Rasulullah saw dalam sebuah haditsnya, dimana beliau memberikan nasehat kepada
Khabbab bin Art. Pada saat ini ia datang kepada Rasulullah saw dalam kondisi ia
baru saja mendapatkan siksaan hingga membuatnya hampir mati. Lalu ia
menyingkapkan badannya yang terkena api dan berkata kepada beliau, “Ya
Rasulullah, tidakkah kau berdo’a agar Allah menolong kita?” Rasulullah saw
menjawab ucapannya, “Sesungguhnya kaum sebelum kalian, mereka rambutnya disisir
dengan sisir besi hingga terkelupas kulit dan dagingnya dan yang tersisa hanya
tulangnya saja. Akan tetapi, hal itu tidak membuat mereka berpaling dari
agamanya. Allah pasti akan memberikan kemenangan, hingga pada saatnya nanti
seseorang berkendara dari San’a ke Hadramaut tidak akan merasa ketakutan
kecuali hanya kepada Allah saja.“
Apa makna perkataan Rasulullah
saw diatas? Ini adalah sebuah penegasan, bahwa jika engkau mengeluhkan siksaan
dan ujian di jalan dakwah, maka ketahuilah bahwa begitulah jalan dakwah yang
sebenarnya. Ia adalah Sunnatullah yang telah ia tetapkan kepada seluruh
hamba-Nya. Ujian dan rintangan yang kau hadapi dengan sabar dan ridha, hanyalah
sebuah jembatan menuju sebuah kemenangan.
Wahai saudaraku, Rasulullah saw
telah mengalami siksaan dan ujian yang begitu pedih. Namun beliau memberikan
keteladanan kepada kita bagaimana menyikapi ujian tersebut dengan penuh
kesabaran dan keteguhan. Beliau benar-benar menepati janji dari risalah yang
telah Allah tugaskan kepadanya. Dan sekarang, apakah kita sudah siap
melanjutkan tugas dari Rasulullah saw? Apakah kita sudah berada di jalan yang
telah ditempuh olehnya? Sudahkah kita meneladani beliau dalam menjalankan misi
dakwah Islam ini? Simpanlah jawaban tersebut untuk kau sampaikan nanti di
hadapan Allah swt.
Allahul musta’an, ni’mal mawla wa ni’man nashiir.
Judul asli: Tahammulul adza fi
sabilil aqidah wa syariah
Sumber: www.alasein.com
Diterjemahkan oleh: Fahmi
Bahreisy, Lc
*diambil dari Buletin Al Iman (www.alimancenter.com)
No comments:
Post a Comment