Edisi 12 Tahun XXIV – Rabi’ul Awal 1436 H/ Januari 2015 M
Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS Al Baqarah [2]: 169).
Diantara rangkaian pada hari
kiamat adalah semua manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar. Hari ini,
manusia diberi catatan amal, ditimbang lalu divonis masuk surga atau neraka.
Vonis masuk neraka merupakan keputusan Allah swt yang sangat tidak menyenangkan
terhadap manusia, karenanya akan terjadi dialog yang amat penting untuk kita
simak agar menjadi pelajaran dan hikmah bagi kita dalam kehidupan di dunia ini.
1. Dialog Orang Kuat dan Orang Lemah
Di dunia ini, banyak diantara
manusia yang merasa lemah dan tidak berdaya, baik dari sisi keilmuan, kekayaan
maupun kekuasaan. Merekapun mengikuti orang-orang yang dianggap kuat, baik dari
sisi ekonomi maupun politik. Kekuatan yang mereka miliki di dunia telah
membuatnya menjadi sombong hingga membuat ketentuan yang sangat bertentangan
dengan ketentuan Allah swt, dan tragisnya manusia begitu mudah mengikuti dan
mentaatinya. Karena itu, banyak sekali orang yang mengikuti saja kehendak
pemilik modal dan penguasa, tanpa peduli tentang boleh dan tidaknya dari sisi
nilai. Manusia menjadi begitu mengabaikan bahwa tanggungjawab dihadapan Allah
swt sebenarnya masing-masing. Kesalahan tidak bisa dilimpahkan kepada orang
lain, terhadap pemimpin sekalipun, karena sang pemimpin juga ada hukumannya
tersendiri.
Orang-orang yang sombong karena
kekuatan yang mereka miliki tidak mau bertanggungjawab terhadap kesalahan para
pengikutnya, karena memang mereka tidak bisa menanggung akibatnya. Merekapun
tidak mau disalahkan sehingga menegaskan bahwa percuma saja berkeluh kesah dan
saling menyalahkan karena tidak ada tempat untuk bisa melarikan diri dari
pertanggungjawaban dihadapan Allah swt. Kalimat seperti itu menyebabkan manusia
merasakan penyesalan yang sangat dalam. Tapi, mau bagaimana lagi, semua ini
diceritakan Allah swt dalam firman-Nya: Dan
mereka semuanya (di padang mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah,
lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong:
“Sesungguhnya kami dahulu adalah pengkut-pengikutmu, maka dapatkah kamu
menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja?” Mereka
menjawab: “Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat
menberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah
bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri.” (QS
Ibrahim [14]: 21).
Menurut Syaikh Muhammad Ali Ash Shabuni dalam tafsirnya Shafwatut Tafasir, menyebutkan bahwa
pertanyaan “maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah
(walaupun) sedikit saja?” merupakan pertanyaan untuk mencela dan mempermalukan.
Hal itu karena mereka tahu bahwa sebenarnya tidak ada yang bisa menolongnya kecuali
Allah swt. Adapun para pemimpin yang selama di dunia diikuti oleh mereka hanya
bisa beralasan yang dibuat-buat agar para pengikutnya bisa menerima kenyataan
pahit dalam kehidupan akhirat. Mengelun dan sabar sama-sama tidak enaknya,
meskipun hal itu dilakukan masing-masing selama lima ratus tahun.
Dalam kehidupan akhirat yang
tidak menyenangkan, banyak manusia yang merasakan penyesalan yang amat dalam
dengan berbagai sebab, salah satunya adalah mengikuti orang yang tidak baik
atau tidak benar, Allah swt berfirman: “(yaitu)
ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang
mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara
mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti:
“Seandainya Kami kembali (ke dunia), pasti Kami akan berlepas diri dari mereka,
sebagaimana mereka berlepas diri dari kami. “Demikianlah Allah memperlihatkan
kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; sekali-kali mereka
tidak akan keluar dari api neraka (QS Al Baqarah [2]: 166-167).
2. Dialog Syaitan dan Manusia
Sesudah tidak bisa menyalahkan
dan meminta pertanggungjawaban atas kesalahan orang yang diikutinya, manusia
bermaksud menyalahkan syaitan dan meminta pertolongan kepadanya agar bisa
membebaskan dirinya dari malapetaka berkepanjangan, yakni neraka. Namun, bukan
pertolongan yang diperoleh, tapi justeru kalimat yang sangat menyakitkan yang
didengarnya, hal ini karena syaitan yang diikuti manusia ternyata tidak mau
disalahkan, bahkan membela diri dengan membawa-bawa nama Allah swt, hal ini
dinyatakan Allah swt dalam firman-Nya: Dan
berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya
Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah
menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan
bagiku terhadapmu melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi
seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah
dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali
tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu
mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang
zalim itu mendapat siksaan yang pedih. (QS Ibrahim [14[:22).
Agar manusia tidak menjadi muslim
yang sejati, maka syaitan memerintahkan manusia hal-hal yang dikehendakinya,
karenanya setiap kita harus waspada terhadap apa yang diperintahkannya agar kita
tidak melakukannya, Allah swt berfirman: Sesungguhnya
syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap
Allah apa yang tidak kamu ketahui. (Al Baqarah [2]: 169).
Dari ayat di atas, Allah swt
memberi tahu kita bahwa syaitan memerintahkan kita untuk melakukan tiga hal,
yakni berbuat jahat, keji dan mengatakan apa tidak kita ketahui, karenanya
jangan sampai hal ini kita lakukan. Menurut Wahbah Zuhaili dalam Tafsir Al Munir, “Kata ya’ murukum yakni membisiki dan menguasai kalian seolah-olah ia
adalah penyuruh yang harus ditaati.” Karena itu, ketika manusia sudah komitmen
kepada syaitan, maka ia begitu mudah menuruti perintah-perintah syaitan.
Bila kita teliti di dalam Al
Qur’an, ternyata syaitan itu sebenarnya lemah, tidak sekuat yang kita
bayangkan. Kesungguhannya dalam menggoda manusia dengan berbagai cara dan waktu
yang tidak terbatas bisa dengan mudah dihalau dan dipatahkan, hal ini
dinyatakan oleh Allah swt dalam firman-Nya: Orang-orang
yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di
jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu. Karena
sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah (QS An Nisa [4]: 76).
Bila ada pihak yang menyatakan
bahwa syaitan itu kuat sehingga manusia tidak berdaya dalam menghadapi
godaan-godaannya, ternyata ia hanya kuat dihadapan orang-orang tertentu seperti
orang yang amat lemah menganggap kuat orang yang lemah sehingga ia harus tunduk
kepada orang yang lemah itu karena ia mengakui berada dalam kondisi yang lebih
lemah lagi sehingga manusia nampak begitu lemah diharapan syaitan.
3. Dialog Dengan Tuhan
Menyesal memang belakangan.
Karena itu, sebelum menyesal, manusia sudah diberitahu oleh Allah swt tentang
apa yang akan disesalinya, namun tetap saja manusia mengabaikannya, bahkan
menunjukkan pembangkangan yang tidak masuk akal seperti dengan mengatakan dia
tidak akan mati, tidak ada hari akhirat dan sebagainya. Maka, ketika kematian
betul-betul terjadi pada dirinya dan hari akhirat tidak terelakkan lagi, penyesalan
yang sangat dalam terucapkan, bahkan hingga meminta kepada Allah swt untuk
dikembalikan lagi ke dunia, tapi Allah swt memberi jawaban yang justeru amat
meyakitkan perasaannya, hal itu disebutkan dalam firman Allah swt: Dan berikanlah peringatan kepada manusia
tentang hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah
orang-orang yang zalim: “Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikan kami
ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan
Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul. (Kepada mereka dikatakan): “Bukankan
kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan
binasa?. (QS Ibrahim [14]: 44).
Kalau kita teliti ayat lain,
jangankan minta dikembalikan ke dunia ketika sudah berada di padang mahsyar,
saat masih di akhir hidup, yakni menjelang kematian saja sudah tidak bisa
ditangguhkan lagi kematian itu, sebaik apapun amal yang mau dilakukannya bila
kesempatan hidup bisa diperpanjang. Allah swt berfirman: Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu
sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata:
“Ya Rabb-ku, Mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang
dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang
saleh?.“ Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang
apabila telah datang waktu kematiannya dan Allah Maha mengenal apa yang kamu
kerjakan. (QS Al Munafikun [63]: 10-11).
Dialog dengan Allah swt juga
terjadi saat manusia menerima catatan amal, dalam satu hadits dijelaskan dari
Amru bin Al Ash ra bahwa Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya Allah akan menyelamatkan seorang laki-laki dari umatku di
hadapan manusia pada hari kiamat, lalu dia membuka buku catatan besar lebarnya
seperti sepanjang mata memandang, kemudian Dia berfirman: “Apakah kamu
mengingkari sesuatu dari ini? Apakah para penulisku yang menjaga (amal manusia)
menzhalimimu?.” Dia menjawab: “Tidak wahai Rabbku.” Allah bertanya: “Apakah
kamu mempunyai alasan dalih (bagi amal burukmu)?.” Dia menjawab: “Tidak wahai
Rabbku.” Allah berfirman: “Tidak demikian, sesungguhnya kamu mempunyai kebaikan
di sisi Kami, karena itu tidak ada kezhaliman atasmu pada hari ini”. Lalu
keluarlah kartu amal kebaikan, yang di dalamnya tercatat bahwa; saya bersaksi
bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, dan saya bersaksi
bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.” Lalu Allah berfirman: “Hadirkan
amal timbanganmu.” Dia berkata: “Wahai Rabbku, apa (artinya) satu kartu amal
ini (bila) dibandingkan buku catatan besar ini?.” Allah berfirman:
“Sesungguhnya kamu tidak akan dizhalimi.” Nabi melanjutkan: “Lalu diletakkanlah
buku catatan besar pada satu sisi, sedangkan kartu amal diletakkan pada sisi
lainnya, maka buku catatan besar itu ringan (timbangannya) sedangkan kartu amal
itu berat, maka tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dibandingkan nama
Allah.” (HR. Tirmidzi).
Dari uraian di atas, semoga
pelajaran penting dapat kita ambil bahwa menjalani hidup dengan prinsip yang
benar amat ditekankan di dalam Islam, masing-masing kita mampu untuk bersikap
demikian.
Drs. H. Ahmad Yani
Email: ayani_ku@yahoo.co.id
HP/WhatsApp: 08129021953 Instagram: ahmadyani47
Pin BB: 275d0bb3/7cd9c56a
Twitter: @H_AhmadYani
Facebook: Ust Ahmad Yani Dua
*diambil dari artikel Buletin Khairu Ummah
No comments:
Post a Comment