Edisi 318, Januari 2015
Kehidupan manusia berlalu dengan
sangat cepat. Tidak terasa saat ini kita sudah berada di tahun 2015. Hari demi
hari, pekan demi pekan, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun yang berjalan
cepat itu mengantar kita menuju saat-saat berpisah dengan dunia. Tidak ada yang
bisa membendung.
Dalam riwayat at-Tirmidzi
disebutkan, “Kedua kaki hamba tidak
bergeser (entah menuju neraka atau surga) sebelum ditanya tentang: (1) usianya
dipakai apa, (2) ilmunya dalam hal apa diamalkan, (3) hartanya dari mana
diperoleh dan kemana dibelanjakan, (4) tubuhnya dalam hal apa dipergunakan”.
Jika manusia bisa menjawab
pertanyaan di atas dengan baik, ia akan beruntung dan sukses. Namun sebaliknya,
jika ia tidak mampu menjawab dan mempertanggungjawabkan dengan baik maka alamat
celaka menimpanya. Lalu bagaimana caranya agar kita beruntung dan sukses? Yaitu
dengan memahami tujuan hidup dan misi keberadaan kita di dunia. Sudah jelas
seperti yang disebutkan dalam surat adz-Dzariat ayat 56 bahwa tujuan penciptaan
kita adalah untuk beribadah kepada-Nya. Juga dalam surat al-Mulk ayat 2
disebutkan bahwa kehidupan yang Allah hadirkan untuk menguji manusia mana yang
paling baik amalnya.
Jadi, tujuan hidup manusia bukan
untuk sekedar bersenang-senang, bermain-main, makan, minum, melampiaskan
syahwat dan selesai. Akan tetapi tujuan manusia adalah untuk mempersembahkan
amal terbaik sebagai khalifah Allah selama hayat masih dikandung badan.
Pemahaman ini menjadi lebih jelas
kalau kita merujuk kepada sebuah surat pendek dalam Al Qur’an. Yaitu surat yang
oleh al-Imam asy-Syafi’i dianggap cukup untuk menjadi bekal peringatan dan
perjalanan hidup manusia di dunia. Surat yang dimaksud adalah surat al-Ashr.
Allah memulai surat tersebut
dengan sumpah wal ashr (Demi Masa).
Selain pada surat ini, pada surat-surat yang lain Allah juga kerap kali
bersumpah dengan waktu, bahkan dengan hampir keseluruhan waktu dalam sehari.
Ini merupakan sebuah bentuk penegasan dan penyadaran akan pentingnya masa,
usia, dan kehidupan yang Allah berikan pada manusia.
Hanya saja manusia benar-benar
merugi. Mengapa merugi? Manakala mereka sombong. Manakala mereka lupa dengan
tujuan misi hidupnya. Manakala ia mengisi kesempatan hidup di dunia yang
sekali-kalinya ini dengan senda gurau dan bersenang-senang semata. Sehingga
lupa dan abai terhadap amanah yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Sang
Pencipta. Serta tidak sempat berbekal untuk menghadap-Nya.
Ini merupakan kerugian yang
nyata. Kerugian orang yang tidak memanfaatkan usia dan kehidupannya dengan baik
lebih besar daripada orang yang rugi kehilangan harta, anak, dan jabatan.
Pasalnya, harta, anak, ataupun jabatan masih memiliki kemungkinan di dapat
kembali. Tetapi usia dan kehidupan yang telah lewat tak mungkin bisa digapai
kembali.
Lalu Bagaimana Agar Tidak Merugi?
Pertama, dengan iman. Iman harus dimantapkan dalam hati. Iman harus
dijaga dan dirawat agar kita bisa meninggalkan dunia dalam kondisi iman masih
terdapat di dada. Sungguh sangat rugi orang yang hidup berpuluh-puluh tahun di
dunia tanpa iman. Aktivitas mereka seperti fatamorgana atau debu beterbangan
yang sama sekali tidak bernilai.
Kedua, adalah dengan amal shalih. Amal shalih adalah bukti adanya
Iman. Amal shalih adalah semua amal perbuatan yang mendatangkan maslahat dan
kebaikan untuk dirinya, keluarganya, dan masyarakatnya, baik di dunia maupun di
akhirat. Semakin baik iman, semakin banya pula amal shalih yang dipersembahkan.
Lihatlah orang-orang besar, bagaimana mereka mempergunakan setiap waktu mereka
dengan banyak beramal. Hidup mereka penuh dengan amal. Usia mereka barangkali
singkat, tetapi amalnya membentang melampaui usia yang terbatas. Contohnya,
Imam an-Nawawi ra yang berhasil menulis sekitar 500 kitab padahal usia beliau
hanya 40 tahun.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (QS Al-Ashr: 1-3)
Jadi mukmin yang baik dan
beruntung adalah yang mengisi hidup dengan karya dan amal, bukan dengan banyak
menganggur, membuang-buang waktu apalagi mengisinya dengan dosa dan maksiat.
Rasul saw bersabda, “Sebaik-baik manusia
adalah yang panjang umur dan amalnya baik. Seburuk-buruk manusia adalah yang
panjang umur tetapi amalnya buruk”.
Ketiga, saling menasihati dengan kebenaran. Serta yang keempat, saling menasihati dengan
kesabaran.
Inilah isi dari surat al-Ashr.
Inilah jalan keberuntungan yang telah Allah gariskan. Semoga kita semua
termasuk di antara mereka yang bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya
sehingga menjadi orang yang beruntung. Amin.
Ustadz Fauzi Bahreisy
*diambil dari Buletin Al Iman (www.alimancenter.com)
No comments:
Post a Comment