Edisi 11 Tahun XXIV – Rabi’ul Awal 1436 H/ Januari 2015 M
Sesungguhnya hari keputusan (hari kiamat) itu adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya, yaitu hari yang seorang karib tidak dapat memberi manfaat kepada karibnya sedikitpun, dan mereka tidak akan mendapat pertolongan, kecuali orang yang diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (QS Adh Dhukhan [44]: 40-42).
11. Yaum Al Hisab
Yaum Al Hisab (hari perhitungan) merupakan nama lain dari hari
kiamat. Amal manusia memang akan dihitung secara detail, dimulai dari
penghitungan yang terkait dengan shalat. Bila shalat baik, insya Allah akan baik pula hasil penghitungannya, Rasulullah saw
bersabda: Amal yang pertama kali dihisab
bagi seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Bila shalatnya baik, maka
seluruh amalnya yang lain menjadi baik. Dan bila shalatnya rusak, maka rusak
pulalah seluruh amalnya yang lain. (HR. Thabrani).
Karenanya ini harus mendapat
perhatian kita dari sekarang, Allah swt berfirman: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada
Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka
itulah orang-orang yang fasik. Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan
penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang
beruntung (QS Al Hasyr [59]: 18-20).
Dalam konteks inilah, menjadi
penting bafi kita untuk menghitung sendiri seberapa banyak kebaikan yang sudah
kita lakukan untuk terus kita perbanyak, dan seberapa banyak keburukan yang
kita lakukan untuk segera kita hentikan dan tidak melakukannya lagi. Sahabat
Umar bin Khattab menyatakan: “Hitung-hitunglah dirimu, sebelum kamu dihitung.”
Manakala kita menghitung diri
(muhasabah), maka akan kita tambah kebaikan yang masih kurang dan kita
perbanyak apa yang sudah cukup, hal ini karena semakin banyak ama shaleh tentu
akan semakin baik kehidupan kita di akhirat. Disinilah pentingnya bagi kita
untuk berfastabiqul Khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan. Disinilah salah
satu letak pentingnya bercermin pada orang yang lebih baik dari kita, dan
kitapun harus menjadi cermin yang baik bagi orang lain, sehingga seseorang
mendapati kekurangan dirinya dari kebaikan yang kita lakukan. Dengan demikian,
bila di dunia ini seseorang tidak pernah mengevaluasi dirinya, dalam kehidupan
di akhirat nanti ia akan sangat terkejut karena begitu sedikit nilai pahala
yang diperolehnya, sedangkan nilai dosa justeru ama banyak.
12. Yaum Al Mizan
Selain dihitung, amal manusia
juga ditimbang, karenanya ada amal yang ringan dikerjakan tapi berat
timbangannya misalnya shalat jenazah dan ikut mengantarkan ke kutbur, kata Nabi
pahalanya dua qirat, padahal satu qirat sebesar gunung uhud, bayangkan kalau
gunung uhud yang isinya batu ditimbang, tentu amat berat. Padahal shalat
jenazah itu sangat ringan, hanya empat takbir, tanpa ruku dan sujud sehingga
yang sakit pinggang, yang sakit tulang persendian tetap bisa melaksanakannya,
dalam hadits dijelaskan:
Dari Abu Hurairah ra berkata, telah bersabda Rasulullah saw,
“Barangsiapa yang menyaksikan jenazah (dari rumahnya). (Di dalam satu riwayat),
“Barangsiapa yang mengiringi jenazah seorang muslim dengan penuh keimanan dan
mengharapkan pahala keimanan dan mengharapkan pahala sampai dishalatkan maka ia
akan mendapatkan pahala satu qirath. Dan barangsiapa yang menyaksikannya sampai
dikuburkan, (di dalam riwayat yang lain, sampai selesai semua kepengurusannya)
maka ia mendapatkan pahala dua qirath”. Ditanyakan, “Apakah pahala dua qirath
itu?”. Beliau menjawab, “Yaitu sebesar dua gunung yang besar”. (Di dalam
riwayat yang lain), “Setiap satu qirath ukurannya itu sebesar gunung Uhud”.
(HR. Ak-Bukhoriy: 1325, Muslim: 945 (52), 946, Abu Dawud: 3168, 3169,
an-Nasa’iy: IV/54-55, 76,76-77,77, at-Turmudziy: 1040, Ibnu Majah: 1539,
ath-Thayalisiy dan Ahmad).
Karena amal ditimbang, maka
sekecil apapun kebaikan dan keburukan amal manusia, semuanya akan ditimbang
sehingga manusia tidak bisa memprotes ketika divonis masuk neraka sebagai salah
menghitung karena ditimbang juga atau timbangannya tidak sesuai, karena
dihitung juga. Allah swt berfirman: Barang
siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat
(balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun,
niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula. (QS Al Zalzalah [99]: 7-8).
13. Yaum Al Fashl
Yaum Al Fashl adalah hari pemisahan atau keputusan, ini merupakan
nama hari kiamat, disebut demikian karena pada hari itulah Allah swt pisahkan
dan putuskan mana orang benar, mana orang salah, semua diputuskan secara adil
sebagaimana firman-Nya: Inilah hari
keputusan yang kamu selalu mendustakannya. (QS Ash Shaaffat [37]: 21).
Karena segala sesuatu diputuskan
oleh Allah swt dan tidak ada orang yang mengganggu gugat, maka saudara dan
temanpun tidak bisa jadi penolong, Allah swt berfirman: Sesungguhnya hari keputusan (hari kiamat) itu adalah waktu yang
dijanjikan bagi mereka semuanya, yaitu hari yang seorang karib tidak dapat
memberi manfaat kepada karibnya sedikitpun, dan mereka tidak akan mendapatkan
pertolongan, kecuali orang yang diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Dialah
Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (QS Adh Dhuhan [44]: 40-42).
Bagi kita, pilihan terbaik adalah
meyakini dengan sepenuh hati dan pikiran bahwa hari kiamat itu pasti adanya,
ini membuat kita mempersiapkan diri untuk menjalani kehidupan akhirat dengan
iman dan amal shaleh. Karena itu, celaka bagi siapa saja yang mendustakan hari
kiamat, Allah swt berfirman: Dan apabila
rasul-rasul telah ditetapkan waktu (mereka). (Niscaya dikatakan kepada mereka:)
“Sampai hari apakah ditangguhkan (mengazab orang-orang kafir itu)?” Sampai hari
keputusan. Dan tahukah kamu apakah hari keputusan itu?. Kecelakaan yang besarlah
pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (QS Al Mursalat [77]: 11-15).
Keputusan di dunia ini pasti kita
nantikan dalam berbagai hal, seperti kelulusan studi, diterima kerja, penentuan
juara dan sebagainya, begitu juga dengan kiamat yang sudah ditetapkan, Allah
swt berfirman: Sesungguhnya Hari
Keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan, yaitu hari (yang pada waktu itu)
ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok. (QS An Naba [78]:
17-18).
Karena itu, pada hari kiamat
kitapun menunggu keputusan penempatan, apakah di surga atau neraka. Namun sejak
sekarang kita sudah harus memutuskan dan memastikan untuk selalu menempuh jalan
menuju surga, bukan sekadar berdoa tanpa usaha. Bila kita berdoa mengharapkan
kebaikan di dunia dan akhirat, tapi yang kita tempuh justeru jalan hidup yang
tidak benar, itu sama saja dengan mengkhianati doa kita sendiri.
Drs. H. Ahmad Yani
Email: ayani_ku@yahoo.co.id
HP/WhatsApp: 08129021953 Instagram: ahmadyani47
Pin BB: 275d0bb3/7cd9c56a
Twitter: @H_AhmadYani
Facebook: Ust Ahmad Yani Dua
No comments:
Post a Comment