Drop Down Menu

Friday, 1 May 2015

Agar Hidup Tidak Merugi


Edisi 318, Januari 2015


Buletin Digital Edisi 318 - Agar Hidup Tidak MerugiKehidupan manusia berlalu dengan sangat cepat. Tidak terasa saat ini kita sudah berada di tahun 2015. Hari demi hari, pekan demi pekan, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun yang berjalan cepat itu mengantar kita menuju saat-saat berpisah dengan dunia. Tidak ada yang bisa membendung.

Dalam riwayat at-Tirmidzi disebutkan, “Kedua kaki hamba tidak bergeser (entah menuju neraka atau surga) sebelum ditanya tentang: (1) usianya dipakai apa, (2) ilmunya dalam hal apa diamalkan, (3) hartanya dari mana diperoleh dan kemana dibelanjakan, (4) tubuhnya dalam hal apa dipergunakan”.

Jika manusia bisa menjawab pertanyaan di atas dengan baik, ia akan beruntung dan sukses. Namun sebaliknya, jika ia tidak mampu menjawab dan mempertanggungjawabkan dengan baik maka alamat celaka menimpanya. Lalu bagaimana caranya agar kita beruntung dan sukses? Yaitu dengan memahami tujuan hidup dan misi keberadaan kita di dunia. Sudah jelas seperti yang disebutkan dalam surat adz-Dzariat ayat 56 bahwa tujuan penciptaan kita adalah untuk beribadah kepada-Nya. Juga dalam surat al-Mulk ayat 2 disebutkan bahwa kehidupan yang Allah hadirkan untuk menguji manusia mana yang paling baik amalnya.

Jadi, tujuan hidup manusia bukan untuk sekedar bersenang-senang, bermain-main, makan, minum, melampiaskan syahwat dan selesai. Akan tetapi tujuan manusia adalah untuk mempersembahkan amal terbaik sebagai khalifah Allah selama hayat masih dikandung badan.

Pemahaman ini menjadi lebih jelas kalau kita merujuk kepada sebuah surat pendek dalam Al Qur’an. Yaitu surat yang oleh al-Imam asy-Syafi’i dianggap cukup untuk menjadi bekal peringatan dan perjalanan hidup manusia di dunia. Surat yang dimaksud adalah surat al-Ashr.

Allah memulai surat tersebut dengan sumpah wal ashr (Demi Masa). Selain pada surat ini, pada surat-surat yang lain Allah juga kerap kali bersumpah dengan waktu, bahkan dengan hampir keseluruhan waktu dalam sehari. Ini merupakan sebuah bentuk penegasan dan penyadaran akan pentingnya masa, usia, dan kehidupan yang Allah berikan pada manusia.

Hanya saja manusia benar-benar merugi. Mengapa merugi? Manakala mereka sombong. Manakala mereka lupa dengan tujuan misi hidupnya. Manakala ia mengisi kesempatan hidup di dunia yang sekali-kalinya ini dengan senda gurau dan bersenang-senang semata. Sehingga lupa dan abai terhadap amanah yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Sang Pencipta. Serta tidak sempat berbekal untuk menghadap-Nya.

Ini merupakan kerugian yang nyata. Kerugian orang yang tidak memanfaatkan usia dan kehidupannya dengan baik lebih besar daripada orang yang rugi kehilangan harta, anak, dan jabatan. Pasalnya, harta, anak, ataupun jabatan masih memiliki kemungkinan di dapat kembali. Tetapi usia dan kehidupan yang telah lewat tak mungkin bisa digapai kembali.

Lalu Bagaimana Agar Tidak Merugi?

Pertama, dengan iman. Iman harus dimantapkan dalam hati. Iman harus dijaga dan dirawat agar kita bisa meninggalkan dunia dalam kondisi iman masih terdapat di dada. Sungguh sangat rugi orang yang hidup berpuluh-puluh tahun di dunia tanpa iman. Aktivitas mereka seperti fatamorgana atau debu beterbangan yang sama sekali tidak bernilai.

Kedua, adalah dengan amal shalih. Amal shalih adalah bukti adanya Iman. Amal shalih adalah semua amal perbuatan yang mendatangkan maslahat dan kebaikan untuk dirinya, keluarganya, dan masyarakatnya, baik di dunia maupun di akhirat. Semakin baik iman, semakin banya pula amal shalih yang dipersembahkan. Lihatlah orang-orang besar, bagaimana mereka mempergunakan setiap waktu mereka dengan banyak beramal. Hidup mereka penuh dengan amal. Usia mereka barangkali singkat, tetapi amalnya membentang melampaui usia yang terbatas. Contohnya, Imam an-Nawawi ra yang berhasil menulis sekitar 500 kitab padahal usia beliau hanya 40 tahun.

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (QS Al-Ashr: 1-3)
Jadi mukmin yang baik dan beruntung adalah yang mengisi hidup dengan karya dan amal, bukan dengan banyak menganggur, membuang-buang waktu apalagi mengisinya dengan dosa dan maksiat. Rasul saw bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umur dan amalnya baik. Seburuk-buruk manusia adalah yang panjang umur tetapi amalnya buruk”.

Ketiga, saling menasihati dengan kebenaran. Serta yang keempat, saling menasihati dengan kesabaran. 

Inilah isi dari surat al-Ashr. Inilah jalan keberuntungan yang telah Allah gariskan. Semoga kita semua termasuk di antara mereka yang bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya sehingga menjadi orang yang beruntung. Amin.

Ustadz Fauzi Bahreisy



*diambil dari Buletin Al Iman (www.alimancenter.com)

No comments:

Post a Comment