Segala puji bagi Allah ta’ala, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam.
Di penghujung tahun 2006, ketika penulis naik taksi menuju Masjid
Nabawi, sopir taksi yang kebetulan bekerja sebagai satpam di perumahan
dokter rumah sakit Su’udi Almani bercerita, “Tadi malam sekitar jam
sepuluh, setelah para dokter pulang kerja, sambil menuju ke rumah mereka
masing-masing, di jalan mereka saling berbincang-bincang. Di antara
perbincangan itu, obrolan antara dua dokter, dokter A berkata kepada
dokter B, “Wahai fulan tolong besok segera beritahukan kepada saya hasil
tes laboratorium pasien C, saya ingin segera mengetahui jenis penyakit
yang ia derita”. Dokter B menjawab, “InsyaAllah dengan senang hati”.
Kemudian mereka masuk ke rumah masing-masing.
Lima menit kemudian si satpam tersebut terkejutkan dengan deringan
telpon di posnya yang ternyata berasal dari istri dokter A, sambil
teriak dan menangis histeris dia mengabarkan bahwa suaminya begitu masuk
pintu rumah tiab-tiba ia terjatuh dan langsung menghembuskan nafas
terakhirnya!
Padahal beberapa menit yang lalu dia masih berbincang-bincang tentang
pasien dia yang sakit, ternyata justru dia yang mendahului pasiennya
menghadap Allah ta’ala.
Subhanallah, benarlah apa yang difirmankan Allah ta’ala,
“وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ” (لقمان: 34).
Artinya: “Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. QS. Luqman: 34.